- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Efek Batavia Aii Pailit Di Daerah


TS
mister.ari
Efek Batavia Aii Pailit Di Daerah


Quote:
Rp800 juta dana biro perjalanan tertahan di Batavia Air
Pekanbaru, Riau (ANTARA News) - Asosiasi Agen Tour dan Travel Indonesia Riau memperkirakan sekitar Rp800 juta dana milik pengusaha biro perjalanan setempat masih tertahan di Batavia Air yang baru dipailitkan.
"Mulai dari yang kecil Rp1,5 juta sampai yang besar Rp25 juta dan semuanya tersangkut di Batavia Air," ujar Ketua Asita Riau, Ibnu Mas'ud, di Pekanbaru, Selasa. Untuk bisa mendapat tiket, agen perjalanan harus terlebih dulu memarkir dananya ke perwakilan maskapai penerbangan setempat.
Sampai saat ini, katanya melanjutkan, belum ada kepastian mengenai pengembalian dana deposit yang diparkir di rekening Batavia sebagai dana jaminan pembelian tiket akan dikembalikan kepada perusahaan biro perjalanan.
Sementara yang diumumkan kurator, penyelesaian krisis keuangan Batavia Air dinilai akan memakan waktu panjang. Dana para agen perjalanan belum tentu dikembalikan, karena kurator masih akan melakukan verifikasi dan pencocokan piutang, Kamis (14/3), di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Dari pengalaman yang lalu termasuk dengan kasus Adam Air dan Mandala Airlines, para pelaku atau pengusaha biro perjalanan tidak mendapatkan kembali dana deposit yang telah disetorkan tersebut.
Pihaknya meminta pemerintah melalui Kementerian Perhubungan agar tidak dengan mudah memberikan izin terbang kepada maskapai tanpa ada jaminan, sehingga diharapkan harus ada asset yang cukup sebelum membuka izin terbang ke suatu rute.
Dana deposit milik biro perjalanan yang dititipkan ke rekening pihak ketiga, bukan di rekening maskapai seperti yang terjadi selama ini.
"Sehingga jika ada kasus perusahaan maskapai bangkrut, uang deposit tersebut tetap aman. Kemudian tidak kalah penting harus ada penjaminan atau asuransi untuk lebih mengamankan, jika ada kasus yang sama terulang," katanya lagi. (*)
Sumber : Antara
Pekanbaru, Riau (ANTARA News) - Asosiasi Agen Tour dan Travel Indonesia Riau memperkirakan sekitar Rp800 juta dana milik pengusaha biro perjalanan setempat masih tertahan di Batavia Air yang baru dipailitkan.
"Mulai dari yang kecil Rp1,5 juta sampai yang besar Rp25 juta dan semuanya tersangkut di Batavia Air," ujar Ketua Asita Riau, Ibnu Mas'ud, di Pekanbaru, Selasa. Untuk bisa mendapat tiket, agen perjalanan harus terlebih dulu memarkir dananya ke perwakilan maskapai penerbangan setempat.
Sampai saat ini, katanya melanjutkan, belum ada kepastian mengenai pengembalian dana deposit yang diparkir di rekening Batavia sebagai dana jaminan pembelian tiket akan dikembalikan kepada perusahaan biro perjalanan.
Sementara yang diumumkan kurator, penyelesaian krisis keuangan Batavia Air dinilai akan memakan waktu panjang. Dana para agen perjalanan belum tentu dikembalikan, karena kurator masih akan melakukan verifikasi dan pencocokan piutang, Kamis (14/3), di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Dari pengalaman yang lalu termasuk dengan kasus Adam Air dan Mandala Airlines, para pelaku atau pengusaha biro perjalanan tidak mendapatkan kembali dana deposit yang telah disetorkan tersebut.
Pihaknya meminta pemerintah melalui Kementerian Perhubungan agar tidak dengan mudah memberikan izin terbang kepada maskapai tanpa ada jaminan, sehingga diharapkan harus ada asset yang cukup sebelum membuka izin terbang ke suatu rute.
Dana deposit milik biro perjalanan yang dititipkan ke rekening pihak ketiga, bukan di rekening maskapai seperti yang terjadi selama ini.
"Sehingga jika ada kasus perusahaan maskapai bangkrut, uang deposit tersebut tetap aman. Kemudian tidak kalah penting harus ada penjaminan atau asuransi untuk lebih mengamankan, jika ada kasus yang sama terulang," katanya lagi. (*)
Sumber : Antara
Quote:
Penumpang Batavia Batam dialihkan ke Express Air
Batam (ANTARA News) - Otoritas Bandara Internasional Hang Nadim mengatakan maskapai Express Air akan mengambil alih penumpang Batavia Air, maskapai penerbangan yang dinyatakan pailit dan berhenti beroperasi sejak 31 Januari 2013.
"Dirjen Perhubungan Udara menunjuk maskapai Express Air untuk melayani calon penumpang Batavia Air yang telah membeli tiket tujuan Batam-Pontianak dan Batam-Bandar Lampung. Saat ini tim masih mempersiapkan fasilitas yang ada di bandara tujuan," kata Kepala Bagian Umum dan Keuangan Bandara Internasional Hang Nadim Batam, Suwarso di Batam, Rabu.
Berdasarkan instruksi yang telah dikeluarkan Dirjen Perhubungan Udara, kata dia, maskapai Express Air sudah melayani calon penumpang Batavia pada dua jalur tersebut mulai 7 Februari dengan jangka tiga bulan.
"Namun kami masih harus menunggu konfirmasi dari bandara tujuan dulu sebelum Exspress Air beroperasi mengangkut calon penumpang Batavia Air. Kami harap dalam satu dua hari ke depan sudah mulai bisa mengangkut penumpang," kata dia.
Ia mengharapkan konfirmasi dan persiapan pada bandara tujuan segera siap sehingga Exspress Air bisa melayani penumpang pada rute ditentukan.
"Sekarang masih menunggu tim yang tengah memastikan di Pontianak dan Bandar Lampung. Sementara di Batam sudah siap untuk pelayanan Exspress Air," kata dia.
Suwarso menjelaskan, untuk rute lain yang ditinggalkan Batavia Air yaitu Surabaya, Yogyakarta, Medan, Palembang sejauh ini pihaknya belum mendapat informasi lebih lanjut.
"Sementara baru dua rute tersebut yang dipastikan akan dilayani Exspress Air. Lainnya belum ada informasi yang kami terima," kata Suwarso.
Maskapai Express Air direncanakan akan menggunakan pesawat tipe Boeing 737 dengan kapasitas penumpang 120 orang. Nantinya penumpang hanya tinggal membawa tiket dan kartu identitas yang sesuai dengan tiket yang telah dibeli.
"Nanti semua penumpang pemilik tiket Batavia hanya diharuskan membawa `print` tiket dan identitas sesuai dengan yang tertera dalam tiket tersebut," kata dia.
(KR-LNO/E005)
Editor: Ruslan Burhani
Sumber : Antara
Batam (ANTARA News) - Otoritas Bandara Internasional Hang Nadim mengatakan maskapai Express Air akan mengambil alih penumpang Batavia Air, maskapai penerbangan yang dinyatakan pailit dan berhenti beroperasi sejak 31 Januari 2013.
"Dirjen Perhubungan Udara menunjuk maskapai Express Air untuk melayani calon penumpang Batavia Air yang telah membeli tiket tujuan Batam-Pontianak dan Batam-Bandar Lampung. Saat ini tim masih mempersiapkan fasilitas yang ada di bandara tujuan," kata Kepala Bagian Umum dan Keuangan Bandara Internasional Hang Nadim Batam, Suwarso di Batam, Rabu.
Berdasarkan instruksi yang telah dikeluarkan Dirjen Perhubungan Udara, kata dia, maskapai Express Air sudah melayani calon penumpang Batavia pada dua jalur tersebut mulai 7 Februari dengan jangka tiga bulan.
"Namun kami masih harus menunggu konfirmasi dari bandara tujuan dulu sebelum Exspress Air beroperasi mengangkut calon penumpang Batavia Air. Kami harap dalam satu dua hari ke depan sudah mulai bisa mengangkut penumpang," kata dia.
Ia mengharapkan konfirmasi dan persiapan pada bandara tujuan segera siap sehingga Exspress Air bisa melayani penumpang pada rute ditentukan.
"Sekarang masih menunggu tim yang tengah memastikan di Pontianak dan Bandar Lampung. Sementara di Batam sudah siap untuk pelayanan Exspress Air," kata dia.
Suwarso menjelaskan, untuk rute lain yang ditinggalkan Batavia Air yaitu Surabaya, Yogyakarta, Medan, Palembang sejauh ini pihaknya belum mendapat informasi lebih lanjut.
"Sementara baru dua rute tersebut yang dipastikan akan dilayani Exspress Air. Lainnya belum ada informasi yang kami terima," kata Suwarso.
Maskapai Express Air direncanakan akan menggunakan pesawat tipe Boeing 737 dengan kapasitas penumpang 120 orang. Nantinya penumpang hanya tinggal membawa tiket dan kartu identitas yang sesuai dengan tiket yang telah dibeli.
"Nanti semua penumpang pemilik tiket Batavia hanya diharuskan membawa `print` tiket dan identitas sesuai dengan yang tertera dalam tiket tersebut," kata dia.
(KR-LNO/E005)
Editor: Ruslan Burhani
Sumber : Antara
Quote:
Batavia Air Pailit, Mereka Turut Waswas...
KOMPAS.com - Pailitnya maskapai penerbangan Batavia Air tidak hanya membuat karyawannya gelisah, khawatir kehilangan pekerjaan. Namun, itu juga membuat masyarakat, khususnya pemilik biro perjalanan dan penjual tiket serta calon penumpang, waswas.
Henny (34), pemilik agen penjualan tiket di Bandar Lampung, masih mengingat dengan baik kerugian puluhan juta rupiah yang dialaminya menyusul pailitnya maskapai Adam Air, empat tahun silam.
Bayang-bayang kerugian serupa kini kembali menghantuinya menyusul pailitnya Batavia Air. Pada Rabu (30/1/2013), PT Metro Batavia (Batavia Air) diputus pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat karena maskapai ini dinilai tidak mampu membayar uang sewa kepada Internasional Lease Finance Corporation (ILFC) sebesar 4,69 juta dollar AS.
”Pengalaman (pailit) Adam Air dan Mandala kembali terulang. Sudah harus menanggung kerugian hilangnya uang deposit, kami masih harus dikejar-kejar para konsumen. Dalam kasus pailit (maskapai), kami ini pihak yang paling dirugikan,” ujarnya.
Dirinya telah berkali-kali menghubungi layanan konsumen penjualan tiket Batavia Air di Jakarta untuk mencari kejelasan soal uang penggantian tiket dan pencairan deposit. Hasilnya nihil. ”Mereka tidak bisa dihubungi. Situs Batavia Air telah nonaktif sejak Rabu (30/1) sore. Kantor mereka di Lampung juga tutup,” ungkapnya.
Dalam kondisi ini, ia pun kembali teringat masa lalu. Mau tidak mau, dirinya harus mengikhlaskan uang puluhan juta yang didepositkan di rekening Batavia Air. ”Uang saya Rp 15 juta sudah disetorkan ke mereka. Deposit ini tertahan di sistem dan diblokir sejak kemarin (Rabu). Kalau sudah begini, kepada siapa kami mengadu?” keluh Lova (27), pemilik agen penjualan di Kota Metro yang sengaja menempuh 30 kilometer perjalanan ke kantor perwakilan Batavia Air di Bandar Lampung.
Di kantor perwakilan yang berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani itu, sejumlah pemilik agen, biro perjalanan, dan calon penumpang yang telah telanjur membeli tiket bergantian datang ke sana. Mereka kecewa ketika mendapati kantor ini terkunci. Kosong, tidak ada satu pun pegawai.
Di rumah toko itu tertulis baliho besar, ”Batavia Air. Trust Us to Fly”. Tulisan ini menjadi satir mengingat kondisi para agen tiket dan calon penumpang yang kini telantar, tidak mendapat kejelasan soal penggantian tiket dan dana deposit.
”Bagaimana ini nasib saya? Seminggu lagi saya berangkat ke Batam dengan tiga keluarga saya, tapi belum jelas. Padahal, kami sudah keluar uang Rp 6 juta. Saya tidak terbayang jika harus beli lagi, harganya pasti mahal. Dan, tidak ada penerbangan langsung dari Lampung ke Batam,” ujar Lystia (24), calon penumpang Batavia Air.
Ia mengaku tidak bisa tidur mendengar soal kabar pailit Batavia Air dan memikirkan nasib pengembalian uang tiket yang sudah dibelinya untuk penerbangan 7 Februari. Padahal, tiket itu akan digunakannya untuk pindah, bergabung dengan suaminya yang bekerja di Batam. ”Mana saya sudah mengundurkan diri dari kantor di sini. Pusing jadinya,” ujar dia.
Seolah tidak belajar dari pengalaman, dalam kasus pailit maskapai, agen penjualan tiket, biro perjalanan, dan para calon penumpang selalu dikorbankan.
Asosiasi Perusahaan Penjualan Tiket Penerbangan Indonesia (Astindo) mencatat, dalam kasus Adam Air, kerugian yang diakibatkan hangusnya deposit tiket Rp 22 miliar. Sementara, dalam kasus Mandala Airlines mencapai Rp 16 miliar. Hak-kewajiban mengganti tiket dan deposit selalu dikesampingkan. (Yulvianus Harjono)
Sumber : kompas
KOMPAS.com - Pailitnya maskapai penerbangan Batavia Air tidak hanya membuat karyawannya gelisah, khawatir kehilangan pekerjaan. Namun, itu juga membuat masyarakat, khususnya pemilik biro perjalanan dan penjual tiket serta calon penumpang, waswas.
Henny (34), pemilik agen penjualan tiket di Bandar Lampung, masih mengingat dengan baik kerugian puluhan juta rupiah yang dialaminya menyusul pailitnya maskapai Adam Air, empat tahun silam.
Bayang-bayang kerugian serupa kini kembali menghantuinya menyusul pailitnya Batavia Air. Pada Rabu (30/1/2013), PT Metro Batavia (Batavia Air) diputus pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat karena maskapai ini dinilai tidak mampu membayar uang sewa kepada Internasional Lease Finance Corporation (ILFC) sebesar 4,69 juta dollar AS.
”Pengalaman (pailit) Adam Air dan Mandala kembali terulang. Sudah harus menanggung kerugian hilangnya uang deposit, kami masih harus dikejar-kejar para konsumen. Dalam kasus pailit (maskapai), kami ini pihak yang paling dirugikan,” ujarnya.
Dirinya telah berkali-kali menghubungi layanan konsumen penjualan tiket Batavia Air di Jakarta untuk mencari kejelasan soal uang penggantian tiket dan pencairan deposit. Hasilnya nihil. ”Mereka tidak bisa dihubungi. Situs Batavia Air telah nonaktif sejak Rabu (30/1) sore. Kantor mereka di Lampung juga tutup,” ungkapnya.
Dalam kondisi ini, ia pun kembali teringat masa lalu. Mau tidak mau, dirinya harus mengikhlaskan uang puluhan juta yang didepositkan di rekening Batavia Air. ”Uang saya Rp 15 juta sudah disetorkan ke mereka. Deposit ini tertahan di sistem dan diblokir sejak kemarin (Rabu). Kalau sudah begini, kepada siapa kami mengadu?” keluh Lova (27), pemilik agen penjualan di Kota Metro yang sengaja menempuh 30 kilometer perjalanan ke kantor perwakilan Batavia Air di Bandar Lampung.
Di kantor perwakilan yang berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani itu, sejumlah pemilik agen, biro perjalanan, dan calon penumpang yang telah telanjur membeli tiket bergantian datang ke sana. Mereka kecewa ketika mendapati kantor ini terkunci. Kosong, tidak ada satu pun pegawai.
Di rumah toko itu tertulis baliho besar, ”Batavia Air. Trust Us to Fly”. Tulisan ini menjadi satir mengingat kondisi para agen tiket dan calon penumpang yang kini telantar, tidak mendapat kejelasan soal penggantian tiket dan dana deposit.
”Bagaimana ini nasib saya? Seminggu lagi saya berangkat ke Batam dengan tiga keluarga saya, tapi belum jelas. Padahal, kami sudah keluar uang Rp 6 juta. Saya tidak terbayang jika harus beli lagi, harganya pasti mahal. Dan, tidak ada penerbangan langsung dari Lampung ke Batam,” ujar Lystia (24), calon penumpang Batavia Air.
Ia mengaku tidak bisa tidur mendengar soal kabar pailit Batavia Air dan memikirkan nasib pengembalian uang tiket yang sudah dibelinya untuk penerbangan 7 Februari. Padahal, tiket itu akan digunakannya untuk pindah, bergabung dengan suaminya yang bekerja di Batam. ”Mana saya sudah mengundurkan diri dari kantor di sini. Pusing jadinya,” ujar dia.
Seolah tidak belajar dari pengalaman, dalam kasus pailit maskapai, agen penjualan tiket, biro perjalanan, dan para calon penumpang selalu dikorbankan.
Asosiasi Perusahaan Penjualan Tiket Penerbangan Indonesia (Astindo) mencatat, dalam kasus Adam Air, kerugian yang diakibatkan hangusnya deposit tiket Rp 22 miliar. Sementara, dalam kasus Mandala Airlines mencapai Rp 16 miliar. Hak-kewajiban mengganti tiket dan deposit selalu dikesampingkan. (Yulvianus Harjono)
Sumber : kompas
Quote:
Diubah oleh mister.ari 08-02-2013 08:52
0
4.2K
Kutip
20
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan