Adelaar,seorang pakar Linguistik Historis Komparatif dari Australia, pernah mengatakan,
bahwa dari keenam isolek Melayik yang ia teliti, Isolek Ibanlah yang paling sedikit mendapat pengaruh dari bahasa asing. Bahasa asing yang dimaksud oleh Adelaar antara lain bahasa Sanskerta, bahasa Jawa, bahasa Arab dan bahasa Portugis. Memang, Adelaar meneliti beberapa isolek selain isolek Melayu seperti Isolek Minangkabau dan Iban di atas.
Apa yang menarik dalam penelitian Adelaar itu adalah bahwa bahasa Melayu secara umum menurutnya mendapat pengaruh dari keempat bahasa tersebut di atas. Karena keadaan itu sangat umum, Adelaar melihat bahwa keadaan Iban yang kurang mendapat pengaruh dari keempat bahasa itu memiliki suatu kelainan atau menyimpang dari gejala umum yang dialami oleh isolek-isolek Melayik lain. Hal itu pulalah yang mendorong Adelaar memberikan alasan tersendiri mengapa Isolek Iban mengalami gejala seperti itu
Quote:
Quote:
Pengaruh Portugis: Perspektif Sejarah
Quote:
Mungkin sebagian besar pengaruh barat (termasuk SKT dan AR) lebih dulu mencapai MB, dan mempengaruhi isolek-isolek lain melalui MB.” (Adelaar, 1994: 312)Apa yang dikatakan oleh Adelaar seperti disinggung di muka cukup logis untuk diterima, isolek (demikian Adelaar lebih suka menyebut) lain terpengaruh oleh bahasa-bahasa di atas melalui MB. Persebaran MB yang begitu dahsyat selama berabad-abad telah menyebabkan isolek lain tersentuh oleh pengaruh bahasa asing seperti Sanskerta, Arab dan Portugis.
Tahun 1511 Masehi memang merupakan tahun yang menentukan dalam sejarah bahasa Melayu pada abad ke-16. Pada tahun tersebut Portugis berhasil menundukkan Malaka dan menguasainya. Tahun ini menjadi masa yang paling awal bagi bangsa Eropa menancapkan kukunya di bumi Melayu. Rupa-rupanya, peristiwa tersebut hanya awal bagi sebuah perubahan besar yang akan melanda bahasa Melayu pada abad-abad berikutnya.
Apa yang terjadi pada awal-awal abad 16 ini dicatat oleh Collins (2005), yang berhasil mengumpulkan enam buah ciri utama bahasa Melayu yang berkembang pada masa itu:
- a.Kesadaran Orang Eropa akan Potensi Bahasa Melayu.Antonio Pigafetta adalah orang Eropa pertama yang mencatat kosakata bahasa Melayu dan menyusunnya menjadi sebuah kamus kecil Italia-Melayu. Kamus itu kemudian diterbitkan menjadi Kamus Bahasa Latin-Melayu dan versi Bahasa Perancis-Melayu. Sampai lima ratus tahun kemudian, sebagian kosakata yang dikumpulkan Pigafetta ini masih digunakan di Kuala Lumpur, Jakarta dan Brunei
.Quote:
Collins (2005 : 22 )
Bersamaan dengan kedatangan imperialis Portugis, para misionaris Kristen juga ikut datang. Mereka tertarik kepada bahasa Melayu dan menggunakannya untuk menyebarkan agama, salah satu kegiatan mereka adalah menerjemahkan Injil ke dalam bahasa Melayu. Javier misalnya, menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Melayu
- c. Ada Upaya Meneruskan BM ke Bumi Eropa
Para peneliti, para petualang dan para ahli khususnya bahasa, yang tertarik terhadap bahasa Melayu berjasa pula terhadap perkembangan selanjutnya. Mereka tidak hanya mempelajari sendiri bahasa Melayu, tetapi juga meneruskannya ke Eropa, untuk diajarkan dan dipelajari oleh orang lain. Houtman, sang saudagar dari Belanda yang ditahan di Aceh, malah menerbitkan kamus bahasa Melayu di Belanda, dan kamus tersebut dicetak ulang berkali-kali. Bahasa Melayu banyak digemari oleh penduduk Eropayang berkeinginan datang ke bumi Melayu kala itu.
- d. Masuknya Alphabet Latin
Periode masuknya Portugis juga membawa aksara Latin. Aksara yang dipakai oleh bangsa-bangsa Eropa dan disebarkannya ke seluruh dunia. Aksara Latin ini kemudian menggantikan aksara Arab-Pegon, yang merupakan aksara khas bahasa Melayu. - e. Peminjaman Bertahap dari Bahasa Portugis
Portugis menduduki bumi Melayu memang tidak selama Belanda, namun pengaruhnya bercokol begitu kuat terutama di Kawasan Timur. Di antara pengaruh tersebut adalah banyaknya kosakata bahasa Portugis yang dipinjam oleh bahasa Melayu di Kawasan Timur melebihi kawasan lainnya. Menurut Collins, hal ini disebabkan oleh dua hal; pertama pemakaian bahasa Portugis sebagai bahasa penyebaran agama di samping bahasa Melayu dan bahkan menurut Fernandez (2006) bahasa Portugis masih dipakai sebagai bahasa ibadat sampai lima abad kemudian (abad dua puluh satu); kedua, para missionaris yang menyebarkan agama tersebut berasal dari Portugis dan berbahasa Portugis.Peminjaman dari bahasa Portugis ini berlangsung lama seperti yang baru saja disebutkan, dan menyentuh bagian yang urgen dari masyarakat penutur bahasa Melayu di Kawasan Timur. Ritual-ritual keagamaan menyerap sebagian kosakata dari bahasa Portugis, bahasa Portugis dipakai sebagai bahasa agama. Interaksi yang kerap dan sering terjadi dengan bangsa Portugis pun menghasilkan pengaruh terhadap bahasa yang digunakan. Bahasa Melayu lokal di kawasan tersebut menjadi kaya kosakata, khususnya kosakata asing yangberasal dari bahasa Portugis
Pada masa kedatangan Portugis, memang tidak ada bukti bahwa percetakan sudah dibawa ke bumi Melayu. Naskah Melayu yang akan dicetak dibawa dulu ke Eropa lalu dicetaklah di sana. Naskah pertama yang dicetak adalah naskah Percakapan De Houtman, saudagar Belanda, yang tadi telah disinggung.Houtman ditahan di Aceh antara tahun 1599-1601, dan bukunya diterbitkan pada tahun 1603. Houtman memberi judul naskahnya itu dengan inde Maleysche ende Madagaskarsche Talen
Quote:
Pengaruh Portugis: Catatan Petualang Bahasa
Pigafetta adalah orang Italia yang pertama kali mengumpulkan kosakata bahasa Melayu. Pigafetta berlayar bersama orang Portugis ke berbagai belahan bumi Melayu, seperti ke Brunei, Ambon dan Filipina. Meskipun kemudian, kosakata yang dikumpulkannya ditulis menjadi daftar kata bahasa Italia-Melayu, bukan Portugis-Melayu.
Sajak berirama berikut ini merupakan contoh dari pengaruh Portugis terhadap bahasa Melayu abad ke-16 MasehiQuote:
Collins 2005
Capito de Paulo yang dimaksud adalah Kapten Dom Paulo da Gama, kapten dari Malaka. Nama tersebut merupakan nama Portugis, menurut Collins. Pangkat atau kapten juga merupakan kepangkatan yang dipakai oleh serdadu Portugis. Quote:
Pengaruh Portugis: pada Melayu Kawasan Timur
Menurut Fernandez (2007), Melayu sudah lebih dulu sampai di KT sebelum Portugis (1520) datang. Migrasi Melayu secara bergelombang ke KT; berlangsung pada abad ke-3 hingga ke-5 Masehi, puncaknya pada abad ke-7, masa yang menjadi zaman keemasan bagi Kerajaan Sriwijaya.
Setelah kedatangan Portugis, pada abad ke-16 sampai abad ke-18 di Kawasan Timur bertemulah dua bahasa yang sama-sama kuat: bahasa Melayu yang telah menjadi lingua franca di sana bertemu dengan bahasa Portugis, dan menghasilkan perkembangan yang sangat pesat pada lingua franca bahasa Melayu.
Terjadinya hal itu karena suasana komunikasi yang terbentuk memungkinkan Melayu dapat hidup berdampingan dan beradaptasi dengan bahasa Portugis. Dalam hal ini, peran pedagang maupun penyebaran agama Katolik oleh Portugis tidak dapat dilupakan, begitu pendapat Fernandez.
Doa yang ditujukan kepada Santo Antonius dari Padua, yang masih dilestarikan hingga saat ini, adalah doa berbahasa Portugal. Santo Antonius sendiri adalah seorang saleh yang juga berasal dari Portugal. Oleh karena disampaikan melalui generasi ke generasi secara lisan, doa ini banyak mengalami perubahan dari bahasa aslinya (Fernandez, 2006)
Lanjut kebawah