Sejak tahun 1975, ratusan petani di tiga desa di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, yakni Desa Siwolong Polong, Desa Mattongang Tongang, dan Desa Banga mengaku mengalami kesulitan air untuk areal persawahan mereka karena saluran irigasi mereka tidak dialiri air.

Mustakim, salah seorang petani, mengaku tidak menanam saat musim kemarau tiba, dan hanya menunggu musim hujan. " Sementara, petani lainnya, yang hendak menanam padi saat musim kemarau tiba, terpaksa harus, melakukan pompanisasi sepanjang 7 kilometer," kata Mustakim yang ditemui di rumahnya, Senin (4/2/2013).

Ketua Kelompok Tani Mattiro Deceng Syarifuddin, mengatakan meski petani di wilayah ini tidak pernah mengalami gagal panen, namun penghasilan yang di peroleh sangat minim sebab dari hasil yang di dapatkan pada saat panen hanya menutupi utang operasional seperti pupuk dan biaya pompanisasi.

Kata Syarifuddin, setiap kali melakukan pompanisasi, petani membutuhkan minimal 33 liter solar untuk menyuplai air per 4 hektar sawahnya, sementara petani harus memompa setiap 10 hari.

"Petani disini, lebih memilih membeli solar dibanding pupuk, sebab padi tidak mati jika tidak di pupuk, namun jika tidak ada air, bisa kekeringan dan mengakibatkan petani gagal panen," jelas Syarifuddin. LINK