- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Terowongan Pencegah Banjir yang Indah "Kamogawa" Tokyo


TS
alwymuhammad
Terowongan Pencegah Banjir yang Indah "Kamogawa" Tokyo

Quote:
Miris melihat pemberitaan luar negeri tentang banjir di Jakarta, ibukota Indonesia. Lebih prihatin lagi ketika ada komentar ahli terkait yang menganggap fenomena ini sebagai sesuatu hal yang biasa sebagaimana terjadi pada ribuan warga kota yang kini homeless akibat banjir. Terlebih miris lagi jika ada beberapa pihak memang terbiasa menikmati proyek bencana banjir seolah “hidup dari bencana”.
Namun kita tidak perlu berkecil hati, bukan cuma Jakarta yang kebagian banjir, Tokyo – ibukota Jepang pun pernah mengalaminya. Bedanya jargon Flood Fighting mereka cukup ampuh menjadikan kota ini merdeka dari banjir. Dalam kurun waktu 1945 -1959 bencana banjir, taifun, gempabumi, tsunami telah banyak menelan ribuan korban jiwa di Jepang. Lewat era tersebut angka kematian mampu dikendalikan seminimal mungkin. Taifun Ise-wan tahun 1950-an menembus angka kematian 7000 jiwa dengan tingkat kerugian 3.3 triliun Yen. Tahun 2000 saat Banjir Tokai terjadi penurunan jumlah korban meninggal hanya 100 jiwa dengan kerugian 2 triliun yen.
Sebagai pengecualian masih didapati adanya anomaly yang sangat siginifikan seperti gempa Kobe 1995 dan masih didapati dampak luas banjir di Nagoya dalam bulan September 2000. Lazimnya frekuensi banjir terjadi 5 kali dalam kurun waktu 1990 -1999. Berkurangnya lahan hutan, sungai dan danau serta daerah resapan air dikarenakan dampak luas area limpahan banjir. Terlebih lagi jumlah presipitasi curah hujan di Jepang tergolong tinggi 1.714 mm/tahun dibanding Australia, Amerika Serikat, Saudi Arabia, Perancis, Inggris dan negara-negara dunia lainnya pada musim penghujan dan badai. Bulan Juni – Oktober pertahunnya musim banjir di Tokyo mencapai curah hujan 1.405 mm mengalahkan Paris 648 mm dan San Fransisco 305 mm.
Namun kita tidak perlu berkecil hati, bukan cuma Jakarta yang kebagian banjir, Tokyo – ibukota Jepang pun pernah mengalaminya. Bedanya jargon Flood Fighting mereka cukup ampuh menjadikan kota ini merdeka dari banjir. Dalam kurun waktu 1945 -1959 bencana banjir, taifun, gempabumi, tsunami telah banyak menelan ribuan korban jiwa di Jepang. Lewat era tersebut angka kematian mampu dikendalikan seminimal mungkin. Taifun Ise-wan tahun 1950-an menembus angka kematian 7000 jiwa dengan tingkat kerugian 3.3 triliun Yen. Tahun 2000 saat Banjir Tokai terjadi penurunan jumlah korban meninggal hanya 100 jiwa dengan kerugian 2 triliun yen.
Sebagai pengecualian masih didapati adanya anomaly yang sangat siginifikan seperti gempa Kobe 1995 dan masih didapati dampak luas banjir di Nagoya dalam bulan September 2000. Lazimnya frekuensi banjir terjadi 5 kali dalam kurun waktu 1990 -1999. Berkurangnya lahan hutan, sungai dan danau serta daerah resapan air dikarenakan dampak luas area limpahan banjir. Terlebih lagi jumlah presipitasi curah hujan di Jepang tergolong tinggi 1.714 mm/tahun dibanding Australia, Amerika Serikat, Saudi Arabia, Perancis, Inggris dan negara-negara dunia lainnya pada musim penghujan dan badai. Bulan Juni – Oktober pertahunnya musim banjir di Tokyo mencapai curah hujan 1.405 mm mengalahkan Paris 648 mm dan San Fransisco 305 mm.
Dari permasalahan diatas ane punya model contoh nih negara yang udah sukses nanganin masalah ini.

Quote:
Sungai Kamo (sungai bebek) terletak di Prefektur Kyoto, Jepang. Bantaran sungai adalah tempat populer bagi penduduk berjalan dan wisatawan. Di musim panas, restoran membuka balkon yang menghadap ke sungai. Ada jalur yang berjalan di samping sungai di mana seseorang dapat berjalan di sepanjang sungai, dan beberapa batu penghalang yang melintasi sungai. Permukaan air sungai biasanya relatif rendah, kurang dari satu meter di beberapa tempat. Selama musim hujan, namun kadang-kadang jalur banjir di pesisir yang lebih rendah. Dipinggiran sungainya setiap musim semi pohon cherry bermekaran 


Quote:
Hulu Sungai Yodo River
terletak di negara Japan
Panjang 31 km (19 mil)
Volume sungai 896 m (2,940 ft)
Luas Area 210 km2 (81 sq mi)
Sistem sungai Yodo River
terletak di negara Japan
Panjang 31 km (19 mil)
Volume sungai 896 m (2,940 ft)
Luas Area 210 km2 (81 sq mi)
Sistem sungai Yodo River
Spoiler for kamo gawa:

Quote:
Kandagawa, begitu nama salah satu sungai yg mengalir di Tokyo. Daerah dekat sungai ini tentu rawan banjir saat curah hujan berlebihan (biasanya saat angin topan langganan "taifuu" datang menyapa negeri ini).
Untuk mencegah banjir, maka sungai pun diperlebar & diperdalam. Pelebaran sungai untuk kota sepadat tokyo sangatlah sulit. Maka di ambil alternatif lain dengan membangun penampungan air di bawah tanah. Bentuk nya mirip terowongan untuk subway.

Agar tidak perlu beli2 tanah lagi dari masyarakat, dibangunlah penampungan air ini dibawah jalan raya yg melintang di atas sungai kandagawa tsb. Total panjang nya 4.5 km, dgn diameter 12.5 m , dibangun di kedalaman 50 m (bawah tanah). terowongan segede ini Daya tampung maksimal-nya 540ribu meter kubik (= 540 juta liter, = berapa sendok ya?).
Cara kerjanya dapat dilihat di gambar. Saat air sungai nya udah turun, air dari penampungan ini dibalikin ke sungai pake pompa.

Total biaya proyek 103 milyar yen (8.24 trilyun rupiah). Kedengaran-nya sih mahal, tapi kalo dibandingkan dgn kerugian kalo terjadi banjir untuk kota sekelas tokyo (perkiraan kerugian = 30 milyar yen setiap 1 kali banjir besar), maka jumlah ini bukanlah apa2.
Bagaimana dengan jakarta? mungkin kita bisa meniru atau bahkan punya alternatif lain yg lebih bagus dari ini.
Untuk mencegah banjir, maka sungai pun diperlebar & diperdalam. Pelebaran sungai untuk kota sepadat tokyo sangatlah sulit. Maka di ambil alternatif lain dengan membangun penampungan air di bawah tanah. Bentuk nya mirip terowongan untuk subway.

Agar tidak perlu beli2 tanah lagi dari masyarakat, dibangunlah penampungan air ini dibawah jalan raya yg melintang di atas sungai kandagawa tsb. Total panjang nya 4.5 km, dgn diameter 12.5 m , dibangun di kedalaman 50 m (bawah tanah). terowongan segede ini Daya tampung maksimal-nya 540ribu meter kubik (= 540 juta liter, = berapa sendok ya?).
Cara kerjanya dapat dilihat di gambar. Saat air sungai nya udah turun, air dari penampungan ini dibalikin ke sungai pake pompa.

Total biaya proyek 103 milyar yen (8.24 trilyun rupiah). Kedengaran-nya sih mahal, tapi kalo dibandingkan dgn kerugian kalo terjadi banjir untuk kota sekelas tokyo (perkiraan kerugian = 30 milyar yen setiap 1 kali banjir besar), maka jumlah ini bukanlah apa2.
Bagaimana dengan jakarta? mungkin kita bisa meniru atau bahkan punya alternatif lain yg lebih bagus dari ini.

Spoiler for map lokasinya gan di lihat dari udara:


Spoiler for shibuya river ketika kering:

Spoiler for keadaan ketika malam:

Spoiler for pohon ceri di sepanjang sungai:

Spoiler for kamo gawa river:

Spoiler for wisatawan yang berkunjung:

Spoiler for suasana ketika malam:

Quote:
Banjir di wilayah Jepang juga dipengaruhi oleh jumlah dan panjang sungai terlebih lagi bila dikaitkan dengan lama genangan dan kecepatan limpasan banjir per unit catchment area. Tahun 1953 Banjir Sungai Chikugo seluas 1.440 km2 terjadi dengan kecepatan aliran 6 m3/sec/km2. Terdapat 3 sungai utama Tokyo; Edo-gawa, Ara-kawa, dan Sumida yang mempunyai percabangan sungai membelah bagian kota.
Kebanyakan kota-kota di Jepang berada di bawah level ketinggian sungai. Apalagi dibangunnya subway akan menumbuhkan underground city dan pusat-pusat keramaian sampai beberapa tingkat ke bagian bawah tanah. Hal ini sangat rawan terhadap bahaya banjir merusak. Problematika urbanisasi yang semakin besar kian tahunnya menyerobot lahan yang seharusnya diperuntukkan daerah bebas untuk cacthment area. Hal ini betul-betul memperparah keadaan Tokyo. Di sekitar Sungai Tsurumi tahun 1958 urbanisasi masih berkisar 10%. Kenaikannya tahun 1997 sudah sebesar 84,3 % dengan populasi 1.820.000 meliputi 196 km2. Dapat dibayangkan banyaknya korban jiwa berjatuhan karena terendam banjir seandainya sungai itu meluap.
Tetapi Jepang bukanlah negara yang mudah menyerah dengan banyak ragamnya bencana, mulai banjir, taifun, kebakaran, gempa bumi dan tsunami. Dengan “Familiarizing with the blessing of nature, and compromising with the treaths of nature” (Prof. Hitoshi Ieda), bangsa Jepang menjadi begitu akrab dengan bencana bahkan menikmatinya, “We are lucky feeling the earthquake” (Prof. Furumura). Sehingga wajar lahir generasi brilian yang ahli dalam bidang-bidang penanganan bencana dengan membaca fenomena alam dan menganalisisnya dengan teori-teori empirik.
Kebanyakan kota-kota di Jepang berada di bawah level ketinggian sungai. Apalagi dibangunnya subway akan menumbuhkan underground city dan pusat-pusat keramaian sampai beberapa tingkat ke bagian bawah tanah. Hal ini sangat rawan terhadap bahaya banjir merusak. Problematika urbanisasi yang semakin besar kian tahunnya menyerobot lahan yang seharusnya diperuntukkan daerah bebas untuk cacthment area. Hal ini betul-betul memperparah keadaan Tokyo. Di sekitar Sungai Tsurumi tahun 1958 urbanisasi masih berkisar 10%. Kenaikannya tahun 1997 sudah sebesar 84,3 % dengan populasi 1.820.000 meliputi 196 km2. Dapat dibayangkan banyaknya korban jiwa berjatuhan karena terendam banjir seandainya sungai itu meluap.
Tetapi Jepang bukanlah negara yang mudah menyerah dengan banyak ragamnya bencana, mulai banjir, taifun, kebakaran, gempa bumi dan tsunami. Dengan “Familiarizing with the blessing of nature, and compromising with the treaths of nature” (Prof. Hitoshi Ieda), bangsa Jepang menjadi begitu akrab dengan bencana bahkan menikmatinya, “We are lucky feeling the earthquake” (Prof. Furumura). Sehingga wajar lahir generasi brilian yang ahli dalam bidang-bidang penanganan bencana dengan membaca fenomena alam dan menganalisisnya dengan teori-teori empirik.
Quote:
Informasi yang dipaparkan dalam peta bencana (Hazard Map) meliputi : perkiraan ketinggian banjir, rute dan tempat-tempat evakuasi, tips panduan evakuasi, infromasi penting (telepon kantor pemerintah, rumah sakit, lembaga terkait), instruksi penyelamatan, pengetahuan bencana dan sejarah bencana yang pernah terjadi di daerah itu.

Konsep Hazard Map (Prof. Kenji Okazaki)


Sebelum adanya pembangunan kota hampir semua limpahan hujan meresap ke tanah atau juga tersimpan di dalam tanah-tanah permukaan (air aquifer). Alhasil limpahan air hujan (run-off) bisa tereduksi. Namun sesudah era pembangunan kota, tanah permukaan berubah menjadi beton (konkrit), dan aspal. Hutan habis dan vegetasi berkurang berakibat run-off demikian besar tak terkendali memperburuk dampak kerusakan genangan banjir. Selama taifun tahun 1993 ketinggian air Sungai Kanda naik hingga beberapa meter. Stasiun KA (eki) Hakata pada tanggal 19 Juli 2003 terendam banjir sampai menutupi Subway dibawahnya. MILT telah membuat konsep mentransmisikan informasi pada orang-orang yang sedang berada di area bawah tanah untuk bersegera menuju permukaan atau tempat-tempat tinggi ketika perkiraan bahaya banjir terdeteksi.
Konsep komprehensif Flood Control (pada Gambar 2) adalah bagaimana mengalirkan segera aliran limpahan bajir menuju daerah yang lebih rendah. Dari daerah pegunungan dan perbukitan diinfiltrasikan ke danau atau tanah bawah permukaan, begitu pula perumahan dan gedung-gedung di kota melimpahkan ke tempat rendah reservoir air yang telah teregulasi dengan baik.

Konsep komprehensif flood control di Jepang (Prof. Kenji Okazaki)
Konsep komprehensif Flood Control adalah bagaimana mengalirkan segera aliran limpahan bajir menuju daerah yang lebih rendah. Dari daerah pegunungan dan perbukitan diinfiltrasikan ke danau atau tanah bawah permukaan, begitu pula perumahan dan gedung-gedung di kota melimpahkan ke tempat rendah reservoir air yang telah teregulasi dengan baik.

Konsep Hazard Map (Prof. Kenji Okazaki)


Sebelum adanya pembangunan kota hampir semua limpahan hujan meresap ke tanah atau juga tersimpan di dalam tanah-tanah permukaan (air aquifer). Alhasil limpahan air hujan (run-off) bisa tereduksi. Namun sesudah era pembangunan kota, tanah permukaan berubah menjadi beton (konkrit), dan aspal. Hutan habis dan vegetasi berkurang berakibat run-off demikian besar tak terkendali memperburuk dampak kerusakan genangan banjir. Selama taifun tahun 1993 ketinggian air Sungai Kanda naik hingga beberapa meter. Stasiun KA (eki) Hakata pada tanggal 19 Juli 2003 terendam banjir sampai menutupi Subway dibawahnya. MILT telah membuat konsep mentransmisikan informasi pada orang-orang yang sedang berada di area bawah tanah untuk bersegera menuju permukaan atau tempat-tempat tinggi ketika perkiraan bahaya banjir terdeteksi.
Konsep komprehensif Flood Control (pada Gambar 2) adalah bagaimana mengalirkan segera aliran limpahan bajir menuju daerah yang lebih rendah. Dari daerah pegunungan dan perbukitan diinfiltrasikan ke danau atau tanah bawah permukaan, begitu pula perumahan dan gedung-gedung di kota melimpahkan ke tempat rendah reservoir air yang telah teregulasi dengan baik.

Konsep komprehensif flood control di Jepang (Prof. Kenji Okazaki)
Konsep komprehensif Flood Control adalah bagaimana mengalirkan segera aliran limpahan bajir menuju daerah yang lebih rendah. Dari daerah pegunungan dan perbukitan diinfiltrasikan ke danau atau tanah bawah permukaan, begitu pula perumahan dan gedung-gedung di kota melimpahkan ke tempat rendah reservoir air yang telah teregulasi dengan baik.
Quote:
silahkan 





SILAHKAN COMMENT YANG BERMUTU YA GAN
Diubah oleh alwymuhammad 31-01-2013 16:43


shortdistance memberi reputasi
1
11.3K
Kutip
148
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan