- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Cerita Ketika Ditinggal Mati Oleh Keluarga (Sedih)


TS
ecol7
Cerita Ketika Ditinggal Mati Oleh Keluarga (Sedih)
Baca sampai Selesai ya gan, lalu ambil kesimpulannya...
FATWA IBNU TAIMIYAH
FATWA IBN AL-UTSAIMIN
TERNYATA USTADZ ABDUL AZIZ BUKANLAH MUALAF DARI AGAMA HINDU, DI HINDU TAK ADA AJARAN MENGENAI 7,10,40,100 DAN 1000 HARI
BERIKUT CEK LINK NYA
Sampai fitnah membuat buku segala... ASTAGFIRULLAHAL'ADZIIM
Bagaimana tanggapan Agan, kalau sekiranya bermanfaat boleh ane minta
Spoiler for KISAH:
Ini kisah dari Bekasi, pinggiran kota Metropolitan Jakarta. Dalam lima tahun terakhir ini, pengalaman keagamaan orang-orang di kota besar banyak yang berubah. Mereka yang dulunya dari kampung terbiasa dengan praktek keagamaan tradisional, setelah hijrah ke Jakarta berubah akibat terinfeksi Virus Bid'ah yang merajalela. Termasuk sahabat kita yang satu ini, sebut saja Abu Tukijan.
Dulunya Abu Tukijan adalah jama’ah tahlilan di kampungnya. Tetapi, setelah sering mendapat ceramah dari ustad-ustad di kota, Tukijan menjadi orang yang sangat anti tahlil. Bahkan, Tukijan kini menjadi orang yang sangat sering menyerang dan menantang jama’ah yang masih setia melakukan tahlilan. Abu Tukijan mengatakan bahwa tahlil itu bid’ah dholalah. Bid’ah yang sesat, sehingga mengerjakannya sia-sia bahkan diancam neraka. Sadis memang ucapan Abu Tukijan. Seakan-akan dia sudah mengambil alih tugas Malaikat Rokib dan Atid, tukang catat amal baik dan buruk.
Namun suatu hari ada 3 anggota keluarganya yang meninggal, istri, ibu dan anaknya meninggal seketika ketika pulang dari mall. Sikap Abu Tukijan jadi berubah total. Ditinggal ke alam barzah anggota keluarganya membuat Tukijan melihat dunia menjadi mencekam dan dilanda dengan kesepian yang amat mendalam. Dia teringat akan bercandanya dengan anaknya, kasih sayang istri terhadapnya, dan diselingi tawa dari mereka serta ia juga mendapatkan nasehat dari ibunya tersebut semua kejadian yang indah bersama almarhumah-almarhumah terngiang diotaknya setiap waktu hingga menangis tak karuan. Batin Tukijan semakin sedih berlarut-larut. Tiba-tiba sontak dalam pikirannya seperti ada yang mendorong agar Abu Tukijan datang ke Ustad yang menjadi pengurus takmir masjid tak jauh dari rumahnya. Ustad itu justru setiap malam jum’at menjadi imam tahlilan.
Kebetulan sore itu, ustad tadi menjadi imam shalat ashar. Abu Tukijan tiba-tiba ikut wiridan keras, sampai do’a imam selesai. Setelah bersalam-salaman, jama’ah lain sudah pada pulang, Tukijan masih menunggu ustad yang pulang belakangan. “lho kok belum pulang Pak Tukijan?,” tanya ustad. “Anu .., ustad saya menunggu ustad untuk mengundang sekalian meminta ustad agar mengajak jama’ah tahlil mengadakan tahlilan malam nanti di rumah saya,” ujar Abu Tukijan memohon pada ustad.
“Lho kok, Pak Tukijan bukannya dulu anti tahlil dan malah pernah menanyakan ke saya hukum tahlil yang dijawab sendiri Pak Tukijan bahwa hukumnya orang tahlil bid’ah,” jawab ustad dikira Tukijan tidak serius minta tahlilan di rumahnya.
“Ustad saya ini serius, saya akui dulu saya anti tahlil. Tapi sekarang sejak keluarga saya meninggal, saya tiba-tiba sangat ingin agar di rumah ada tahlilan untuk menenangkan batin saya yang sedang sedih dan kesepian,” jelas Tukijan. “Oh…, begitu. Baik, saya akan umumkan ke jama’ah tahlil agar nanti ba’da maghrib tahlilan di rumah Pak Tukijan,” ujar ustad.
Abu Tukijan bercerita, dirinya menjadi anti tahlil karena didoktrin oleh ustadnya yang anti tahlil berhaluan XXX. Namun, begitu anggota keluarganya meninggal, Abu Tukijan menjadi sangat antusias untuk mengadakan tahlilan di rumahnya.
Bagi Abu Tukijan, pengalaman yang dialami sekarang ini, menjadikan tahlil kematian sangat perlu. Tahlilan berfungsi untuk menghilangkan kesepian, perasaan sedih dapat terlupakan karena sibuk melayani tamu dan ikut berdzikir yang akan membawa ketenangan. “Kami bersyukur, ketika dilantunkan do’a kepada keluarga kami, agar diampuni dosanya dan diterima pahalanya, kami sekarang menjadi lebih tenang,” cerita Tukijan.
Abu Tukijan juga menceritakan, tahlilan kematian berdampak positif terhadap emosional keluarga yang ditinggalkannya. Karena dengan banyaknya jama’ah tahlil yang hadir tiap malam sampai tujuh hari, dapat menjadi obat kesepian dan bisa melupakan kesedihan yang dialami.
Ustad lalu menjelaskan, “Pak Tukijan, memang tahlil dan kenduri kematian tidak hanya semata-mata budaya, tetapi berdimensi sosial, mengandung muatan ibadah dengan berdzikir akan semakin dekat dengan Allah dan menjadikan hati lebih tenang,” jelas ustad.
Memang sedikit merepotkan, lanjut ustad, karena harus keluar belanja untuk menjamu mereka yang ikut tahlil. Namun, jika diniatkan sedekah dan pahalanya dihadiahkan pada si mayit, insya Allah menjadi ibadah. Sebagaimana hadits :
“Dari ‘Aisyah : Sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad SAW dia berkata : Sesungguhnya ibuku telah meninggal tiba-tiba, saya kira kalau ia dapat bicara sebelum meninggal, tentu ia akan bersedekah. Apakah ibu saya akan dapat pahala, jika saya bersedekah menggantikannya?’ Jawab Nabi SAW : “Ya” (HR. Imam Muslim, juz XI hal 84)
Berdasarkan hadits tersebut, Imam Nawawi menjelaskan bahwa dibenarkan bersedekah yang kemudian pahalanya disampaikan kepada yang sudah meninggal, bahkan dianjurkan.
Dulunya Abu Tukijan adalah jama’ah tahlilan di kampungnya. Tetapi, setelah sering mendapat ceramah dari ustad-ustad di kota, Tukijan menjadi orang yang sangat anti tahlil. Bahkan, Tukijan kini menjadi orang yang sangat sering menyerang dan menantang jama’ah yang masih setia melakukan tahlilan. Abu Tukijan mengatakan bahwa tahlil itu bid’ah dholalah. Bid’ah yang sesat, sehingga mengerjakannya sia-sia bahkan diancam neraka. Sadis memang ucapan Abu Tukijan. Seakan-akan dia sudah mengambil alih tugas Malaikat Rokib dan Atid, tukang catat amal baik dan buruk.
Namun suatu hari ada 3 anggota keluarganya yang meninggal, istri, ibu dan anaknya meninggal seketika ketika pulang dari mall. Sikap Abu Tukijan jadi berubah total. Ditinggal ke alam barzah anggota keluarganya membuat Tukijan melihat dunia menjadi mencekam dan dilanda dengan kesepian yang amat mendalam. Dia teringat akan bercandanya dengan anaknya, kasih sayang istri terhadapnya, dan diselingi tawa dari mereka serta ia juga mendapatkan nasehat dari ibunya tersebut semua kejadian yang indah bersama almarhumah-almarhumah terngiang diotaknya setiap waktu hingga menangis tak karuan. Batin Tukijan semakin sedih berlarut-larut. Tiba-tiba sontak dalam pikirannya seperti ada yang mendorong agar Abu Tukijan datang ke Ustad yang menjadi pengurus takmir masjid tak jauh dari rumahnya. Ustad itu justru setiap malam jum’at menjadi imam tahlilan.
Kebetulan sore itu, ustad tadi menjadi imam shalat ashar. Abu Tukijan tiba-tiba ikut wiridan keras, sampai do’a imam selesai. Setelah bersalam-salaman, jama’ah lain sudah pada pulang, Tukijan masih menunggu ustad yang pulang belakangan. “lho kok belum pulang Pak Tukijan?,” tanya ustad. “Anu .., ustad saya menunggu ustad untuk mengundang sekalian meminta ustad agar mengajak jama’ah tahlil mengadakan tahlilan malam nanti di rumah saya,” ujar Abu Tukijan memohon pada ustad.
“Lho kok, Pak Tukijan bukannya dulu anti tahlil dan malah pernah menanyakan ke saya hukum tahlil yang dijawab sendiri Pak Tukijan bahwa hukumnya orang tahlil bid’ah,” jawab ustad dikira Tukijan tidak serius minta tahlilan di rumahnya.
“Ustad saya ini serius, saya akui dulu saya anti tahlil. Tapi sekarang sejak keluarga saya meninggal, saya tiba-tiba sangat ingin agar di rumah ada tahlilan untuk menenangkan batin saya yang sedang sedih dan kesepian,” jelas Tukijan. “Oh…, begitu. Baik, saya akan umumkan ke jama’ah tahlil agar nanti ba’da maghrib tahlilan di rumah Pak Tukijan,” ujar ustad.
Abu Tukijan bercerita, dirinya menjadi anti tahlil karena didoktrin oleh ustadnya yang anti tahlil berhaluan XXX. Namun, begitu anggota keluarganya meninggal, Abu Tukijan menjadi sangat antusias untuk mengadakan tahlilan di rumahnya.
Bagi Abu Tukijan, pengalaman yang dialami sekarang ini, menjadikan tahlil kematian sangat perlu. Tahlilan berfungsi untuk menghilangkan kesepian, perasaan sedih dapat terlupakan karena sibuk melayani tamu dan ikut berdzikir yang akan membawa ketenangan. “Kami bersyukur, ketika dilantunkan do’a kepada keluarga kami, agar diampuni dosanya dan diterima pahalanya, kami sekarang menjadi lebih tenang,” cerita Tukijan.
Abu Tukijan juga menceritakan, tahlilan kematian berdampak positif terhadap emosional keluarga yang ditinggalkannya. Karena dengan banyaknya jama’ah tahlil yang hadir tiap malam sampai tujuh hari, dapat menjadi obat kesepian dan bisa melupakan kesedihan yang dialami.
Ustad lalu menjelaskan, “Pak Tukijan, memang tahlil dan kenduri kematian tidak hanya semata-mata budaya, tetapi berdimensi sosial, mengandung muatan ibadah dengan berdzikir akan semakin dekat dengan Allah dan menjadikan hati lebih tenang,” jelas ustad.
Memang sedikit merepotkan, lanjut ustad, karena harus keluar belanja untuk menjamu mereka yang ikut tahlil. Namun, jika diniatkan sedekah dan pahalanya dihadiahkan pada si mayit, insya Allah menjadi ibadah. Sebagaimana hadits :
“Dari ‘Aisyah : Sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad SAW dia berkata : Sesungguhnya ibuku telah meninggal tiba-tiba, saya kira kalau ia dapat bicara sebelum meninggal, tentu ia akan bersedekah. Apakah ibu saya akan dapat pahala, jika saya bersedekah menggantikannya?’ Jawab Nabi SAW : “Ya” (HR. Imam Muslim, juz XI hal 84)
Berdasarkan hadits tersebut, Imam Nawawi menjelaskan bahwa dibenarkan bersedekah yang kemudian pahalanya disampaikan kepada yang sudah meninggal, bahkan dianjurkan.
FATWA IBNU TAIMIYAH
Spoiler for FATWA:
”Bacaan al-Qur’an yang akan sampai (bermanfaat bagi mayit) adalah yang dibacakan ikhlas karena Allah”. (Lihat Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, j. 24, h. 300)
”Barangsiapa membaca al-Qur’an ikhlas karena Allah lalu ia hadiahkan pahalanya untuk mayit maka hal itu dapat memberikan manfaat baginya”. (Lihat Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, j. 24, h. 300).
“Akan sampai kepada mayit bacaan (al-Qur’an) dari keluarganya, bacaan tasbih mereka, bacaan takbir mereka, dan seluruh bacaan dzikir mereka jika memang mereka menghadiahkan pahala bacaan tersebut bagi mayit itu. Itu semua akan sampai kepadanya”. (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, j. 24, h. 324).
”Barangsiapa membaca al-Qur’an ikhlas karena Allah lalu ia hadiahkan pahalanya untuk mayit maka hal itu dapat memberikan manfaat baginya”. (Lihat Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, j. 24, h. 300).
“Akan sampai kepada mayit bacaan (al-Qur’an) dari keluarganya, bacaan tasbih mereka, bacaan takbir mereka, dan seluruh bacaan dzikir mereka jika memang mereka menghadiahkan pahala bacaan tersebut bagi mayit itu. Itu semua akan sampai kepadanya”. (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, j. 24, h. 324).
FATWA IBN AL-UTSAIMIN
Spoiler for FATWA:
“Pembacaan al-Qur’an untuk orang mati dengan pengertian bahwa manusia membaca al-Qur’an serta meniatkan untuk menjadikan pahalanya bagi orang mati, maka sungguh ulama telah berselisih pendapat mengenai apakah yang demikian itu bermanfaat ataukah tidak ? atas hal ini terdapat dua qaul yang sama-sama masyhur dimana yang shahih adalah bahwa membaca al-Qur’an untuk orang mati memberikan manfaat, akan tetapi do’a adalah yang lebih utama (afdlal).”
Sumber : Majmu Fatawa wa Rasaail [17/220-221] karya Muhammad bin Shalih al-Utsaimin [w. 1421 H]
Sumber : Majmu Fatawa wa Rasaail [17/220-221] karya Muhammad bin Shalih al-Utsaimin [w. 1421 H]
TERNYATA USTADZ ABDUL AZIZ BUKANLAH MUALAF DARI AGAMA HINDU, DI HINDU TAK ADA AJARAN MENGENAI 7,10,40,100 DAN 1000 HARI
BERIKUT CEK LINK NYA
Spoiler for link:
[URL="http://generasihindu.blogdetik..com/"]UMAT HINDU MEMBANTAH[/URL]
Sampai fitnah membuat buku segala... ASTAGFIRULLAHAL'ADZIIM
Bagaimana tanggapan Agan, kalau sekiranya bermanfaat boleh ane minta

Diubah oleh ecol7 01-02-2013 14:36
0
9.9K
Kutip
16
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan