Kaskus

Entertainment

arnandadanuAvatar border
TS
arnandadanu
Olivia Lum, Si Ratu Air dari Singapura
Olivia Lum, Si Ratu Air dari Singapura

Kemiskinan dan kelaparan adalah dua hal yang sangat dekat dengan kehidupan Olivia Lum di masa kanak-kanaknya. Bertekad memeroleh kehidupan yang lebih baik, pada usia 15 tahun ia meninggalkan tanah kelahirannya, Malaysia, dan hijrah ke Singapura.

Olivia dilahirkan pada keluarga yang kurang mampu. Hal ini terlihat pada saat Olivia kecil berada di Malaysia sebelum ia hijrah ke Singapura. Kedua orangtuanya sampai saat ini tidak jelas keberadaannya, hingga suatu saat ia diadopsi oleh seorang nenek tunawisma di wilayah Kampar.

Sejak saat itu Olivia kecil hidup dalam kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh nenek tersebut merupakan pengangguran dan tidak berpenghasilan sehingga utang-utangnya pun semakin lama semakin besar. Selain pengangguran, nenek tersebut merupakan seorang penjudi. Bersama empat anak adopsi lainnya, Lum tinggal di rumah sederhana yang kerap kebanjiran jika hujan deras mengguyur.

“Setiap pagi, ketika bangun, saya mendengar orang menangis, menggerutu, dan berkelahi karena kemiskinan.” Bagi sebagian orang, situasi yang jelek tersebut, boleh jadi memicu rasa putus asa hingga mendorong pada situasi yang lebih negatif lagi, kriminalitas misalnya. Namun, Lum punya hasrat kuat untuk memperbaiki nasibnya. Dan ia percaya, pendidikan menjadi jalan keluar dari lorong kegelapan sekaligus mengangkat derajat kehidupannya.

Maka pada 1976, di usia 16, Lum berangkat ke Singapura, negeri yang dipandangnya memberi fasilitas pendidikan representatif. Di sini, ia bersekolah di Tiong Bahru Secondary School. Kemudian masuk Hwa Chong Junior College, selanjutnya Universitas Nasional Singapura (NUS) dan lulus sebagai sarjana kimia di tahun 1986. Selama di Singapura, Lum bekerja serabutan demi mempertahankan hidup, sekolah, dan cita-cita memperbaiki nasibnya. Untuk kuliah, ia mencari beasiswa. Sementara untuk membiayai hidup, ia bekerja apa saja. Pada akhir pekan, ketika teman-temannya asyik jalan-jalan, Lum justru berada di supermarket untuk menjajakan apa saja, mulai dari kosmetik sampai detektor asap.

Namun, karena yakin menjadi pengusaha lebih bisa memperbaiki derajat kehidupannya, pada 1989 Lum mengambil keputusan berani: keluar dari pekerjaannya dan berbisnis. Maka lahirlah Hyflux, perusahaan distribusi peralatan pengolahan air. Bisnis air , dalam hemat Lum, adalah bisnis prospektif , terlebih Singapura sangat tergantung pada pasokan air dari Malaysia.

Untuk mendirikan Hyflux, Lum memang benar-benar berjudi. Selain meninggalkan perusahaan yang selama 3,5 tahun menjadi tempatnya mencari nafkah, ia juga melego aset-aset penting yang telah dibelinya dengan susah payah. Lum menjual mobil dan apartemennya. Lalu, dengan uang 12 ribu dolar AS ia mendirikan Hyflux. Di awal berdiri, Hyflux benar-benar perusahaan yang dipandang sebelah mata. Karyawannya hanya tiga orang. Bersama mereka, Lum bersaing dengan 20 perusahaan sejenis.

Di awal Hyflux berdiri, ia belum punya pelanggan tetap. Ia lebih sering mengendarai motor sendirian dari daerah ke daerah, mengetuk pabrik dari pintu ke pintu untuk menawarkan saringan air, dan selanjutnya seluruh uang yang dia peroleh diinvestasikan untuk bisnisnya. Tak puas hanya menjual peralatan itu, Lum pun meningkatkan kemampuannya dengan mengikuti kursus pengelasan pipa ledeng profesional. Hebatnya, ia lulus dengan nilai sempurna. Setelah memiliki keahlian ini, proyek-proyek pengolahan air menghampirinya. Lum awalnya mengerjakan sendiri semua proyek awal water treatment yang didapat Hyflux demi kepuasan pelanggan.

Baginya, kepuasan klien adalah salah satu tujuan utama. Berkat kegigihannya dalam menjaga kualitas pelayanan, ia kerap diundang ke mancanegara untuk membantu penyediaan air bersih. China misalnya. Di negeri ini, tepatnya di Shanghai, Lum mengepakkan sayap di tahun 1994. Ia melayani perusahaan Singapura yang mulai membangun fasilitas manufaktur di China. Buat para kliennya di China, Lum benar-benar berupaya untuk membuat mereka puas. Ia menghindari gaya birokratis dalam bekerja. Jika ada persoalan di lokasi kerja, dia akan terbang langsung dari Singapura ke China keesokan harinya untuk menyelesaikan persoalan.

Sikap inilah yang lantas membuat banyak pejabat di China terkesan dan mengundang Lum untuk terlibat dalam banyak proyek pengolahan air di negeri itu. Pada 2004 proyek-proyek di Cina menyumbang sekitar 40% pendapatan Hyflux. Sikap menjaga kepuasan konsumen , di satu sisi membuat klien terkesan. Namun di sisi lain, karyawannya kerap merasa berat. Sekadar ilustrasi, Lum yang terlihat selalu sibuk dan tergesa-gesa, melarang kata-kata penting dan lekas ditindaklanjuti dalam e-mail dan memo perusahaannya. Lakukan sekarang juga menjadi mantra budaya perusahaan Hyflux. Kendati memberatkan, justru itulah yang mendorong Hyflux berkembang pesat dalam rentang 16 tahun.

Setelah 10 tahun berdiri hingga pada tahun 2000. Hyflux telah berhasil menguasai pasar industri air mineral di Asia, di mana segmentasi pasarnya mencoba untuk menggali segmen konsumen kelas atas. Kunci sukses Olivia dalam mengelola bisnis nya ialah ia tidak sungkan–sungkan berkecimpung langsung pada proses produksi, salah satunya disaat Hyflux membuat percobaan daur ulang air guna dijadikan air minum pada tahun 2001 lalu. Hasil usahanya tersebut membuahkan penghargaan bagi Hyflux sebagai perusahaan air mineral pertama di Singapura yang mampu mendaur ulang air guna dijadikan sebagai air minum.

Olivia Lum, kini menjadi figur populer di jagad entrepreneurship internasional. Si Ratu Air yang disegani oleh Perdana Menteri Singapura karena berhasil membangun pabrik penyulingan air laut pertama untuk negeri itu. Dan Hyflux yang dibesutnya dengan susah payah, kini telah menjelma sebagai perusahaan yang disegani. Sumber: arnandadanu.blogspot.com
0
1.5K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan