Vokalis Slank Kaka (kiri) berbicara dengan para warga pengungsi banjir di posko Sekolah Dasar Negeri (SDN) 05 Kebon Baru, Tebet, Jakarta, Rabu (16/1) malam. Sebanyak 1500 jiwa dari enam Rukun Warga (RW) Kebon Baru Tebet Jakarta Selatan mengungsi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 05 Kebon Baru karena rumah mereka terendam banjir. (FOTO ANTARA/Pey Hardi Subiantoro)

Grup Slank usai tampil pada Konser Koin untuk Anak di Sekolah Cikal, Jakarta, Minggu (28/3/2010). Hasil donasi konser ini seluruhnya disumbangkan untuk anak-anak Indonesia yang sedang menderita sakit dari keluarga kurang mampu.

JAKARTA, KOMPAS.com -- Slank, yang terdiri dari Kaka (vokal), Bimbim (drum), Abdee Negara (gitar), Ridho Hafidz (gitar), dan Ivanka (bas), dijadikan tokoh-tokoh utama dalam novel seri Slank 5 Hero dari Atlantis (Peace Padi dan Sayur). Penulis novel itu bukan sembarang orang--Sukardi Rinakit, penelti senior Sugeng Sarjadi Syndicate (SSS).

Sukardi memilih Slank bukan karena keterkenalan mereka semata. "Saya ngikutin lagu Slank yang anti korup dan bagus. Mereka juga band yang punya hati. Saat Franky (Sahilatua) galang dana karena sakit, malah Bunda Iffet (ibu Bimbim yang jadi manajer Slank) beli sendiri lagu yang dilelang," ungkap Sukardi dalam jumpa pers di Hotel Four Seasons, Jakarta, Senin (28/1/2013).

Diterangkan oleh Sukardi, novel yang diluncurkan pada ulang tahun ke-12 SSS tersebut merupakan bagian dari tetralogi. "Novel Slank 5 Hero dari Atlantis ini bagian pertama yang mengulas preferensi politik masyarakat yang tumbuh di lingkungan padi dan sayur," kata Sukardi.

Filosofi padi dan sayur dipilih olehnya karena akrab dalam kepribadian masyarakat Indonesia. Pasalnya, masyarakat Indonesia yang tumbuh di lingkungan pertanian atau padi memiliki kecenderungan kuat memercayai hal berbau supranatural seperti ramalan; sedangkan masyarakat Indonesia yang tumbuh di lingkungan sayur memiliki karakter yang detil dan tidak menyukai isu makro.

"Para politisi yang bisa membuat virus itu berdasarkan karakter spesifik tersebut. Mereka akan mampu mempengaruhi dan menarik suara sehingga kontestasi politik dapat mereka menangkan. Di novel ini hal itu dijelaskan," terangnya lagi.

Menurut Sukardi, pada mulanya novel tersebut merupakan karya ilmiah mengenai sistem politik Indonesia. Namun, kemudian dirinya memilih menyalurkannya dalam bentuk novel agar bisa diterima oleh semua kalangan.

"Ini bukan novel serius yang kalau dibaca kita akan jadi pusing. Ini adalah novel yang sepenuhnya populer. Serial selanjutnya akan membahas pergulatan Slank 5 Hero dalam konflik sosial dan politik di wilayah perkebunan," ujarnya.

Sukardi mengatakan, ia bersama penerbit novel itu akan membagikan 25.000 buku novel tersebut ke perpustakaan sampai tingkat RT/RW se-DKI Jakarta. Sementara itu, di luar DKI Jakarta, mereka akan membagikan 15.000 buku novel tersebut ke perpustakaan. "Jadi, yang cetak pertama novel ini, sekitar 500 eksemplar, akan dibagikan secara gratis," katanya lagi.

Dalam peluncuran novel itu hadir Slank; Ketua Palang Merah Indonesia, Jusuf Kalla; Ketua Mahkamah Kontitusi, Mahfud MD; Mantan Wakil Presiden Tri Sutrisno; budayawan Radhar Panca Dahana; sutradara Garin Nugroho; pendiri CSIS Harry Tjan Silalahi; dan penyayi Edo Kondologit.
Sumber: kompas.com

Bimbim Slank mengungkapkan bandnya sedang mengumpulkan seribu nama orang yang peduli bangsa.

Orang-orang tersebut dimasukkan Slank dalam daftar bernama Revolusi Cinta.

"Ini daftar pribadi aja, cari seribu orang yang peduli bangsa. Tapi baru terkumpul 33. Susah banget naiknya," kata Bimbim ditemui usai peluncuran novel politik "SLANK 5 HERO DARI ATLANTIS" di Jakarta, Senin.

Dia mengungkapkan, jumlah orang dalam daftar itu turun naik.

"Ada orang yang sudah masuk daftar, tapi terus kelakuannya nggak asyik, jadi dicoret."

Band yang sudah berdiri sejak 29 tahun itu kerap menyuarakan nilai-nilai antikorupsi.

"Slank sekarang udah punya 19 album. Dari album pertama sudah 'teriakin' antikorupsi. Tapi makin lama korupsi makin parah. Makanya harus cari teman," Bimbim memberi alasan.

"Kalau udah dapat seribu, kita ingin mendorong mereka untuk bikin perubahan."

Bimbim mengatakan, dia dan kawan-kawannya menilai seseorang cocok untuk masuk ke daftar lewat pengamatan dari media massa.

"Baca koran, majalah, Internet, TV, gosip. Kalau lagi lihat dialog politik, 'Wah ini bagus nih'. Sama Googling dan buka Wikipedia."

Bimbim berharap daftar tersebut bisa jadi kenyataan meskipun perjalanan mencari seribu orang baru terwujud di angka 33.

"Kalau cari daftar seribu penjahat sih cepet banget ya," selorohnya.

(nan)

Sumber: antara.com