zhouxianAvatar border
TS
zhouxian
Tiga Generasi Pertahankan Resep Tradisional
OENG Eng Hwat terlihat sibuk menuangkan tepung beras dari karung ke bakul. Dibantu seorang karyawannya, beras ketan itupun dicuci dengan air. Usai dikeringkan, beras ketan itupun kemudian digiling denga n mesin penggilingan. Deru mesin yang mengaung membuat suasana kesibukan di rumah produksi Kue Keranjang miliknya di Jl Kentangan Tengah Jagalan Semarang, Jumat (25/1) makin terasa.

Butiran halus beras ketan yang menjadi tepung pun diahsilakan setelah melalui proses penggilingan. Dua pekerja pun menyambut tepung yang berwarna putih bersih untuk kemudian diayak. Sementara pekerja lainnya telah menyiapkan bahan-bahan pendukung untuk kemudian diaduk menjadi sebuah adonan yang akan dituang satu persatu ke cetakan keranjang bambu yang dilapisi plastik atau daun.

Yah, untuk membuat sebuah kue Keranjang memang tak semudah cara memakannya. Rentetan proses memang harus dilewati agar rasa khas kue tahun baru Imlek tersebut. Namun, di tangan Oeng Eng Hwat proses tersebut senantiasa dilalui dengan benar.

"Saya sudah mendapatkan resep dan cara pembuatan kue keranjang ini secara turun temurun. Saya sudah generasi ketiga, dan kami akan tetap menjaga resep tradisional leluhur kami agar rasa khas kue ini juga terjaga," jelasnya.

Benar saja, meski di era modern saat ini ia pun tetap menggunakan kayu bakar untuk meng oven kue-kue tersebut. Meski kendala kayu bakar yang sulit dicari, namun karena menjaga keorisinalitas rasa apapun akan ia hadapi. Tak hanya cara memanggang/oven saja yang tetap tradisional, untuk bahan utama tepung ketan ia pun melakukan penggilingan sendiri.

Menurut pria keturunan Tionghoa tersebut, jelang perayaan Imlek permintaan kue Keranjang memang meningkat. Untuk itu, ia pun menggenjot bisnis musiman tersebut. Untuk tahun ini, ia telah menyiapkan 1 ton beras ketan. Ia membagi tiga ukuran untuk kue keranjang.

Ada ukuran dengan berat 1 kg yang terdiri dari 4 keranjang, 1 kg terdiri dari tiga keranjang atau 1 kg terdiri dari 2 keranjang. Tiap 1 kg kue keranjang ia jual sekitar Rp 35 ribu.

Ada empat rasa, Vanila, Coklat, Pandan dan Kacang yang ia tawarkan. Bahkan untuk pembungkus, ia juga menawarkan 2 pilihan, yaitu pembungkus plastik untuk kepraktisan atau pembungkus daun seperti khasnya kue keranjang jaman dahulu. "Semua punya selera dan kesukaan masing-masing. Makanya kita berikan beragam pilihan," jelasnya.

Menurut pria ramah tersebut, permintaan kue Keranjang di pasar akan mengalami puncaknya saat H-3 Imlek. Saat itu, kue Keranjang yang ia kirim ke sejumlah kota di Jateng tersebut akan meminta pasokan yang cukup melonjak.

Namun, karena persaingan semakin ketat, roda bisnis kue keranjang memang tak semanis jaman generasi kedua. Meski demikian, sebagai generasi ketiga, Oeng Eng Hwat tetap akan memutar roda bisnis tersebut, meski perlahan namun tetap menjaga resep leluhur.

http://www.suaramerdeka.com/v1/index...ep-Tradisional

mantap nih
Diubah oleh zhouxian 27-01-2013 08:42
0
1K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan