- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Roy Suryo Akan "Control+Alt+Delete" PSSI
TS
andachan
Roy Suryo Akan "Control+Alt+Delete" PSSI
Quote:
TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - "Saya Akan "Control+Alt+Delete" PSSI." Itulah pernyataan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo untuk memecahkan kekisruhan sepak bola nasional.
Hal itu dikatakan Roy Suryo dalam wawancaranya dengan Koran Tempo edisi Minggu (20/1/2013). Wawancara itu sendiri dilakukan semalam sebelum pelantikan, Senin (14/1/2013). Berikut petikannya:
Anda sudah menolak, tetapi kenapa tetap bersedia?
Saya dipanggl ke Istana dua kali. Saat fit and proper test, saya ditanya tentang olahraga selama dua jam. Kemudian, hasil tes itu dibacakan Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono) di depan saya. Waktu itu ada Wakil Presiden Boediono, Dipo Alam, dan Sudi Silalahi. Sisi positif saya, menurut Presiden, adalah kepribadian dan suka mengambil risiko. Saat itu, saya katakan ke Presiden, kalau ada pilihan mundur, saya akan memilih itu. Tetapi, Presiden langsung bilang: tidak, tidak ada pilihan. Tetapi, beliau mengingatkan saya jangan mengutamakan kepentingan pribadi.
Oke, mungkin Anda memang tidak paham betul soal dunia olahraga. Tetapi, Anda berolahraga enggak, sih?
Jujur, saya tidak bisa menjawa pertanyaan Presiden saat fit and proper test: olahraganya apa, Mas? Karena saya memang tidak berolahraga.
Sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, apa masalah yang diamanahkan Presiden untuk Anda beresi?
Saya mendapatkan 25 inventarisasi masalah di Kementerian Pemuda dan Olahraga. Namun, yang diutamakan Presiden ada tiga: konsolidasi, mencapai prestasi, dan membenahi PSSI.
Bagaimana Anda akan melakukannya?
Ihwal konsolidasi, saya akan membuat pakta integritas bersama semua pegawai di Kemenpora. Saya tidak mau nanti ada orang yang mengaku orang Adhyaksa (Dault), orang Andi (Mallarangeng), orang lama. Pokoknya, tidak ada orang-orangan. Sembari konsolidasi itu, saya akan berdiskusi soal percepatan pencairan anggaran olahraga yang dibintangi DPR sebesar Rp 1,9 triliun, sehingga prestasi bisa tercapai.
Anda berbicara dengan Andi Mallarangeng?
Pak Andi cerita dengan versi beliau. Konon, katanya, ketika Pak Andi masuk, berkas proyek Hambalang, sudah siap di tangan Wafid Muharam (mantan Sekretaris Kementerian). Kemudian beliau disodorkan proyek itu. Karena Pak Andi sangat percaya penuh dengan Wafid, maka mengiyakan saja. Saya juga harus berhati-hati. Kasus Andi bisa menimpa saya kalau tidak melakukan koreksi.
Jadi, bagaimana kelanjutan proyek tersebut?
Ibarat pesta, pestanya itu sudah lewat, sekarang tinggal piring-pring kotor. Saya tidak mau makan sisa-sisa makanan di piring itu. Saya akan bersihkan saja. Cuci!
Soal kisruh PSSI, apa yang akan Anda lakukan?
Pilihannya, hanya ada dua: memilih salah satu (KPSI atau PSSI) atau bubarkan keduanya. Kalau saya memilih salah satu badan itu, bisa-bisa terjadi kegaduhan lagi. Cara penyelesaiannya di-"control+alt+delete" (cara mematikan komputer saat hang), begitu.
Wah, kok bumi hangus begitu?
Saya tidak mau arogan.
Pertama, saya akan mendengarkan dulu hasil tim satuan tugas bentukan pemerintah yang sudah mendatangkan AFC (Asian Football Confederation). Saya sudah berdiskusi dengan Ibu Rita Subowo, Ketua Komite Olimpiade Indonesia. Intinya mengatasi masalah PSSI jangan berlarut-larut karena batas sanksi FIFA sudah dekat. Kena sanksi sebenarnya bukanlah hal buruh. Lihat pengalaman Yunani dan Irak. Mereka justru jadi bagus setelah diberikan sanksi.
Sementara soal persiapan SEA Games, apa yang akan dilakukan Indonesia tetap menjadi juara?
Berat. Saya terus terang bilang begitu ke Presiden. Dua tahun lalu kita juara umum karena digelar di Palembang. Tentunya dengan kuantitas atlet yang banyak dan mengkreasi cabang olahraga yang menguntungkan kita sebanyak-banyaknya. Itu tidak bisa kita lakukan di Myanmar. Jadi, program saya akan disesuaikan dengan potensi cabang olahraga yang unggul. Untuk menerapkan program, saya sudah berbicara dengan staf khusus yang kemarin ada. Saya juga akan membawa ahli teknologi informasi dalam staf saya. Memang saya ingin kasih sentuhan teknologi informasi di Kemenpora.
Apa olahraga Anda saat muda?
Tidak ada. Justru olahraga yang mengubah hidup saya. Saya dulu pernah mencoba ikut ekstrakurikuler basket saat sekolah menengah pertama. Tetapi, lama-lama, antara porsi mendribel dan duduk di pinggir lapangan, kebanyakan duduk. Bukan karena capek, tetapi karena saya tidak bisa main. Itu mengubah saya untuk memilih ekstrakurikuler elektronik. Di SMP Negeri 5 Yogyakarta, bel masuk dan istirahatnya merupakan karya saya pada 1981.
Bagaimana dengan pengalaman memimpin organisasi pemuda?
Enggak juga. Paling korps mahasiswa. Karena itu, saya diragukan karena tidak pernah berdarah-darah memimpin organisasi. Saya dituduh mendapatkan enaknya saja karena langsung jadi menteri. Tetapi, kalau memang tidak pernahh, apa harus dipernah-pernahkan?
Menurut Anda, bagaimana potensi pemuda Indonesia?
Sebenarnya besar. Hanya sekarang banyak organisasi pemuda isinya bapak-bapak. Saya akan memberlakukan penuh Undang-Undang Nomor 80 Tahun 2009. Dalam Pasal 1 disebutkan yang namanya pemuda itu berusia 16-30 tahun. Nah, kalau berdasarkan UU itu, bubar semua itu organisasi kepemudaan. Pramuka yang sudah uzur ya harusnya sudah berganti nama, jadi Pratuka: Praja Tua Karana (tertawa). Kini, kantor Kemenpora seperti cuma menjadi kantong donatur untuk organisasi pemuda yang tidak ada pembinaannya sama sekali. Akhirnya muncullah program-program sekadar untuk mencari dana. Saya akan mengevaluasi itu.
Sebagai menteri, apakah Anda akan tetap rajin "Twitter-an"?
Masih, dong. Ponsel saya masih sama. Mungkin intensitasnya saja yang agak berkurang. Semoga saya tidak susah dihubungi oleh awak media. Ya, memang pasti ada beban jarak. Saya sebenarnya tidak mau Ahad (20/1/2013) ini ke Yogyakarta dikawal, Tetapi, berdua sama istri saja saat ini tidak boleh. Harus ada protokol. Ada perubahan sedikit memang iya. Tetapi, natural saja. (*)
Hal itu dikatakan Roy Suryo dalam wawancaranya dengan Koran Tempo edisi Minggu (20/1/2013). Wawancara itu sendiri dilakukan semalam sebelum pelantikan, Senin (14/1/2013). Berikut petikannya:
Anda sudah menolak, tetapi kenapa tetap bersedia?
Saya dipanggl ke Istana dua kali. Saat fit and proper test, saya ditanya tentang olahraga selama dua jam. Kemudian, hasil tes itu dibacakan Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono) di depan saya. Waktu itu ada Wakil Presiden Boediono, Dipo Alam, dan Sudi Silalahi. Sisi positif saya, menurut Presiden, adalah kepribadian dan suka mengambil risiko. Saat itu, saya katakan ke Presiden, kalau ada pilihan mundur, saya akan memilih itu. Tetapi, Presiden langsung bilang: tidak, tidak ada pilihan. Tetapi, beliau mengingatkan saya jangan mengutamakan kepentingan pribadi.
Oke, mungkin Anda memang tidak paham betul soal dunia olahraga. Tetapi, Anda berolahraga enggak, sih?
Jujur, saya tidak bisa menjawa pertanyaan Presiden saat fit and proper test: olahraganya apa, Mas? Karena saya memang tidak berolahraga.
Sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, apa masalah yang diamanahkan Presiden untuk Anda beresi?
Saya mendapatkan 25 inventarisasi masalah di Kementerian Pemuda dan Olahraga. Namun, yang diutamakan Presiden ada tiga: konsolidasi, mencapai prestasi, dan membenahi PSSI.
Bagaimana Anda akan melakukannya?
Ihwal konsolidasi, saya akan membuat pakta integritas bersama semua pegawai di Kemenpora. Saya tidak mau nanti ada orang yang mengaku orang Adhyaksa (Dault), orang Andi (Mallarangeng), orang lama. Pokoknya, tidak ada orang-orangan. Sembari konsolidasi itu, saya akan berdiskusi soal percepatan pencairan anggaran olahraga yang dibintangi DPR sebesar Rp 1,9 triliun, sehingga prestasi bisa tercapai.
Anda berbicara dengan Andi Mallarangeng?
Pak Andi cerita dengan versi beliau. Konon, katanya, ketika Pak Andi masuk, berkas proyek Hambalang, sudah siap di tangan Wafid Muharam (mantan Sekretaris Kementerian). Kemudian beliau disodorkan proyek itu. Karena Pak Andi sangat percaya penuh dengan Wafid, maka mengiyakan saja. Saya juga harus berhati-hati. Kasus Andi bisa menimpa saya kalau tidak melakukan koreksi.
Jadi, bagaimana kelanjutan proyek tersebut?
Ibarat pesta, pestanya itu sudah lewat, sekarang tinggal piring-pring kotor. Saya tidak mau makan sisa-sisa makanan di piring itu. Saya akan bersihkan saja. Cuci!
Soal kisruh PSSI, apa yang akan Anda lakukan?
Pilihannya, hanya ada dua: memilih salah satu (KPSI atau PSSI) atau bubarkan keduanya. Kalau saya memilih salah satu badan itu, bisa-bisa terjadi kegaduhan lagi. Cara penyelesaiannya di-"control+alt+delete" (cara mematikan komputer saat hang), begitu.
Wah, kok bumi hangus begitu?
Saya tidak mau arogan.
Pertama, saya akan mendengarkan dulu hasil tim satuan tugas bentukan pemerintah yang sudah mendatangkan AFC (Asian Football Confederation). Saya sudah berdiskusi dengan Ibu Rita Subowo, Ketua Komite Olimpiade Indonesia. Intinya mengatasi masalah PSSI jangan berlarut-larut karena batas sanksi FIFA sudah dekat. Kena sanksi sebenarnya bukanlah hal buruh. Lihat pengalaman Yunani dan Irak. Mereka justru jadi bagus setelah diberikan sanksi.
Sementara soal persiapan SEA Games, apa yang akan dilakukan Indonesia tetap menjadi juara?
Berat. Saya terus terang bilang begitu ke Presiden. Dua tahun lalu kita juara umum karena digelar di Palembang. Tentunya dengan kuantitas atlet yang banyak dan mengkreasi cabang olahraga yang menguntungkan kita sebanyak-banyaknya. Itu tidak bisa kita lakukan di Myanmar. Jadi, program saya akan disesuaikan dengan potensi cabang olahraga yang unggul. Untuk menerapkan program, saya sudah berbicara dengan staf khusus yang kemarin ada. Saya juga akan membawa ahli teknologi informasi dalam staf saya. Memang saya ingin kasih sentuhan teknologi informasi di Kemenpora.
Apa olahraga Anda saat muda?
Tidak ada. Justru olahraga yang mengubah hidup saya. Saya dulu pernah mencoba ikut ekstrakurikuler basket saat sekolah menengah pertama. Tetapi, lama-lama, antara porsi mendribel dan duduk di pinggir lapangan, kebanyakan duduk. Bukan karena capek, tetapi karena saya tidak bisa main. Itu mengubah saya untuk memilih ekstrakurikuler elektronik. Di SMP Negeri 5 Yogyakarta, bel masuk dan istirahatnya merupakan karya saya pada 1981.
Bagaimana dengan pengalaman memimpin organisasi pemuda?
Enggak juga. Paling korps mahasiswa. Karena itu, saya diragukan karena tidak pernah berdarah-darah memimpin organisasi. Saya dituduh mendapatkan enaknya saja karena langsung jadi menteri. Tetapi, kalau memang tidak pernahh, apa harus dipernah-pernahkan?
Menurut Anda, bagaimana potensi pemuda Indonesia?
Sebenarnya besar. Hanya sekarang banyak organisasi pemuda isinya bapak-bapak. Saya akan memberlakukan penuh Undang-Undang Nomor 80 Tahun 2009. Dalam Pasal 1 disebutkan yang namanya pemuda itu berusia 16-30 tahun. Nah, kalau berdasarkan UU itu, bubar semua itu organisasi kepemudaan. Pramuka yang sudah uzur ya harusnya sudah berganti nama, jadi Pratuka: Praja Tua Karana (tertawa). Kini, kantor Kemenpora seperti cuma menjadi kantong donatur untuk organisasi pemuda yang tidak ada pembinaannya sama sekali. Akhirnya muncullah program-program sekadar untuk mencari dana. Saya akan mengevaluasi itu.
Sebagai menteri, apakah Anda akan tetap rajin "Twitter-an"?
Masih, dong. Ponsel saya masih sama. Mungkin intensitasnya saja yang agak berkurang. Semoga saya tidak susah dihubungi oleh awak media. Ya, memang pasti ada beban jarak. Saya sebenarnya tidak mau Ahad (20/1/2013) ini ke Yogyakarta dikawal, Tetapi, berdua sama istri saja saat ini tidak boleh. Harus ada protokol. Ada perubahan sedikit memang iya. Tetapi, natural saja. (*)
Quote:
smoga pernyataan pak menteri segera direalisasikan, sehingga kemelut PSSI dan KPSI segera berakhir
0
13.2K
Kutip
217
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan