Kaskus

News

de_blenkcekAvatar border
TS
de_blenkcek
Inikah Demokrasi yang di gembar-gemborkan??
Seperti inikah wajah demokrasi yang selama ini dijadikan jargon?





artikel berikut saya copas dari kompasiana.. Karena selayaknya masyarakat tau tanpa perlu ditutup-tutupi, agar mata kita semakin terbuka, dan semakin kritis terhadap setiap pemberitaan..

Mengutip Tempo.co, orang-orang yang terafiliasi dengan Partai Nasional Demokrat melakukan kekerasan terhadap jurnalis dan pengunjung rasa di depan kantor bos Metro TV, Surya Paloh, di Gondangdia, Jakarta Pusat, Rabu, 16 Januari 2013 lalu.

Ironis dan mengejutkan, itulah kata yang tepat. Kenapa ironis dan mengejutkan?

IRONIS karena Metro TV yang identik dengan Surya Paloh, ‘gagal’ dan ‘lebih buruk’ dalam menangani isu tenaga kerja. Metro TV sangat gencar memberitakan perkembangan dalam negeri, termasuk berita-berita PHK dan carut-marut penanganan tenaga kerja oleh Pemerintah dan Perusahaan-perusahaan Korporat. Dengan sangat rinci, Metro TV terbilang sukses memberitakan isu tenaga kerja dan perjuangan hak-hak tenaga kerja. Seperti pemberitaan banjir DKI yang diberitakan Metro TV sepanjang hari, pemberitaan tentang demo buruh yang memperjuangkan hak-hak mereka, dilaporkan Metro TV dengan sangat detail ke publik. Sesuai dengan visinya, Metro TV memang berkeinginan menjadi TV berita nomor satu di Indonesia. Tapi ketika Metro TV sendiri menghadapi isu tenaga kerja, penangannya bisa dikatakan lebih buruk dan nyaris tidak manusiawi.

Nasib yang diterima Luviana, jurnalis Metro TV yang di pecat sepihak menjadi bukti. Penangan kasusnya juga berlarut-larut sampai sekarang. Kasus Luviana mencuat awal 2012 lalu, dan hingga kini tidak ada penyelesaian. Kasus ini semakin mencuat karena Metro TV menghentikan gaji luviana sejak Juni 2012, meski belum ada putusan tetap dari pengadilan terhadap PHK. Kini, AJI Jakarta sedang mendampingi kasus ini secara litigasi dan nonlitigasi bersama LBH Pers, Aliansi Melawan Topeng Restorasi (Metro), dan Aliansi Sovi (Solidaritas Perempuan untuk Luviana).

Apakah nasib yang menimpa Luviana diberitakan oleh Metro TV? Apakah nasib yang menimpa Luviana diliput dan diburu beritanya oleh pencari berita/kru Metro TV? Ternyata tidak. Luviana bersama nasib dan kelangsungan hidupnya bak tenggelam ditelan banjir DKI.

Lalu, kenapa pula MENGEJUTKAN?

Kebebasan media, demonstrasi dan hak menyampaikan pendapat adalah bagian dari Demokratisasi, dan kebebasan itu dijamin oleh konstitusi kita. Karena itu, adalah sangat mengejutkan ketika sekitar 30 orang dari dalam kantor Partai Nasional Demokrat (NasDem) mengejar massa demonstrasi hingga kocar-kacir. Mereka juga sempat menghancurkan kaca mobil komando yang dibawa oleh para demonstran. Para pengunjuk rasa pun dipukul, ditendang, dan didorong oleh mereka. Jurnalis yang meliput demonstrasi juga dipaksa menghapus tulisan dan gambar liputan oleh mereka.

Belajar ke Anas Urbaningrum dan Partai Demokrat

Untuk urusan demonstrasi dan perlakuan kepada jurnalis media, Surya Paloh dan Partai NasDem patut belajar kepada Anas Urbaningrum dan Partai Demokrat. Meskipun Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat diperlakukan Metro TV bak orang yang sudah terpidana (padahal Anas tidak pernah jadi saksi dan jadi tersangka kasus apapun), Anas dan Partai Demokrat tetap memandang Metro TV sebagai institusi media yang harus dihargai dan dihormati. Disamping itu, Kantor DPP Partai Demokrat juga sudah menjadi langganan para demonstran. Pendemo dapat menyampaikan pendapat mereka dengan bebas dan terbuka. Media juga dengan bebas dapat meliput secara utuh. Anas dan Partai Demokrat tetap menjunjung tinggi kebebasan media, kebebasan demonstrasi dan hak menyampaikan pendapat.

Powerful Effects Theory

Baik Surya Paloh, Metro TV dan Partai NasDem, maupun Anas Urbaningrum dan Partai Demokrat, agaknya sama-sama mengetahui bagaimana efek pemberitaan media terhadap persepsi publik. Adalah Walter Lippmann dan Harold Lasswell yang mengungkap bagaimana pemberitaan media dapat mempengaruhi persepsi publik.

Masih ingat tulisan Sean Smith di Newsweek? Sean menulis tentang “Kisah cinta Jennifer Lopez-Ben Affleck”. Tulisan ini membuat Newsweek terjual jutaan eksemplar karena menampilkan keduanya dihalaman cover-nya. Industri media menyakini bahwa pemberitaan Kisah Cinta Jennifer Lopez-Ben Affleck memiliki kekuatan mempengaruhi publik. Disisi lain, Newsweek mengalami kerugian yang cukup besar karena tidak laku terjual dalam edisi lain ketika memberitakan affair Demi Moore-Asthon Kutcher. Kali ini industri media dibuat garut-garut kepala. Publik ternyata cukup pintar memilah, kapan mereka tertarik dan kapan mereka tidak tertarik.

Kembali ke fenomena Surya Paloh, Metro TV dan Partai NasDes vs Anas Urbaningrum dan Partai Demokrat dalam menghadapi demonstrasi dan pemberitaan media. Bagi Surya Paloh, Metro TV dan Partai NasDes, agaknya demonstrasi kasus Luviana harus dicegah dan ditutupi dari liputan media massa karena akan memberikan citra negatif kepada Surya Paloh, Metro TV dan Partai NasDes. Jika memang demikian, mengapa Anas Urbaningrum dan Partai Demokrat tidak mencegah dan menutup-nutupi demonstrasi dan liputan media? Apakah bagi Anas Urbaningrum dan Partai Demokrat, kebebasan pers dan kebebasan berekspresi adalah harga mati untuk demokratisasi? Tunggu tulisan berikutnya. Salam Demokrasi!

Sumber: http://edukasi*kompasiana*com/2013/01/17/surya-paloh-metro-tv-partai-nasdem-anti-demokrasi-kah-525504.html

artikel lain yang terkait: http://media*kompasiana*com/mainstream-media/2012/02/26/luviana-korban-kesewenangan-pemilik-modal-metro-tv-442486.html
Diubah oleh de_blenkcek 18-01-2013 21:53
0
3.2K
30
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan