Berikut cerita saya tentang pengalaman banjir kemarin.
Saya berangkat jam 6 pagi dengan menunggunakan motor bersama istri saya, disertai dengan hujan
rintik2. Berbekal jas hujan dan tas yang telah kami plastikkin. Awalnya saya sudah enggan mau berangkat,
namun dikarekan sehari sebelumnya saya tidak bisa masuk kerja dikarekan sakit, saya akhirnya
tetap memaksakan diri untuk masuk kerja.
Tujuan saya tak lain adalah ke kantor saya yang berlokasi di wisma BNI 46, namun sebelum itu, seperti
biasanya saya mengantar istri saya bekerja terlebih dahulu ke daerah tanah abang.
Spoiler for Part 2:
Motor pun melaju dengan kecepatan relatif kencang dari bekasi menuju ke jakarta. Saya sedikit
bingung dengan kondisi jalan di kalimalang, yang lumayan lenggang pagi ini, tidak seperti biasanya.
Motor melaju dari kalimalang menuju Banjir Kanal Timur. Setibanya di pondok kelapa, jalur sangat
padat, dan hujan pun semakin kencang. Setelah beberapa menit, akhirnya saya bisa melewati jalur
tersebut.
Setibanya di area Banjir Kanal Timur, jalan sangat lenggang. Motorpun saya pacu dengan kecepatan
tinggi ditengah hujan yang sangat deras. sebelum flyover kampung melayu, jalanan di blokir
polisi dan dinas perhungan. Sekilas saya lihat ada 'danau' dadakan di jalur tersebut, sungguh mengerikan
jika membayangkan sehari2nya disekitar daerah tersebut adalah pemukiman warga. Tanpa pikir panjang,
saya pindah ke jalur sebelahnya, dan mengarahkan motor saya ke daerah senen, lewat jatinegara.
Dijalur ini sangat padat, dikarenakan ada pengalihan arus kendaraan yang melintas bukit duri.
Motor saya pun hanya bisa melaju kecepatan rata2 20km/jam ditengah hujan yang semakin deras.
Beberapa kali saya masuk jalur busway. Setelah saya sampai disimpang pasar senen, saya mengarahkan
motor saya ke area kwitang, lewat tugu tani.
Diarea kwitang, air menggenang cukup tinggi, namun memang tidak setinggi daerah lain yang pernah saya
lalui dan saya dengan dari berita, saya pun dengan percaya diri melewati jalur tersebut. Saya kebut
motor saya secepat mungkin supaya air tidak masuk ke kenalpot. tak lama berselang, saya sudah sampai diarea tugu tani.
Spoiler for part 3:
Ditengan hujan yang masih cukup deras, tiba2 muncul kepulan asap dari arah belakang motor saya. Orang pun berteriak menggingatkan saya.
Saya langsung reflek utk mematikan motor, dan menggiring motor saya ke tepi jalan. Berhubung pengetahuan saya tentang motor sangatlah minim,
saya coba menggiring motor saya utk benar2 ketepi, karena saat ini motor saya terletak ditepi jalan tugu tani yang dimana sangat ramai kondisinya.
Saat saya mencoba mendorong motor, ternyata ban motor saya kekunci dan tidak bisa berputar, saya coba dorong, namun tetap tidak bisa.
Perasaan langsung lesu, udah ujan deras, motor bermasalah. Namun saya coba untuk tetap tenang.
Sambil sesekali saya angkat bagian belakang motor saya, saya coba mendorong motor saya ke arah monas untuk mencari bengkel terdekat. belum ada beberapa meter,
saya merasa sangat cape sekali, dikarenakan meski motor saya adalah golongan motor kecil karena motor tetaplah motor yang beratnya 'lumayan'
saya coba tanya orang sekitar, namun ternya bengkel motor terdekat ada di jalan wahid hasyim yang itu berarti saya harus melawan arah.
akhirnya sya coba mendorong motor saya sedikit demi sedikit ditengah hujan dan macet parah,
saya melawan arus di tugu tani, bengkel nya berlokasi didekat stasiun gondangdia. sesampainya dibengkel, ternyata bengkel nya masih tutup. Saya coba tengok jam di hape, ternyata sudah jam 9. saya pun berusaha mencoba
contact rekan sekantor utk menyampaikan berita ini ke bos saya.
Spoiler for part 4:
Daripada nunggu lama, saya pun menyuruh istri saya utnuk berjalan kaki ke kantornya yang berlok
asi di tanah abang. jam 10, bengkel nya baru buka. Pas dibongkar, ternyata kampas rem kebakar dan meleleh.
dan untuk sparepart nya sedang tidak ready, dan harus dibeli dulu ke daerah Jakarta Kota, sementara akses ke jakarta kota lumpuh total. Abang2 yang disuruh belanja pergi sekitar setangah 11. Sampe jam 1an belum juga muncul,
wah jangan si abang kejebak banjir juga. Alhasil saya suruh tukang bengkel nya utk membereskan sparepart motor yang sudah di bongkar total, yang penting roda belakang sudah bisa berputar.
Motorpun saya dorong ke daerah tanah abang untuk menjumpai kantor istri saya, sambil siapa tahu dijalan ketemu bengkel yang punya sparepart motor yang saya butuhkan.
Sesampainya ditanah abang, bengkel tak kunjung saya temukan, yang ada malah banjir yang semakin menjadi2 diberbagai penjuru ibu kota. Akhirnya saya temui istri saya, dan kamipun memutuskan utk
menitipkan motor di kantor istri saya. Kamipun bergegas pulang.
Kami naik angkot ke simpang hotel milenium, rencananya mau nunggu bus tanah abang-bekasi, ternyata tidak ada bus jurusan tnh abang-bekasi yang jalan hari ini. Akhirnya kami putuskan utk menerjang banjir.
Spoiler for part 5:
kami berjalan menuju thamrin, dengan harapan akan ada angkutan yang akan kami temui. Sesampainya di thamrin, ternyata kami menemui banjir yang jauh lebih dalam yakni seleher orang dewasa.
Saya baru inget klo jas ujan saya ketinggalan didearah gondang dia. saya suruh istri saya menunggu di thamrin, sementara saya jalan kaki menuju gondang dia, utk mengambil jas hujan saya. Sesampainya
di gondang dia, saya kepikiran utk naik kereta. Sya pun menelepon istri saya dan nyuruh dia utk naik ojek ke gondangdia. Kamipun bertemu di gondangdia. Pas sampai di loket, katanya kereta kebekasi
tidak lewat gondangdia, tapi lewat manggarai.
Jam sudah menunjukkan waktu pukul 15.15. Kami pun mencegat tukang bajaj dan menanyakan ongkos ke gondangdia. Setelah deal, dengan harga 25rb. kamipun bergegas menuju stasiun manggarai.
Distasiun manggarai, kami beli tiket commuter line utk 2 orang, harganya 8500/orang. Awalnya kami pikir akan jadi cepet sampai, ternyata sampai stengah 6, kereta ke bekasi tak kungjung tiba, sementara kereta bogor terus datang
bergantian silih berganti. Disinilah saya baru merasakan bobroknya dunia perkreta apian di Indonesia, selama ini cuman baca dari berita saja.
Spoiler for part Akhir:
sekitar jam 6 sore kurang, kereta pun tiba. Kereta dengan harga yang lumayan ini dilengkapi AC yang entah berfungsi atau tidak, yang jelas, dilangit kereta, ada kipas angin yang jaraknya tak lebih
dari sejengkal tangan orang dewasa. Ditambah kondisi kereta yang sangat padat, Sangat tidak sesuai dengan gembar gembor PT.KAI yang terus menenrus mencari alasan utk menaikan tarif kereta api.
Sekitar jam 7, kami sampai di stasiun kalender baru, dan bergegas mencari taxi. Kami tiba dirumah sekitar jam 8. Puji dan syukur kami panjatkan karena kami akhirnya dapat tiba dirumah setelah perjuangan yang sangat berat.
Teriring sedikit penyesalan seandainya saja tadi pagi saya tidak bernangkat kerja, pasti tak akan sesusah ini.
Mari rekan-rekan sekalian sharing mengenai pengalaman banjirnya, siapa tahu bisa jadi inspirasi buat temen2 yang lain