- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Diponegoro, Jihadis Bergelar Pahlawan Nasional
TS
IndoManiak77
Diponegoro, Jihadis Bergelar Pahlawan Nasional
Diponegoro menekankan karakter Muslimnya dengan menyebut perangnya sebagai jihad. Ia melihat jauh keluar kepulauannya, mengambil kaisar Ottoman sebagai contoh sebagai kepala dunia Islam. Busana perangnya di Jawa saja mengundang perhatian karena mencontoh busana Ottoman, turban dan celana serta baju putih. Di kawasan yang dikuasainya, ia menerapkan administrasi syariah. Pejabatnya diinstruksikan untuk memungut pajak sesuai dgn syariah: barang rampasan dan budak manusia harus dibagikan sesuai dengan hukum islam.
ia percaya bahwa komunitas2 islam harus dijalankan oleh hakim2 dan guruh syariah, bukan raja2.Ini aneh, karena Diponegoro sendiri seorang produk kerajaan jawa. Seperti layaknya raja2 Yawa, ia juga mengumumkan penyatuannya dengan Nyi Loro Kidul.
Ia mengalami kekalahan dalam peperangan karena orang2 Cina tidak lagi mau mensuplainya dengan amunisi, setelah pasukan Diponegoro membantai komunitas Cina, termasuk Cina Muslim.
Abad2 18 & 19 menyaksikan meningkatnya pengaruh Arab dan Ottoman Turki di Indonesia saat migran2 Arab dalam jumlah banyak dari Hadhramaut (Yaman sekarang), kawasan yang dikenal karena madrasah2 dan ahli2 Islam-mulai menetap di kepulauan. Meningkatnya arus Muslim ini mengekspos Muslim2 Indonesia kepada ajaran Wahhabi.
Semakin ke barat, lunturnya kejayaan Ottoman menginspirasi Muslim2 Indonesia yang terkesan pada satu negara Islam yang melawan kekuatan Eropa yang Kristen. Contoh2 ini mengeraskan niat penguasa Muslim Indonesia dan imam2 mereka melawan ekspansi kekuasaan Belanda masa pasca 1816. Di Sumatera Barat, seorang pemimpin yang dipengaruhi secara religius (tuanku) Imam Bonjol, 1772-1864, muncul sebagai pemimpin utama perlawanan bersenjata melawan Belanda dalam perang Paderi (paderi, dari kata Belanda padre, yg berarti: pendeta)
Tahun 1827, kekalahan Diponegoro semakin telak. Ia menyatakan diri sbg imam, melangkahi para pemimpin Muslim penting shg pemimpin2 Muslim itu menolak mendukungnya, menyuruh rakyat meletakkan senjata dan malah beralih mendukung Belanda.
Di thn 1825, Diponegoro berusia 40 saat ia berontak melawan Hamengku Buwono V dan pendukungnya, Belanda. Bahasa oposisinya menarik rakyat bawah, kaum religius dan faksi kerajaan. Tahun 1821 dan 1825 terjadi kekeringan shg rakyat mengalami gagal panen. Para pedagang tidak suka keuntungan mereka diserap pajak bagi kerajaan. Diponegoro menjanjikan pemerintahan dan perpajakan yang lebih adil.
Kepada lingkungan religius ia mengutuk submisi Muslim terhadap pemungut pajak, pemilik tanah dan pejabat non-Muslim. Ia mengutuk faksi kerajaan yang membiarkan non-Muslim (Belanda) mencabut dan menempatkan sultan Jawa pada tahta kekuasaan. Diponegoro menyebarkan kebencian terhadap pendatang dan non-Muslim yang menolak Islam, ia benci mereka karena mereka makmur akibat pemungutan pajak dan penjualan opium kpd Muslim. Ia menyerang adat istiadat non-Muslim dalam berbusana, memakan dan bergaul. Kepada kaum religius ia berjanji bahwa Pulau Jawa akan jadi milik Muslim secara eksklusif; kepada pejabat istana yang kecewa ia menawarkan dirinya sendiri sebagai sultan.
TAPI Diponegoro bukanlah seorang revolusioner. Ia tetap mendukung monarki dan warisan kekayaan dan jabatan. Ia tidak memiliki minat/niat intelektual akan hal2 diluar mistisime Islam jawa. 15 dari 29 pangeran2 mengikutinya. Mereka membawa para penjaga istana bersenjata. Hirarki religius istana dan penduduk desa2 yang bebas pajak dan madrasah2 di Mataram dan Pajang juga mengikut. 108 kyai, 31 haji, 15 ulama, 12 pejabat religius dan 4 guru membawa penjaga2 bersenjatakan tombak, keris dan pisau. Kaum religius ini juga berprofesi pedagang yagn mengalami kerugian akibat pajak tinggi istana, dampak panen gagal dan mereka berkalkulasi bahwa dengan mendukung Diponegoro mereka akan meningkatkan kekuasaan politik mereka sebagai pejabat2 sultan baru (diponegoro). Pemberontakan berpusat pada wilayah Diponegoro di selatan Jawa dan menjalar dari Tegal,Rembang ke Madiun dan Pacitan.
Strategi Diponegoro melawan Hamengku Buwono ini menyulitkan pemungutan pajak dari daerah2. Gang2 bersenjata menyerang perumahan dan perkantoran orang Eropa dan Cina yang dibantai dengan kampak, tombak, pedang, keris, yang mengakibatkan arus pengungsi dari desa ke kota2. Diponegoro ingin memutuskan arus suplai sandang ke ibukota dengan memaksa petani agar tidak menjual hasil mereka ke Yogyakarta.
Cara komunikasi Diponegoro dan penasehatnya dengan kepala grup pemberontak adalah lewat surat. Perang Diponegoro berupa pemberontakan provinsial yang tidak diorganisasikan Diponegoro secara ketat. Orang bergabung dan membelot tergantung dari kepemimpinan Diponegoro.
Ambisi Diponegoro ditekankan karakter Muslimnya ambisi dan menyebut perangnya sebagai jihad.
http://muslimvoicesfestival.org/even...dern-indonesia
0
3.5K
7
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan