Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

soteng18Avatar border
TS
soteng18
kebenaran mitos 40 hari pasca melahirkan dari segi medis
Tak sedikit yang sebatas mitos, meski ada pula yang bisa dibenarkan secara medis.

Berikut ini sejumlah pantangan yang kerap didengungkan kepada para ibu sehabis melahirkan.

TAK BOLEH "CAMPUR"
Yang ini malah termasuk kategori larangan yang tak boleh dilanggar. Bahkan daerah dada istri "terlangkahi" tangan suami saja juga tak diperbolehkan. "Sebab dikhawatirkan pancaran ASI jadi mejan karena bukan tak mungkin si ibu jadi terbangkitkan gairahnya," terang Ny. Koesmariyah H.R. Soedjak Ranoekoesoemo (76), dukun manten yang kerap menangani tata rias maupun upacara tingkeban para selebritis.



Dari sisi medis, jelas dr. Chairulsjah Sjahruddin, SpOG, MARS, sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuh- an jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula. Selain karena fungsi hormonal tubuh yang bersang- kutan belum kembali aktif bekerja.

Kalau sanggama dipaksakan terjadi dalam tenggang waktu itu, tegas Chairulsjah, kemungkinan yang terjadi bisa macam-macam. Di antaranya infeksi atau malah perdarahan. Sebabnya, mukosa jalan lahir setelah persalinan sangat peka akibat banyaknya vaskularisasi/aliran darah, hingga terjadilah perlunakan mukosa jalan lahir. Dengan berjalannya waktu, vaskularisasi ini kian berkurang dan baru akan normal kembali 3 bulan setelah bersalin. Belum lagi libido yang mungkin memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.

Menurut Koesmariyah, baik saat berjalan maupun berbaring, kaki harus lurus. Dalam arti, kaki kanan dan kiri enggak boleh saling tumpang tindih ataupun ditekuk. Selain agar jahitan akibat robekan di vagina tak melebar ke mana-mana, juga dimaksudkan supaya aliran darah tetap lancar alias tak terhambat. Secara medis, posisi kaki yang lurus memang lebih menguntungkan karena membuat aliran darah jadi lancar.

Sedangkan mobilisasi secara umum, jelas Chairulsjah, pada dasarnya boleh dan malah harus dilakukan. Makin cepat dilakukan kian menguntungkan pula. Dengan catatan, kondisi si ibu dalam keadaan baik, semisal tak mengalami perdarahan atau kelainan apa pun saat melahirkan. Selain patokan bahwa dalam 8 jam pertama setelah melahirkan ia sudah bisa BAK dan BAB serta selera makannya bagus. Begitu juga tensi, denyut nadi, dan suhu tubuhnya dalam batas normal. Soalnya, jika tak bisa BAK dan BAB berarti ada sesuatu yang enggak beres yang akan berpengaruh pada kontraksi dan proses involusi (pengecilan kembali) rahim.

TAK BOLEH TIDUR SIANG
Pantangan yang satu ini kedengarannya keterlaluan. Bayangkan, meski ngantuk setengah mati lantaran sering terbangun malam hari karena harus menyusui dan menggantikan popok si kecil, si ibu tak boleh tidur siang. Hingga kalaupun kantuknya tak tertahankan, saran Koesmariyah, "Tidurlah dalam posisi duduk." Sebab, bila posisi tidur/berbaring dikhawatirkan darah putih akan naik dan membuat si ibu harus memakai kaca mata/terkena gangguan penglihatan saat usia masih relatif muda.

Menurut Chairulsjah, tidur berkepanjangan memang mengundang proses recovery yang lebih lambat. "Makin lama berbaring makin besar pula peluang terjadi tromboemboli atau pengendapan elemen-elemen garam." Lalu bila si ibu bangun/berdiri mendadak, endapan elemen tersebut dikhawatirkan lepas dari perlekatannya di dinding pembuluh darah. Padahal akibatnya bisa fatal, lo. Endapan-endapan tadi bisa masuk ke dalam pembuluh darah lalu ikut aliran darah ke jantung, otak dan organ-organ penting lain yang akan memunculkan stroke.

TAK BOLEH KERAMAS
Pantangan yang satu ini dicemaskan bisa membuat si ibu masuk angin. "Lo, kalau si ibunya sakit, bayinya jadi enggak keurus. Akhirnya, semua bakal repot, kan?" ujar Koesmariyah. Itu sebab, sebagai gantinya rambut cukup diwuwung, yakni sekadar disiram dengan air dingin. Lagi-lagi, penyiraman ini diyakini agar darah putih bisa turun dan tak menempel di mata. Namun agar tak bau apek dan tetap harum disarankan menggunakan ratus pewangi. Tentu saja pantangan semacam itu untuk kondisi jaman sekarang dirasa memberatkan. Terlebih untuk ibu-ibu yang harus sering beraktivitas di luar rumah.

Sedangkan mandi boleh-boleh saja asal dilakukan jam 5 atau 6 untuk mandi pagi dan sebelum magrib untuk mandi malam. Penggunaan air dingin, katanya, justru lebih baik ketimbang air hangat karena bisa melancarkan produksi ASI.

HINDARI MAKANAN JEMEK
Golongan makanan yang harus dijauhi adalah pepaya, durian, pisang, dan terung. Karena konon ragam makanan tadi bisa dikhawatirkan bikin benyek organ vital kaum Hawa. "Padahal perempuan, kan, dituntut kesat supaya bisa ‘mengikat’ suaminya." Yang juga mesti dipantang adalah makanan yang bersantan dan pedas karena pencernaannya bakal terganggu yang bisa berpengaruh pada bayinya.

Begitu juga ikan dan telur asin serta makanan lain yang berbau amis karena dikhawatirkan bisa menyebabkan bau anyir pada ASI yang membuat bayi muntah saat disusui. Selain juga, proses penyembuhan luka-luka di jalan lahir akan lebih lambat.

Secara medis, menurut Chairulsjah, tak benar anggapan untuk pantang pepaya dan pisang yang justru amat dianjurkan karena tergolong sumber makanan yang banyak mengandung serat untuk memudahkan BAB. Ikan dan telur juga merupakan salah satu sumber protein hewani yang baik dan amat dibutuhkan tubuh. Sedangkan durian memang tak dianjurkan karena kandungan kolesterolnya tinggi, selain memicu pembentukan gas yang bisa mengganggu pencernaan.

Sebaliknya, kata Koesmariyah, amat disarankan untuk selalu minum kunyit dan pucuk daun asam setiap pagi supaya ASI tak berbau amis. Selain tentu saja menjaga kebersihan diri, terutama daerah payudara dan sekitarnya.

TAK BOLEH BEPERGIAN
"Kalau dipikir-pikir larangan ini, kan, bertujuan supaya si ibu tak terlalu letih beraktivitas. Kalau capek bisa-bisa ASI-nya berkurang. Kasihan si kecil, dong. Biasanya seumur ini si kecil, kan, sedang kuat-kuatnya menyusu," papar Koesmariyah. Belum lagi kemungkinan si bayi rewel ditinggal ibunya terlalu lama. Sementara kalau diajak pun masih kelewat kecil. Malah takut ada apa-apa di jalan, terutama kalau menggunakan angkutan umum. Bepergian pun membuat si ibu jadi tak tahan menghadapi aneka godaan untuk menyantap segala jenis makanan yang dipantang.
Diubah oleh soteng18 15-01-2013 18:03
gegeemlnaaAvatar border
gegeemlnaa memberi reputasi
1
286.8K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan