- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kudeta Berdarah Dalam Jejak Film
TS
antz1984
Kudeta Berdarah Dalam Jejak Film
WELCOME TO MY THREAD
============================
============================
Prolog :
Quote:
Tak banyak film yang mengangkat tema tentang tragedi berdarah Indonesia 1965. Kekuasaan Soeharto selama lebih dari tiga dekade telah menutup seluruh pintu yang memungkinkan mengarah ke sana, kecuali film yang dibuat rezim kala itu yang berfungsi layaknya buku putih.
Film luar negeri yang berlatar belakang peristiwa 1965 itu juga dilarang beredar di sini. Apakah setelah Orde Baru selesai, berarti film tentang peristiwa September 1965 atau komunis secara luas dapat bebas dibuat dan diedarkan? Ternyata tidak juga.
Mari tengok film-film lain yang bercerita atau meng-ambil latar belakang sejarah kelam bangsa Indonesia ini.
Film luar negeri yang berlatar belakang peristiwa 1965 itu juga dilarang beredar di sini. Apakah setelah Orde Baru selesai, berarti film tentang peristiwa September 1965 atau komunis secara luas dapat bebas dibuat dan diedarkan? Ternyata tidak juga.
Mari tengok film-film lain yang bercerita atau meng-ambil latar belakang sejarah kelam bangsa Indonesia ini.
Film Berdarah :
Quote:
Pengkhianatan G-30S/PKI (1984)
“Darah itu merah, Jenderal!” atau “Republik sedang hamil tua,” jadi frase yang melekat dari film ini. Pengkhianatan G-30S/PKI garapan Arifin C. Noer pada 1984 ini adalah versi resmi pemerintah Orde Baru tentang kejadian 30 September 1965 malam hingga 1 Oktober 1965 pagi di Jakarta. Tentang Sukarno yang sakit, Tjakrabirawa yang siaga, ABRI yang hendak
berulang tahun, Partai Komunis Indonesia (PKI) yang sedang jaya-jayanya, dan Soeharto si tentara yang te-nang. Sukarno diperankan Umar Kayam, dan Mayjen Soeharto diperankan Amaroso Katamsi. Puncak kisahnya ketika PKI menculik tujuh perwi-ra Angkatan Darat, dibawa ke Lubangbuaya, disiksa (termasuk oleh Gerwani), lalu dibenamkan ke dalam sumur tua dan sempit di sana. Upaya PKI lebih jauh untuk merebut kekuasaan kemudian digagalkan Soe-harto.
Film ini lantas wajib diputar di seluruh stasiun tele-visi yang ada kala itu, dan berhenti pada 1998, masa berakhirnya Orde Baru. Jika sebelumnya, versi ini diterima sebagai kebenaran mutlak, maka pasca-1998, bermunculanlah bantahan dari berbagai pihak tentang isi film ini dan menyebutnya tak lebih dari propaganda Orde Baru untuk melanggengkan kekuasaan.
Gie (2005)
Gie diambil dari nama belakang tokoh utamanya, Soe Hok Gie (diperani Nicholas Saputra), aktivis mahasis-wa Universitas Indonesia yang gemar naik gunung. Riri Riza mengangkat pemikiran Gie yang tertulis di buku hariannya, Catatan Seorang Demonstran, ke layar lebar.
Berasal dari keluarga sederhana di Jakarta, sema-ngat idealis, kepedulian, dan keadilan tumbuh dalam pemikirannya. Masa mahasiswa Gie bersamaan dengan sedang jaya-jayanya PKI dan Sukarno yang lupa daratan. Gie kerap menulis kritik di media massa tentang pemerintahan Sukarno yang diktator, banyak terjadi ketidakadilan, korupsi, dan penyalahgunaan wewenang demi memperkaya diri sendiri. Dia punya semboyan, “Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan.”
Sang Penari (2011)
Film karya sutradara Ifa Isfansyah ini diangkat dari novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yang ditulis Ahmad Tohari. Novelnya sempat terbit dalam dua versi, yakni versi Orba dan versi pasca-Orba, karena ada setting masa kuatnya PKI hingga pembantaian ribuan orang yang berakhir mengapung di sungai, yang memaksa Tohari harus menyembunyikan dulu beberapa bagiannya.
Tokoh utama Sang Penari adalah Srintil (diperani Prisia Nasution), seorang ronggeng yang dipuja-puja di kampungnya yang miskin, Dukuh Paruk. Teman mainnya sejak kecil, Rasus (Oka Antara), tidak senang Srintil makin hari makin terkenal. Apalagi tugas rong-geng bukan hanya menari, tapi juga melayani laki-laki dengan bayaran mahal. Rasus yang kecewa meninggalkan Dukuh Paruk untuk menjadi tentara. PKI sedang giat masuk ke semua lini kehidupan, tak terkecuali kesenian. Srintil didukung habis-habis-an hingga direkrut jadi bagian propagandanya untuk menarik massa. Nasib Srintil berbalik setelah kudeta gagal di Jakarta.Sang Penari mendapat sambutan bagus dari penon-ton. Banyak yang memuji Ifa Isfansyah karena berani mengangkat kisah ini ke layar lebar, termasuk adeg-an pembantaian massal yang dilakukan TNI terhadap masyarakat yang diindikasikan terlibat PKI.
The Year of Living Dangerously (1982)
The Year of Living Dangerously garapan Peter Weir ini adalah adaptasi dari novel karya Christopher Koch, mengambil setting akhir masa pemerintahan Sukarno.
Beberapa hari sebelum kudeta 30 September 1965, sudah banyak wartawan asing yang datang ke Jakarta. Salah satunya Guy Hamilton (Mel Gibson), koresponden untuk Australia. Di Jakarta, dia bertemu dengan para koresponden asing lainnya, antara lain wartawan dari Inggris, Amerika Serikat, Selandia Baru, petugas diplomatik, dan Billy Kwan (Linda Hunt), fotografer Australia berdarah Cina yang sangat cerdas. Guy jadi akrab dengan Billy. Bersama mereka mem-buat janji wawancara dengan tokoh-tokoh politik kunci di Jakarta. Billy kemudian memperkenalkan Guy ke sahabatnya, Jill Bryant (Sigourney Weaver), seorang asisten di Kedubes Inggris. Jill mendapat informasi bahwa Komunis Cina ikut mempersenjatai PKI. Informasi ini dia berikan pada Guy. Singkat cerita, Hamilton mendatangi Istana Presiden seusai pemberontakan 30 September untuk mencari berita besar. Apa lacur, di istana dia justru diserang tentara Angkatan Darat hingga mengalami kerusakan retina.
The Year Of Living Dangerously adalah terjemahan bahasa Inggris dari frase bahasa Italia yang digunakan Sukarno sebagai judul pidato Hari Kemerdekaan Indonesia 1964: Vivere Pericolosamente. Film yang mengambil lokasi syuting di Australia dan Filipina ini dilarang diputar di Indonesia hingga 1999.
40 Years of Silence (2009)
40 Years of Silence: An Indonesian Tragedy adalah film dokumenter yang mengangkat tragedi pembantaian pascakudeta gagal dari empat sudut yang berbeda. Empat kisah itu adalah dari keluarga pengusaha Tionghoa, dari keluarga petani Katolik dan Islam, dari anak pemimpin partai pro-PKI di Bali, dan seorang anak yang lahir pada era 1990-an tapi ikut menjadi
korban. Dokumenter ini dibuat Robert Lemelson, seorang antropolog lulusan University of California, sejak 2002.
Selama bertahun-tahun, Lemelson mewawancarai ribuan orang yang sudah diperlakukan sewenang-wenang dan melanggar HAM karena mendapat cap terlibat komunisme. Padahal tak sedikit dari mereka bahkan tidak tahu apa-apa, karena masih kanak-kanak ketika peristiwa itu terjadi. Perlakuan sewenang-wenang itu antara lain keter-batasan untuk bersekolah dan bekerja karena stigma yang dilekatkan pada mereka, pemberian tanda ter-tentu pada KTP, serta mengisi formulir untuk memas-tikan mereka “bersih lingkungan”. Bersih lingkungan adalah istilah yang menunjukkan ada tidaknya hu-bungan dengan komunisme atau PKI. Kesaksian-kesaksian itu dikemas dalam film berdurasi 86 menit.
Spoiler for PKI:
“Darah itu merah, Jenderal!” atau “Republik sedang hamil tua,” jadi frase yang melekat dari film ini. Pengkhianatan G-30S/PKI garapan Arifin C. Noer pada 1984 ini adalah versi resmi pemerintah Orde Baru tentang kejadian 30 September 1965 malam hingga 1 Oktober 1965 pagi di Jakarta. Tentang Sukarno yang sakit, Tjakrabirawa yang siaga, ABRI yang hendak
berulang tahun, Partai Komunis Indonesia (PKI) yang sedang jaya-jayanya, dan Soeharto si tentara yang te-nang. Sukarno diperankan Umar Kayam, dan Mayjen Soeharto diperankan Amaroso Katamsi. Puncak kisahnya ketika PKI menculik tujuh perwi-ra Angkatan Darat, dibawa ke Lubangbuaya, disiksa (termasuk oleh Gerwani), lalu dibenamkan ke dalam sumur tua dan sempit di sana. Upaya PKI lebih jauh untuk merebut kekuasaan kemudian digagalkan Soe-harto.
Film ini lantas wajib diputar di seluruh stasiun tele-visi yang ada kala itu, dan berhenti pada 1998, masa berakhirnya Orde Baru. Jika sebelumnya, versi ini diterima sebagai kebenaran mutlak, maka pasca-1998, bermunculanlah bantahan dari berbagai pihak tentang isi film ini dan menyebutnya tak lebih dari propaganda Orde Baru untuk melanggengkan kekuasaan.
Gie (2005)
Spoiler for GIE:
Gie diambil dari nama belakang tokoh utamanya, Soe Hok Gie (diperani Nicholas Saputra), aktivis mahasis-wa Universitas Indonesia yang gemar naik gunung. Riri Riza mengangkat pemikiran Gie yang tertulis di buku hariannya, Catatan Seorang Demonstran, ke layar lebar.
Berasal dari keluarga sederhana di Jakarta, sema-ngat idealis, kepedulian, dan keadilan tumbuh dalam pemikirannya. Masa mahasiswa Gie bersamaan dengan sedang jaya-jayanya PKI dan Sukarno yang lupa daratan. Gie kerap menulis kritik di media massa tentang pemerintahan Sukarno yang diktator, banyak terjadi ketidakadilan, korupsi, dan penyalahgunaan wewenang demi memperkaya diri sendiri. Dia punya semboyan, “Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan.”
Sang Penari (2011)
Spoiler for PENARI:
Film karya sutradara Ifa Isfansyah ini diangkat dari novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yang ditulis Ahmad Tohari. Novelnya sempat terbit dalam dua versi, yakni versi Orba dan versi pasca-Orba, karena ada setting masa kuatnya PKI hingga pembantaian ribuan orang yang berakhir mengapung di sungai, yang memaksa Tohari harus menyembunyikan dulu beberapa bagiannya.
Tokoh utama Sang Penari adalah Srintil (diperani Prisia Nasution), seorang ronggeng yang dipuja-puja di kampungnya yang miskin, Dukuh Paruk. Teman mainnya sejak kecil, Rasus (Oka Antara), tidak senang Srintil makin hari makin terkenal. Apalagi tugas rong-geng bukan hanya menari, tapi juga melayani laki-laki dengan bayaran mahal. Rasus yang kecewa meninggalkan Dukuh Paruk untuk menjadi tentara. PKI sedang giat masuk ke semua lini kehidupan, tak terkecuali kesenian. Srintil didukung habis-habis-an hingga direkrut jadi bagian propagandanya untuk menarik massa. Nasib Srintil berbalik setelah kudeta gagal di Jakarta.Sang Penari mendapat sambutan bagus dari penon-ton. Banyak yang memuji Ifa Isfansyah karena berani mengangkat kisah ini ke layar lebar, termasuk adeg-an pembantaian massal yang dilakukan TNI terhadap masyarakat yang diindikasikan terlibat PKI.
The Year of Living Dangerously (1982)
Spoiler for 1982:
The Year of Living Dangerously garapan Peter Weir ini adalah adaptasi dari novel karya Christopher Koch, mengambil setting akhir masa pemerintahan Sukarno.
Beberapa hari sebelum kudeta 30 September 1965, sudah banyak wartawan asing yang datang ke Jakarta. Salah satunya Guy Hamilton (Mel Gibson), koresponden untuk Australia. Di Jakarta, dia bertemu dengan para koresponden asing lainnya, antara lain wartawan dari Inggris, Amerika Serikat, Selandia Baru, petugas diplomatik, dan Billy Kwan (Linda Hunt), fotografer Australia berdarah Cina yang sangat cerdas. Guy jadi akrab dengan Billy. Bersama mereka mem-buat janji wawancara dengan tokoh-tokoh politik kunci di Jakarta. Billy kemudian memperkenalkan Guy ke sahabatnya, Jill Bryant (Sigourney Weaver), seorang asisten di Kedubes Inggris. Jill mendapat informasi bahwa Komunis Cina ikut mempersenjatai PKI. Informasi ini dia berikan pada Guy. Singkat cerita, Hamilton mendatangi Istana Presiden seusai pemberontakan 30 September untuk mencari berita besar. Apa lacur, di istana dia justru diserang tentara Angkatan Darat hingga mengalami kerusakan retina.
The Year Of Living Dangerously adalah terjemahan bahasa Inggris dari frase bahasa Italia yang digunakan Sukarno sebagai judul pidato Hari Kemerdekaan Indonesia 1964: Vivere Pericolosamente. Film yang mengambil lokasi syuting di Australia dan Filipina ini dilarang diputar di Indonesia hingga 1999.
40 Years of Silence (2009)
Spoiler for 2009:
40 Years of Silence: An Indonesian Tragedy adalah film dokumenter yang mengangkat tragedi pembantaian pascakudeta gagal dari empat sudut yang berbeda. Empat kisah itu adalah dari keluarga pengusaha Tionghoa, dari keluarga petani Katolik dan Islam, dari anak pemimpin partai pro-PKI di Bali, dan seorang anak yang lahir pada era 1990-an tapi ikut menjadi
korban. Dokumenter ini dibuat Robert Lemelson, seorang antropolog lulusan University of California, sejak 2002.
Selama bertahun-tahun, Lemelson mewawancarai ribuan orang yang sudah diperlakukan sewenang-wenang dan melanggar HAM karena mendapat cap terlibat komunisme. Padahal tak sedikit dari mereka bahkan tidak tahu apa-apa, karena masih kanak-kanak ketika peristiwa itu terjadi. Perlakuan sewenang-wenang itu antara lain keter-batasan untuk bersekolah dan bekerja karena stigma yang dilekatkan pada mereka, pemberian tanda ter-tentu pada KTP, serta mengisi formulir untuk memas-tikan mereka “bersih lingkungan”. Bersih lingkungan adalah istilah yang menunjukkan ada tidaknya hu-bungan dengan komunisme atau PKI. Kesaksian-kesaksian itu dikemas dalam film berdurasi 86 menit.
Spoiler for SOURCE:
MAJALAH DETIK EDISI 44, 1 OKTOBER 2012
Epilog :
Quote:
Sampai sekarang ane masih kabur tentang sejarah PKI di Indonesia. Bagaimana peran Soekarno terhadap perkembangan PKI itu sendiri. Mengingat Soekarno adalah Sekutu Uni Sovyet dan RRC (China), dimana kedua negara tersebut adalah negara komunis terbesar.
Kenapa pemberontakan tersebut dilakukan dengan Pembantaian Para Jenderal?
Siapakah DALANG dibalik pemberontakan PKI ???
Apakah agan punya pertanyaan serupa?
Di bawah ini mungkin sedikit penjelas dari sesuatu yang kabur :
Spoiler for jelas?:
Bangsa ini hanyalah sebuah pion kecil dari 2 kekuatan besar di dunia. Semua tidak dapat terelakkan dari perseteruan 2 paham kapitalis dan sosial komunis.
Pemberontakan PKI terjadi setahun sebelum revolusi kebudayaan di china, jika Musso lebih pada Unisoviet, maka D.N Aidit pada china. Banyak perkiraan apabila pemberontakan ini berhasil, maka indonesia menjadi negara komunis terbesar ke-3 setelah china dan unisoviet, tentu komunis sudah menjadi setengah dari populasi penduduk dunia. Amerika pun beranggapan jika itu sampai terjadi, apa gunanya menang perang dari vietnam. sehingga kekuatan bawah tanah pun dibangun.
SOURCE
Pemberontakan PKI terjadi setahun sebelum revolusi kebudayaan di china, jika Musso lebih pada Unisoviet, maka D.N Aidit pada china. Banyak perkiraan apabila pemberontakan ini berhasil, maka indonesia menjadi negara komunis terbesar ke-3 setelah china dan unisoviet, tentu komunis sudah menjadi setengah dari populasi penduduk dunia. Amerika pun beranggapan jika itu sampai terjadi, apa gunanya menang perang dari vietnam. sehingga kekuatan bawah tanah pun dibangun.
SOURCE
Warning :
Quote:
KASKUSER YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN JEJAK
THANKS FOR COMING
0
4K
Kutip
13
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan