Ada petuah dari orang bijak "menjalani hidup mengalirlah seperti air".
Bagi kalangan orang optimistic falsafah itu sangat dihindari karena terkesan lemah dan pasrah. Menerima apa adanya apa yg terjadi tanpa ada usaha dan tindakan yang dilakaukan untuk merubah nasib. Sangatlah naif dalam menjalani hidup. Begitu pendapat mereka.
Lain halnya bagi kalangan pessimistic dalam menanggapinya. Mereka menerima Falsafah tersebut sebagi ilmu pamungkas untuk tidak melakukan tindakan apapun terhadap apa yang terjadi dalam hidupnya.
Kedunya adalah benar ketika kita melihat hal tersebut dari sudut pandang masing-masing.
"Benar"bahwa itu adalah penghambat bagi kalangan optimistic yg selalu mempunyai target dalam setiap tindakan yang dilakukannya. "Benar" kita bisa melakukan apapun semau kita dengan keahlian dan kemampuan "open resources" yg terletak dalam diri kita. Begitu juga kepasrahan yg diutarakan kaum Pessimistic. Setelah dilogika ketika kita hanyalah sebuah wayang dalam sandiwara drama yg dibuat sang dalang. Maka kita memang tidak bisa berbuat apa-apa dalam menjalani hidup. Kita kanyalah tokoh yang mempunyai peran dan lakon tersendiri dalam alur cerita yg dimainkan sang dalang. Maka benar kepasrahan hanyalan jalan satu-satunya bagi kita untuk menjalani hidup.

Dari masing-masing tanggapan yang ada dalam kedua kalangan tersebut, yang notabene saling bertolak belakang akan tetapi secara logika ada kebenarannya.
Marilah kita keluar dari kedua kalangan tersebut. Memandang hal tersebut diluar pengkotakan, hitam-putih, blok, sekte dll. Mencoba melihat dengan kebeningan tanpa memperdulikan kalangan. Kita telaah dulu sejarah asal muasal terbentuknya sungai dan meniti jejak perjalanan air.
Siklus hujan. Air yang berasal dari laut kemudiang menguap menjadi awan dan dibawa angin kedaratan untuk menjadi hujan.
Air yang jatuh dari langit mengalir, itulah asal mula kehidupan. Air mengalir terus untuk mencapai tujuannya yaitu laut. Mengalir lurus dengan aliran kencang ataupun dengan aliraan pelan, berkelok-kelok menyesuaikan kontur tanah yang dilewatinya. Menggenang dalam waduk atau bendungan, tapi ingat air tidak pernah berhenti mengalir air selalu mencari jalan ketika hambatan (bebatuan) menghalang. Air menyebar kekanan atau kekiri bahkan keduanya untuk tetap mengalir melewati mencari jalannya pulang. Ketika air terpentok disebuah bendungan air tidak berhenti. Air tetap terus menambah volumenya sampai saatnya bendungan tersebut penuh sehingga air bisa menlanjutkan jalanya menuju tujuannya.
Falsafah tersebut layak kita tiru dalam menjalani kehidupan. Selalu mengalir apapun yang terjadi. Hak Tuhan menempatkan diri kita dimanapun dan dalam kondisi apapun, tapi Tuhan maha baik sehingga kita diberikan kemauan dan akal untuk melewatinya. Maka yakinlah bahwa kita akan mencapai tujuan kita asalkan kita terus mengalir dan flexibel sepeti air.
Air selalu iklas dalam setiap alirannya, tapi air tidak pernah berhenti berusaha untuk mengalir.