Kaskus

Entertainment

Muslimin.HAvatar border
TS
Muslimin.H
Mengutamakan Akhirat
emoticon-Blue Guy Peaceemoticon-Blue Guy Peaceemoticon-Blue Guy Peaceemoticon-Blue Guy Peaceemoticon-Blue Guy Peaceemoticon-Blue Guy Peaceemoticon-Blue Guy Peace

Mengutamakan Akhirat :

منْ جَعَلَ الْهُمُوْمَ هَما وَاحِدًا هَم الْمَعَادِ كَفَاهُ اللهُ سَائِرَ هُمُوْمِهِ
"Barangsiapa yang menjadikan semua tujuan menjadi satu, yaitu tujuan hari kembali, niscaya Allah  mencukupkan kepadanya semua tujuannya"

Seorang mukmin yang menjadi da'i akan menjalani hidup dengan banyak tujuan, dan terkadang banyaknya tujuan menjadi penyebab terpecahnya konsentrasi dari tujuan utama dan memalingkan tujuan kepada kesibukan ahli dunia (orang-orang yang tujuan hidupnya hanya dunia semata) dengan segala tujuan mereka, maka sirnalah karakteristik, hilanglah perbedaan, dan kacaulah timbangan.
Sesungguhnya di antara hinanya perkara dunia bahwa Allah  menjadikannya tidak abadi untuk seseorang:

إِن حَقا عَلَى اللهِ أَنْ لاَيَرْفَعَ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الدنْيَا إِلا وَضَعَهُ
"Sesungguhnya menjadi hak Allah  bahwa Dia  tidak meninggikan sesuatu dari perkara dunia kecuali Dia merendahkannya."

Sesungguhnya dunia adalah hari-hari yang Allah  putar di antara manusia, maka Dia  meninggikan suatu kaum dan merendahkan yang lain, memuliakan suatu kaum dan menghinakan yang lain, agar menjadi realita hikmah Allah  dalam menguji hamba-Nya.

Sesungguhnya Allah  memberikan dunia kepada orang yang beriman dan orang yang kafir, dan Dia  tidak memberikan agama kecuali kepada orang yang dicintai-Nya. Rasulullah  merasa heran terhadap Abdullah bin 'Amar , saat beliau melihatnya memperbaiki dan menambah tanah pada dinding rumahnya, maka beliau  ingin mengosongkan hatinya dari ketergantungan terhadap dunia dan beliau  ingin mengingatkannya dengan sudah dekatnya ajal supaya menyiapkan diri untuknya, maka beliau bersabda:

مَا أَرَى اْلأَمْرَ إِلا أعْجل مِنْ ذلِكَ
"Aku tidak melihat perkara kecuali mempercepat dari hal itu."

Supaya akhirat menjadi tujuannya dan kesibukannya adalah menyiapkan diri untuk hal itu. Maka apabila seseorang berlebihan dalam berpaling dari dunia dan berusaha padanya, maka ia perlu menoleh dari sisi yang lain:

ولاَتَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدنْيَا
Janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi (QS. al-Qashahsh:77)

supaya ia tetap berada di atas garis keseimbangan.
Sesungguhnya hamba yang diliputi kenikmatan, terkadang diberikan tambahan tanggung jawab dan siksa, sedangkan dia tidak mengetahui:

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدنْيَا مَا يُحِب وَهُوَ مُقِيْمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنمَا ذلِكَ مِنْهُ اسْتِدْرَاجٌ
"Apabila engkau melihat Allah  memberikan kepada hamba apa yang disukainya dari dunia, sedangkan dia bergelimang perbuatan maksiat, sesungguhnya hal itu adalah istidraj dari-Nya."

Maka janganlah engkau berduka cita terhadap kehilangan dunia dan janganlah engkau mengulurkan pandangan matamu kepada dunia yang diberikan kepada manusia, karena hal itu menjadi bencana bila hak-haknya tidak ditunaikan.
Dan yang berbahaya adalah bahwa kenikmatan ini hanya merupakan balasan di dunia, agar dia tidak mendapatkan pahala di akhirat, di saat dia sangat membutuhkannya untuk menambah daun timbangan kebaikannya. Karena itulah, Rasulullah  memberikan ketentraman kepada para sahabatnya, saat mereka menyebutkan kenikmatan bangsa Romawi dan Persia, beliau bersabda:

أُولئِكَ قَوْمٌ عُجلَتْ لَهُمْ طَيبَاتُهُمْ فِى الْحَيَاةِ الدنْيَا
"Mereka adalah satu kaum yang disegerakan kenikmatan mereka dalam kehidupan dunia."

Dan mayoritas kondisi manusia adalah seperti yang digambarkan oleh Rasulullah :

أَكْثَرُ الناسِ شَبَعًا فِى الدنْيَا أَطْوَلُهُمْ جُوْعًا فِى اْلآخِرَةِ
"Manusia yang paling banyak kenyang di dunia adalah yang paling lama kelaparan di akhirat."

UP DATE 1
[spoiler="[up date]Penyebab hal itu adalah sedikitnya orang-orang yang bersyukur, dan sebagaimana firman Allah :

منْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجلْنَا لَهُ فِيهَا مَانَشَآءُ لِمَن نرِيدُ ثُم جَعَلْنَا لَهُ جَهَنمَ يَصْلاَهَا مَذْمُومًا مدْحُورًا

Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. (QS. al-Isra:18)

Dan semua nikmat, sekecil apapun adanya, di atasnya ada perhitungan (hisab) dan tanggung jawab (mas`uliyah). Maka orang miskin adalah orang yang tidak melaksanakan haknya, bukan orang yang tidak mendapatkannya semasa hidup di dunia:

إِن أَولَ مَايُسْأَلُ عَنْهُ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ النعِيْمِ أَنْ يُقَالَ لَهُ: أَلَمْ نُصَح لَكَ جِسْمَكَ وَنُرَويكَ مِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ

"Sesungguhnya pertanyaan pertama yang diajukan kepada hamba di hari kiamat tentang nikmat bahwa dikatakan kepadanya: Bukankah Kami memberikan kesehatan kepada tubuhmu dan melepaskan dahagamu dengan air dingin?'

Karena itulah, termasuk tanda jalan ke surga bahwa ia dipenuhi dengan cobaan, dan cobaan tidak menjadi mudah kecuali bagi orang yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya:

حُفتِ الْجَنةُ بِاْلمَكَارِهِ وَحُفتِ النارُ بِالشهَوَاتِ

"Surga diliputi dengan segala yang dibenci dan neraka diliputi dengan nafsu syahwat."

Sesungguhnya tanggung jawab seorang muslim yang mengagungkan Allah  dengan sebenarnya adalah bahwa ia menyatukan tujuannya, dan ia berfikir tentang persoalan yang akan datang dan tempat kembali (akhirat), bukan memalingkan segala kesungguhan, fikiran, dan waktunya dalam perkara-perkara hina dan rendah. Dan sekadar apa yang ada bagi Allah  dalam hati hamba berupa penghormatan, pengagungan dan rasa takut, seperti itulah pahala dan kedudukan bagi hamba di sisi Allah :

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَعْلَمَ مَا لَهُ عِنْدَ اللهِ فَلْيَنْظُرْ مَا ِللهِ عِنْدَهُ

"Barangsiapa yang ingin mengetahui apa-apa untuknya di sisi Allah , maka hendaklah ia memperhatikan apa-apa yang ada di sisinya untuk Allah ."

Barangsiapa yang selalu memikirkan ridha Allah , maka dia tidak disibukkan oleh kenikmatan dan tidak dibutakan oleh bala musibah. Dan barangsiapa yang selalu bersama Allah  di saat senang, tentu Allah  bersamanya di saat susah:

تَعَرفْ إِلَى اللهِ فِى الرخَاءِ يَعْرِفْكَ فىِ الشدةِ

"Kenalilah Allah  di saat senang, pasti Allah  mengenalimu (menolongmu) di saat susah."

Dan kondisi seperti ini menuntut seorang mukmin agar selalu muraqabah kepada Allah  dan merasa malu dari-Nya, melebihi sifat hati-hati dan rasa malu dari manusia:

مَاكَرِهْتَ أَنْ يَرَاهُ الناسُ مِنْكَ فَلاَتَفْعَلْهُ بِنَفْسِكَ إِذَا خَلَوْتَ

"Apapun yang engkau tidak suka manusia melihatnya darimu, maka janganlah engkau melakukannya saat dalam kesendirianmu."

وَاعْبُدِ اللهَ كَأَنكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنهُ يَرَاكَ

"Dan sembahlah Allah  seolah-olah engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak bisa seolah-olah melihat-Nya maka sesungguhnya Dia  melihatmu."
Dan orang yang mengutamakan akhirat, apabila dia diingatkan dengan kesalahannya, ia cepat kembali:

إِذَا ذُكرْتُمْ بِاللهِ فَانْتَهُوْا

'Apabila kamu diingatkan kepada Allah , maka berhentilah.'

Dan orang yang takut kepada Allah  di dunia, takut melakukan maksiat kepada-Nya dan berhati-hati untuk perkara akhiratnya, dialah orang yang aman di akhirat:

قَالَ اللهُ تَعَالى: وَعِزتِي وَجَلاَلِي لاَأَجْمَعُ بَيْنَ أَمْنَيْنِ وَلاَخَوْفَيْنِ. إِنْ هُوَ أَمِنَنِي فِى الدنْيَا أَخَفْتُهُ يَوْمَ أَجْمَعُ عِبَادِي وَإِنْ هُوَ خَافَنِي فِى الدنْيَا أمنتُهُ فِى اْلآخِرَةِ

"Allah  berfirman: Demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, aku tidak menggabungkan untuk hamba-Ku dua rasa aman dan dua rasa takut. Jika dia merasa aman terhadap-Ku di dunia niscaya Aku membuatnya ketakutan di hari Aku mengumpulkan hamba-hamba-Ku. Dan jika dia takut kepada-Ku di dunia, niscaya Aku menjadikan dia merasa aman di hari Aku mengumpulkan hamba-hamba-Ku."][/spoiler]


emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)
Diubah oleh Muslimin.H 18-01-2013 08:12
0
1.1K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan