- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
EyeRing, Kamera Jari Mungil untuk Bantu Tunanetra Melihat Obyek


TS
Pramoedita
EyeRing, Kamera Jari Mungil untuk Bantu Tunanetra Melihat Obyek
Teknologi memang berkembang begitu cepat, tak lain para penyandang tunanetra pun dapat menikmati teknologi canggih.
Quote:
Saat ini ada beragam teknologi yang dikembangkan untuk penyandang tuna netra, seperti Brailletouch texting app atau Georgie for Android misalnya. Kini bertambah lagi teknologi yang mendukung pengguna yang memiliki keterbatasan penglihatan.
Jika berbicara mengenai teknologi augmented reality, secara umum sebagian besar aplikasi yang menggunakan teknologi tersebut menyajikan konten digital yang ditampilkan pada smartphone, tablet atau layar komputer dan hanya ditujukan pada pengguna yang bisa melihat dengan baik. Namun, sebuah tim dari Fluid Interfaces Group di MIT Media Lab telah mengembangkan perangkat yang dapat membantu penyandang tuna netra.
Perangkat mungil yang dikenakan di jari ini disebut EyeRing. Perangkat akan menerjemahkan gambar objek yang ditangkap melalui lensa kamera ke aural feedback untuk membantu orang-orang yang mengalami masalah penglihatan.
Sistem EyeRing diciptakan oleh Suranga Nanayakkara yang saat ini memimpin Augmented Senses Research Group di Singapore University of Technology and Design, mahasiswa PhD Roy Shilkrot dan profesor serta pendiri Fluid Interfaces Group, Pattie Maes.
Sistem ini dilengkapi ABS nylon 3D-printed yang di dalamnya memiliki unit kamera kecil VGA, 16 MHz prosesor AVR, modul radio Bluetooth dan 3.7V Li-ion battery. Ada juga port mini-USB untuk pengisian baterai dan pemrograman ulang, tombol power on/off dan tombol untuk mengkonfirmasikan perintah.
Pengguna dapat mengarahkan cincin pada objek, mengatakan pada sistem jenis informasi yang dibutuhkan melalui mikrofon pada kabel earphone dan kemudian mengklik tombol di sisi unit. Kamera akan mengambil foto dan mengirimkannya ke sebuah smartphone yang terhubung melalui Bluetooth.
Aplikasi khusus Android akan memproses gambar dengan menggunakan computer-vision algorithms sesuai dengan mode yang telah dipilih sebelumnya oleh pengguna dan menggunakan modul text-to-speech untuk mengungkapkan hasil yang tepat melalui earphone yang dipasang di smartphone.
Prototype sistem EyeRing saat ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi mata uang, teks, informasi harga dan warna. Preset mode dapat diubah dengan mengklik tombol dua kali dan mengucapkan perintah yang berbeda pada mikrofon. Informasi ini juga ditampilkan pada layar smartphone dalam bentuk teks.
Aplikasi lain untuk sistem termasuk “navigasi tanpa tongkat”. Versi saat ini menentukan jarak dari objek dengan membandingkan dua gambar yang diambil oleh kamera, dan bahkan dapat membuat peta 3D dari lingkungan sekitarnya. Implementasi masa depan mungkin termasuk kemampuan untuk merekam video langsung dan memberikan segala macam informasi yang berguna bagi pemakainya.
Proyek EyeRing saat ini masih memiliki banyak pekerjaan rumah. Maes menyatakan bahwa setiap langkah menuju komersialisasi setidaknya baru memungkinkan dua tahun lagi. Tes pada single user dan relawan telah mengkonfirmasi mengenai potensi sistem ini di masa depan, tetapi penambahan lebih banyak sensor akan membuatnya lebih bermanfaat, seperti sumber cahaya inframerah atau modul laser, kamera kedua, sensor yang lebih dalam atau sensor inersia.
Jika berbicara mengenai teknologi augmented reality, secara umum sebagian besar aplikasi yang menggunakan teknologi tersebut menyajikan konten digital yang ditampilkan pada smartphone, tablet atau layar komputer dan hanya ditujukan pada pengguna yang bisa melihat dengan baik. Namun, sebuah tim dari Fluid Interfaces Group di MIT Media Lab telah mengembangkan perangkat yang dapat membantu penyandang tuna netra.
Perangkat mungil yang dikenakan di jari ini disebut EyeRing. Perangkat akan menerjemahkan gambar objek yang ditangkap melalui lensa kamera ke aural feedback untuk membantu orang-orang yang mengalami masalah penglihatan.
Sistem EyeRing diciptakan oleh Suranga Nanayakkara yang saat ini memimpin Augmented Senses Research Group di Singapore University of Technology and Design, mahasiswa PhD Roy Shilkrot dan profesor serta pendiri Fluid Interfaces Group, Pattie Maes.
Sistem ini dilengkapi ABS nylon 3D-printed yang di dalamnya memiliki unit kamera kecil VGA, 16 MHz prosesor AVR, modul radio Bluetooth dan 3.7V Li-ion battery. Ada juga port mini-USB untuk pengisian baterai dan pemrograman ulang, tombol power on/off dan tombol untuk mengkonfirmasikan perintah.
Pengguna dapat mengarahkan cincin pada objek, mengatakan pada sistem jenis informasi yang dibutuhkan melalui mikrofon pada kabel earphone dan kemudian mengklik tombol di sisi unit. Kamera akan mengambil foto dan mengirimkannya ke sebuah smartphone yang terhubung melalui Bluetooth.
Aplikasi khusus Android akan memproses gambar dengan menggunakan computer-vision algorithms sesuai dengan mode yang telah dipilih sebelumnya oleh pengguna dan menggunakan modul text-to-speech untuk mengungkapkan hasil yang tepat melalui earphone yang dipasang di smartphone.
Prototype sistem EyeRing saat ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi mata uang, teks, informasi harga dan warna. Preset mode dapat diubah dengan mengklik tombol dua kali dan mengucapkan perintah yang berbeda pada mikrofon. Informasi ini juga ditampilkan pada layar smartphone dalam bentuk teks.
Aplikasi lain untuk sistem termasuk “navigasi tanpa tongkat”. Versi saat ini menentukan jarak dari objek dengan membandingkan dua gambar yang diambil oleh kamera, dan bahkan dapat membuat peta 3D dari lingkungan sekitarnya. Implementasi masa depan mungkin termasuk kemampuan untuk merekam video langsung dan memberikan segala macam informasi yang berguna bagi pemakainya.
Proyek EyeRing saat ini masih memiliki banyak pekerjaan rumah. Maes menyatakan bahwa setiap langkah menuju komersialisasi setidaknya baru memungkinkan dua tahun lagi. Tes pada single user dan relawan telah mengkonfirmasi mengenai potensi sistem ini di masa depan, tetapi penambahan lebih banyak sensor akan membuatnya lebih bermanfaat, seperti sumber cahaya inframerah atau modul laser, kamera kedua, sensor yang lebih dalam atau sensor inersia.
0
1.4K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan