Quote:
Cabang olahraga angkat besi boleh dibilang sebagai penyelamat bagi kontingen Indonesia yang tampil di Olimpiade London 2012. Di saat bulutangkis tak bisa lagi menjadi andalan, cabang angkat besi menjadi satu-satunya olahraga yang bisa dibanggakan dalam pesta olahraga akbar dunia tersebut. Dari cabang ini, Indonesia mampu meraup satu medali perak dan satu perunggu.
Medali perak dipersembahkan Triyatno yang turun di kelas 69 kilogram dengan total angkatan 333kg (Snatch 145kg dan Clean and Jerk 188kg). Medali emas direbut atlet China Lin Qingfeng, dengan membuat total angkatan 344kg (Snatch 157kg dan Clean and Jerk 187kg).
Sedangkan medali perunggu direbut Eko Yuli. Tampil di kelas 62 kg putra, Eko sukses membuat angkatan snatch seberat 145 kg. Selanjutnya pada angkatan clean & jerk, lifter asal Lampung itu mampu menambah 172 kg sehingga angkatan totalnya seberat 317 kg. Medali perunggu ini mengulang sukses yang pernah diraihnya pada Olimpiade Beijing 2008.
Ya, angkat besi memang telah menjadi andalan kontingen Indonesia setelah lifter putri Lisa Rumbewas mengawalinya dengan merebut medali perak di Olimpiade Sydney 2000. Dan, angkat besi juga yang bisa bertahan setelah bulutangkis tak lagi mampu memasok emas dan prestasi trio srikandinya Lilis Handayani, Kusuma Wardhani dan Nurfitriyana yang meraih perak di Olimpiade Seoul 1988 tak lagi ada penerusnya.
Sejak Lisa membuat kejutan, pemerintah pernah berjanji akan menjadikan angkat besi sebagai cabang prioritas setelah bulutangkis yang mendapat anggaran rutin sebesar Rp15 miliar pertahun dari APBN. Tetapi, janji itu hanya tinggal janji. Sang penyelamat tetap saja terabaikan.
Kenapa demikian?
Kita lihat saja, cabang angkat besi sangat miskin dengan event nasional. Setahun hanya ada satu kejuaraan nasional. Padahal, prestasi yang diraih Eko Yuli dan Triyatno itu bisa lebh ditingkatkan lagi jika pelaksanaan event nasional dan internasional bisa digelar lebih banyak.
Minimnya event ini tidak lagi karena sulitnya caabang angkat besi mendapatkan sponsor untuk mendukung kejuaraan. Hal ini diperparah dengan minimnya suntikan dana dari pemerintah dan Ketua Umum PB PABBSI, Adang Dorojatun sudah pensiun sebagai Wakapolri.
Dukungan lain juga tidak diberikan pemerintah dengan menyediakan tempat latihan yang memadai dimana Eko Yuli Irawan dan Triyatno melakukan persiapan di Balikpapan, Kalimantan Timur. Pelatih bertangan dingin Lukman hanya bisa terus bermimpi memiliki Padepokan Angkat Besi yang ditunjang dengan peralatan memadai. "Tak perlu mewah tetapi peralatannya lengkap. Terus terang, selama ini saya mempersiapkan Eko dan Triyatno di tempat latihan yang disewa," ujarnya. ***
http://www.suarakarya-online.com/new...html?id=318291
Cabor yang rutin bertanding di event internasional tapi kok ngenes begini....
Hal ini diperparah oleh orang-orang tolol yang seenaknya mengatakan angkat besi adalah cabor gak bermutu, cabor gak bergengsi, cabor yang cuma pake otot gak pake otak
Orang-orang tolol yang seenaknya ngomong begitu sebaiknya coba melakukan teknik snatch dan powerclean biar tahu bagaimana sulitnya teknik tersebut....
Jadi ingat komik yang sering ane baca
