- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
cerita karya temen ane nih gan
TS
febryanslave
cerita karya temen ane nih gan
gausah berlama lama gan, langsung aja kita baca ceritanya
"
“Tinggg..!!” Shinta berlari menaiki tangga lalu segera membuka pintu kamarnya kuat-kuat. Nafasnya masih tersengal-sengal lalu terduduk sambil tersenyum menatap notebook kesayangannya. Seseorang mengirimkan sebuah pesan ke e-mailnya.
To : dollie.blue@yahoo.com
From : andika@yahoo.co.id
“Hei,what’s up? Lama ga saling kirim e-mail.”
Gadis berambut panjang yang menyukai warna biru ini tersenyum. Teman chatting yang dikenalnya beberapa bulan yang lalu (Andika) akhirnya mengirim sebuah e-mail. Dia pikir, Andika sudah melupakannya karna sudah cukup lama mereka tak saling berkomunikasi. Andika yang sering dipanggil Dika bersekolah di London, tapi karena ayahnya akan segera berpindah kerja di Indonesia, membuat pelajar SMA ini kebingungan mencari sekolah. Shinta pun berusaha membantu “teman chatting”nya itu mencari sekolah.
To : andika@yahoo.co.id
From : dollie.blue@yahoo.com
“Baik kok. Oh iya, gimana kalo kamu sekolah di sekolahku. Hmm sekolahku termasuk sekolah fav. lho di Jakarta. Aku pengen ktemu kamu. Penasaran sama muka kamu haha”
Tak lama kemudian, pesan balasan masuk:
To : dollie.blue@yahoo.com
From : andika@yahoo.co.id
“Wahh.. I dunno. Cause my father udah masukkin aku di sekolah fav. lainnya. Sorry bgt. I hope kita bisa saling ktmu. Tapi mungkin bukan skrng.”
Shinta segera menutup accountnya dan terduduk dengan sedih. Dia berharap bisa bertemu dengan Andika, tapi apa boleh buat, orangtuanya sudah memilihkan sekolah yang terbaik. Dengan berat hati, Shinta harus menerima kenyataan itu.
Keesokkan paginya,
Shinta berjalan menyusuri lorong-lorong kelas sambil menenteng notebooknya. Perasaan kecewa dan sedih masih ada dihatinya tapi ia segera melupakannya dan berharap hari ini akan lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Baru saja ia akan melangkahkan kakinya lebar-lebar, seseorang menabraknya. “BRUUUUKKKK....!!!!!” notebook yang sedari tadi ia pegang terjatuh dengan kerasnya ke lantai.
“Eh lo! Jalan pake mata dong!!!!!! IHHH!!” teriak Shinta tapi orang yang menabraknya tadi malah berlari menuju toilet. Shinta dengan sedihnya mengangkat notebook yang kondisinya rusak parah.
“Hidup lo bakal kayak notebook gw. Inget tuh!” sambil menunjuk-nunjuk orang tadi. “Tas item tulisannya ‘Boy’ awas aja lo yah!! IIHHH!!!” Shinta segera masuk ke kelas dan melampiaskan amarahnya pada teman sebangkunya, Nia.
“NIAAA LO TAU GA? ADA ANAK KURANG AJAR YANG GAMAU TANGGUNG JAWAB!! LO LIAT NOTEBOOK GUE!!!! RUSAK PARAH!! BUKANNYA MINTA MAAF TAPI MALAH KABUR GITU AJA!! ISH GUE KESEL!!!!!”
Nia yang sedari tadi duduk tenang sekarang malah tertawa melihat tingkah teman sebangkunya itu.
“Yaudalah. Diemin aja, toh notebook lo ga bisa ngeruntuk juga kan kayak lo lakuin sekarang. Hahahahaha.....”
‘Gw harus tau siapa yang udah rusakin barang berharga gw,’ kata Shinta dalam hati.
Bel masuk pun berdering..
Hari ini bukanlah hari terindah Shinta. Banyak kesialan yang ia dapat. Dia pun mengutuk hari ini sembari membuka-buka buku pelajaran secara kasar.
“Maaf anak-anak, saya sedikit terlambat. Okay hari ini kita akan membahas......”
“Permisi..” seorang anak mengetuk pintu kelas. Bu Ika, guru sejarah ini menyuruhnya masuk. “Maaf anak-anak .. saya lupa. Hari ini ada murid pindahan dari Bandung. Namanya Geraldo Febryan. Ayo sini nak, kamu perkenalkan dirimu secara lengkap.”
Anak tadi masuk sambil tersenyum, memperkenalkan namannya.
“Oke all, nama gue Geraldo Febryan. Tapi kalian manggil gw Febfeb aja. Gw pindahan dari Bandung. Thanks.”
Shinta tertawa sambil melihat murid baru itu. “Yes, lumayan nih bocah bisa gw kerjain. Tampang bloon kayak gitu.... eh! Tas itu!?” Shinta kembali memperhatikan tas hitam bertuliskan “BOY” itu. “Jangan bilang... Orang itu......” Shinta menatap tajam anak baru itu. Di lain sisi, Nia, teman sebangkunya menatap genit Febryan, lalu menyenggol bahu Shinta.
“Eh shin.. lo liat deh. Itu tuh, ganteng abis. Si anak baru.” Shinta menatap sinis Nia, Nia pun segera menatap lagi bukunya.
Bel istirahat berbunyi dengan nyaringnya....
“Ihhhh... Kamu lucu banget sih!!” “Astaga! Imut banget” “Eh kenalan dong!” “Boleh minta nomor handphone ga?”
Kalimat itu membuat Shinta jijik melihat teman-teman perempuannya memohon-mohon pada Febryan.
“Apa coba gantengnya dia? Bule. Ah cuma muka yang bule. Tapi sifat?! GA TANGGUNG JAWAB! IH.” Febryan mendekati Shinta.
“Maksud lo gw?” Shinta tersadar sekarang, orang yang menabraknya tadi sekarang berdiri tegap di belakangnya.
“Kalo iya kenapa, kalo bukan kenapa. Anak baru ga usah nyari sensasi deh lo. Mending bener aja!” perkataan Shinta ini membuat Febryan terpancing emosinya.
“Apa-apaan sih lo. Harusnya lo ikut tuh kayak temen-temen lo yang lain. Muja-muja gw, bukannya ngatain gw.”
“HA-HA. Sadar ga sih lo tadi pagi ada kejadian apa!? Apa mungkin karna muka lo yang ‘charming’ itu bikin lo lupa!?”
“Tadi pagi? Oh jadi cewek jutek dan nyebelin itu lo! Wah.. wahh... ga nyangka.”
“Ga usah sok cute ya bro. Mungkin satu sekolah ini bakal suka sama lo, tapi ngga untuk gw. Justru gw bakal bikin hidup lo kayak notebook gw. Byeee.....”
Shinta segera pergi meninggalkan Febryan.
“Pergi aja deh lo. Dasar cewek monster.” kata Febryan lalu segera pergi.
• • •
Hari-hari Shinta semakin kacau terlebih ia sering dipanggil Guru BP karna bertengkar dengan Febryan. Shinta yang terbilang “ganas” di sekolahnya luluh seketika Guru BP memanggilnya. Dia memang galak tapi ia sangat takut dengan hukuman. Yang membuat Shinta tambah kesal, Febryan selalu disayang oleh guru-guru dan guru-guru selalu membelanya. Shinta sekarang di ”cap” jelek di sekolahnya. Itulah yang membuat Shinta kehilangan teman-temannya termasuk Nia. Sementara itu, Febryan semakin dipuja-puja para perempuan. Ditambah lagi dirinya kini menjadi kapten tim basket. Belum lagi pencalonan dirinya sebagai ketua OSIS membuat Febryan terkenal. Febryan termaksud anak yang pintar di pelajaran. Ia menjadi sosok sempurna dan kebanggaan sekolahnya saat ini. Baru saja 2 bulan, namanya sudah ada dimana-mana membuat Febryan yang tadinya dianggap kurang penting menjadi “aset” terbesar sekolah. Shinta tertawa ketika mendengar Febryan dipuja-puja saat ini. Tapi kadang hatinya sakit oleh perkataan teman-temannya.
“Lo tau ga shin? Orang yang selama ini lo rendahin justru jauh lebih sempurna daripada lo!”
Itu adalah kalimat terakhir Nia pada Shinta. Hatinya hancur seketika saat mendengar itu. Prestasi yang selama ini ia capai hancur begitu saja.
-Ketua OSIS.
-Panitia penyelenggaraan acara-acara besar sekolah.
-Anak kesayangan Bu Ika.
-Jago basket.
Sekarang semua tinggal kenangan. Dia hanya dianggap “sampah” oleh yang lain. Padahal masalah utamanya hanya pada Febryan yang sekarang “dielu-elukan” layaknya raja. Kini apapun yang Shinta lakukan dianggap salah oleh semuanya. Kepercayaan besar yang Bu Ika beri juga diambil sepenuhnya. Sampai suatu hari, kekesalan itu memuncak dan meledak begitu saja. Tentunya pada Febryan..
“Thanks atas hadiah yang lo kasih ke gw. Thanks atas semua perubahan yang lo kasih ke gw. Thanks buat semuaa kebahagiaan yang lo kasih ke gw dan thanks udah ngambil semuanya dari gw. Satu hal yang perlu lo tau! Kenapa sedikitpun lo ga pernah minta maaf sama gw!? Gw menantikan semuanya itu! Gw cuma minta permintaan maaf lo karna lo udah ngerusakin notebook gw. Udah. Selesai kan? Tapi apa!? Lo justru menambah masalah gw. HA-HA. Seneng kan lo sekarang? Hidup lo udah jauh diatas gw dan pastinya udah bahagia banget!” tak terasa airmata Shinta jatuh begitu saja.
“Lo kan yang mengutuk gw supaya hidup gw kayak notebook lo!? Rusak parah dan akhirnya mati terus ga bisa dipakai lagi! Lo tau ga!? Gw sakit hati atas perlakuan lo ke gw. Lo bakal ngancurin hidup gw tapi sayangnya gw ambil START lo. Well.. Enak kan lo? Udah rasain kan rasanya hancur kayak notebook lo.”
“SIA-SIA GW BAIK DAN MAU NGOMONG SAMA LO. LO TETEP BAKAL JADI ORANG YANG PALING GUE BENCI FEB! MAKAN TUH SEMUA PERLAKUAN MANIS DARI GURU DAN TEMEN-TEMEN. AMBIL TUH SEMUANYA. GUE GA BUTUH JUGA KOK!” Shinta berlari dengan kencangnya berusaha menghapus airmatanya. Bukan hanya rasa kesal tapi rasa malu karena menangis di depan musuh terbesarnya.
“GW GA AKAN PERNAH SUKA SAMA LO! GA AKAN PERNAH!! AAAAAAAAA!!! GW BENCI SEMUA ORANG. GW BENCI KENAPA GW HARUS KETEMU ORANG KAYAK LO!!” Shinta berteriak sambil menangis dengan kerasnya tak peduli orang-orang memperhatikannya. Rasa kesal dan benci menjadi satu. Otaknya tak kuat lagi menahan ejekan dan hinaan teman-temannya.
Esok harinya,
Shinta membiarkan jam wekernya berbunyi terus sampai akhirnya Bi Ijah tak tahan dan mengetuk pintu kamar Shinta.
“Non.. Sudah pagi. Ayo sekolah.”
“Aku ga sekolah bi. Lagi ga enak badan.”
Shinta berjalan malas lalu menyalakan komputernya. Membuka akun Yahoo-nya dan mengeceknya. 1 pesan masuk. Sudah lama ia tak membuka akunnya karena notebook kesayangannya rusak. Dibacanya perlahan-lahan pesan dari Andika.
Hey, lama tak saling bertukar cerita. Aku disini mau cerita tentang sekolahku yang baru. Kupikir aku merasa nyaman disini. Menemukan banyak sekali teman. Bahkan tak jarang guru-guru memujiku. Tapi kamu tau gak? Ada yang sedikit mengganjal aku. Aku.. menyakiti seseorang yang sebenarnya tak ku kenal. Padahal aku tidak tau mengapa dia sangat membenciku. Mungkin karena suatu “kecelakaan kecil” yang pernah terjadi membuatnya marah padaku. Padahal aku tak pernah ingin semuanya terjadi. Karena kamu perempuan, boleh gak aku minta sedikit saran sama kamu. Kamu kan pasti bisa lebih ngerti perasaan cewek dibanding aku.
BERSAMBUNG..
"
Catatan Kecil Untuk Shinta"
“Tinggg..!!” Shinta berlari menaiki tangga lalu segera membuka pintu kamarnya kuat-kuat. Nafasnya masih tersengal-sengal lalu terduduk sambil tersenyum menatap notebook kesayangannya. Seseorang mengirimkan sebuah pesan ke e-mailnya.
To : dollie.blue@yahoo.com
From : andika@yahoo.co.id
“Hei,what’s up? Lama ga saling kirim e-mail.”
Gadis berambut panjang yang menyukai warna biru ini tersenyum. Teman chatting yang dikenalnya beberapa bulan yang lalu (Andika) akhirnya mengirim sebuah e-mail. Dia pikir, Andika sudah melupakannya karna sudah cukup lama mereka tak saling berkomunikasi. Andika yang sering dipanggil Dika bersekolah di London, tapi karena ayahnya akan segera berpindah kerja di Indonesia, membuat pelajar SMA ini kebingungan mencari sekolah. Shinta pun berusaha membantu “teman chatting”nya itu mencari sekolah.
To : andika@yahoo.co.id
From : dollie.blue@yahoo.com
“Baik kok. Oh iya, gimana kalo kamu sekolah di sekolahku. Hmm sekolahku termasuk sekolah fav. lho di Jakarta. Aku pengen ktemu kamu. Penasaran sama muka kamu haha”
Tak lama kemudian, pesan balasan masuk:
To : dollie.blue@yahoo.com
From : andika@yahoo.co.id
“Wahh.. I dunno. Cause my father udah masukkin aku di sekolah fav. lainnya. Sorry bgt. I hope kita bisa saling ktmu. Tapi mungkin bukan skrng.”
Shinta segera menutup accountnya dan terduduk dengan sedih. Dia berharap bisa bertemu dengan Andika, tapi apa boleh buat, orangtuanya sudah memilihkan sekolah yang terbaik. Dengan berat hati, Shinta harus menerima kenyataan itu.
Keesokkan paginya,
Shinta berjalan menyusuri lorong-lorong kelas sambil menenteng notebooknya. Perasaan kecewa dan sedih masih ada dihatinya tapi ia segera melupakannya dan berharap hari ini akan lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Baru saja ia akan melangkahkan kakinya lebar-lebar, seseorang menabraknya. “BRUUUUKKKK....!!!!!” notebook yang sedari tadi ia pegang terjatuh dengan kerasnya ke lantai.
“Eh lo! Jalan pake mata dong!!!!!! IHHH!!” teriak Shinta tapi orang yang menabraknya tadi malah berlari menuju toilet. Shinta dengan sedihnya mengangkat notebook yang kondisinya rusak parah.
“Hidup lo bakal kayak notebook gw. Inget tuh!” sambil menunjuk-nunjuk orang tadi. “Tas item tulisannya ‘Boy’ awas aja lo yah!! IIHHH!!!” Shinta segera masuk ke kelas dan melampiaskan amarahnya pada teman sebangkunya, Nia.
“NIAAA LO TAU GA? ADA ANAK KURANG AJAR YANG GAMAU TANGGUNG JAWAB!! LO LIAT NOTEBOOK GUE!!!! RUSAK PARAH!! BUKANNYA MINTA MAAF TAPI MALAH KABUR GITU AJA!! ISH GUE KESEL!!!!!”
Nia yang sedari tadi duduk tenang sekarang malah tertawa melihat tingkah teman sebangkunya itu.
“Yaudalah. Diemin aja, toh notebook lo ga bisa ngeruntuk juga kan kayak lo lakuin sekarang. Hahahahaha.....”
‘Gw harus tau siapa yang udah rusakin barang berharga gw,’ kata Shinta dalam hati.
Bel masuk pun berdering..
Hari ini bukanlah hari terindah Shinta. Banyak kesialan yang ia dapat. Dia pun mengutuk hari ini sembari membuka-buka buku pelajaran secara kasar.
“Maaf anak-anak, saya sedikit terlambat. Okay hari ini kita akan membahas......”
“Permisi..” seorang anak mengetuk pintu kelas. Bu Ika, guru sejarah ini menyuruhnya masuk. “Maaf anak-anak .. saya lupa. Hari ini ada murid pindahan dari Bandung. Namanya Geraldo Febryan. Ayo sini nak, kamu perkenalkan dirimu secara lengkap.”
Anak tadi masuk sambil tersenyum, memperkenalkan namannya.
“Oke all, nama gue Geraldo Febryan. Tapi kalian manggil gw Febfeb aja. Gw pindahan dari Bandung. Thanks.”
Shinta tertawa sambil melihat murid baru itu. “Yes, lumayan nih bocah bisa gw kerjain. Tampang bloon kayak gitu.... eh! Tas itu!?” Shinta kembali memperhatikan tas hitam bertuliskan “BOY” itu. “Jangan bilang... Orang itu......” Shinta menatap tajam anak baru itu. Di lain sisi, Nia, teman sebangkunya menatap genit Febryan, lalu menyenggol bahu Shinta.
“Eh shin.. lo liat deh. Itu tuh, ganteng abis. Si anak baru.” Shinta menatap sinis Nia, Nia pun segera menatap lagi bukunya.
Bel istirahat berbunyi dengan nyaringnya....
“Ihhhh... Kamu lucu banget sih!!” “Astaga! Imut banget” “Eh kenalan dong!” “Boleh minta nomor handphone ga?”
Kalimat itu membuat Shinta jijik melihat teman-teman perempuannya memohon-mohon pada Febryan.
“Apa coba gantengnya dia? Bule. Ah cuma muka yang bule. Tapi sifat?! GA TANGGUNG JAWAB! IH.” Febryan mendekati Shinta.
“Maksud lo gw?” Shinta tersadar sekarang, orang yang menabraknya tadi sekarang berdiri tegap di belakangnya.
“Kalo iya kenapa, kalo bukan kenapa. Anak baru ga usah nyari sensasi deh lo. Mending bener aja!” perkataan Shinta ini membuat Febryan terpancing emosinya.
“Apa-apaan sih lo. Harusnya lo ikut tuh kayak temen-temen lo yang lain. Muja-muja gw, bukannya ngatain gw.”
“HA-HA. Sadar ga sih lo tadi pagi ada kejadian apa!? Apa mungkin karna muka lo yang ‘charming’ itu bikin lo lupa!?”
“Tadi pagi? Oh jadi cewek jutek dan nyebelin itu lo! Wah.. wahh... ga nyangka.”
“Ga usah sok cute ya bro. Mungkin satu sekolah ini bakal suka sama lo, tapi ngga untuk gw. Justru gw bakal bikin hidup lo kayak notebook gw. Byeee.....”
Shinta segera pergi meninggalkan Febryan.
“Pergi aja deh lo. Dasar cewek monster.” kata Febryan lalu segera pergi.
• • •
Hari-hari Shinta semakin kacau terlebih ia sering dipanggil Guru BP karna bertengkar dengan Febryan. Shinta yang terbilang “ganas” di sekolahnya luluh seketika Guru BP memanggilnya. Dia memang galak tapi ia sangat takut dengan hukuman. Yang membuat Shinta tambah kesal, Febryan selalu disayang oleh guru-guru dan guru-guru selalu membelanya. Shinta sekarang di ”cap” jelek di sekolahnya. Itulah yang membuat Shinta kehilangan teman-temannya termasuk Nia. Sementara itu, Febryan semakin dipuja-puja para perempuan. Ditambah lagi dirinya kini menjadi kapten tim basket. Belum lagi pencalonan dirinya sebagai ketua OSIS membuat Febryan terkenal. Febryan termaksud anak yang pintar di pelajaran. Ia menjadi sosok sempurna dan kebanggaan sekolahnya saat ini. Baru saja 2 bulan, namanya sudah ada dimana-mana membuat Febryan yang tadinya dianggap kurang penting menjadi “aset” terbesar sekolah. Shinta tertawa ketika mendengar Febryan dipuja-puja saat ini. Tapi kadang hatinya sakit oleh perkataan teman-temannya.
“Lo tau ga shin? Orang yang selama ini lo rendahin justru jauh lebih sempurna daripada lo!”
Itu adalah kalimat terakhir Nia pada Shinta. Hatinya hancur seketika saat mendengar itu. Prestasi yang selama ini ia capai hancur begitu saja.
-Ketua OSIS.
-Panitia penyelenggaraan acara-acara besar sekolah.
-Anak kesayangan Bu Ika.
-Jago basket.
Sekarang semua tinggal kenangan. Dia hanya dianggap “sampah” oleh yang lain. Padahal masalah utamanya hanya pada Febryan yang sekarang “dielu-elukan” layaknya raja. Kini apapun yang Shinta lakukan dianggap salah oleh semuanya. Kepercayaan besar yang Bu Ika beri juga diambil sepenuhnya. Sampai suatu hari, kekesalan itu memuncak dan meledak begitu saja. Tentunya pada Febryan..
“Thanks atas hadiah yang lo kasih ke gw. Thanks atas semua perubahan yang lo kasih ke gw. Thanks buat semuaa kebahagiaan yang lo kasih ke gw dan thanks udah ngambil semuanya dari gw. Satu hal yang perlu lo tau! Kenapa sedikitpun lo ga pernah minta maaf sama gw!? Gw menantikan semuanya itu! Gw cuma minta permintaan maaf lo karna lo udah ngerusakin notebook gw. Udah. Selesai kan? Tapi apa!? Lo justru menambah masalah gw. HA-HA. Seneng kan lo sekarang? Hidup lo udah jauh diatas gw dan pastinya udah bahagia banget!” tak terasa airmata Shinta jatuh begitu saja.
“Lo kan yang mengutuk gw supaya hidup gw kayak notebook lo!? Rusak parah dan akhirnya mati terus ga bisa dipakai lagi! Lo tau ga!? Gw sakit hati atas perlakuan lo ke gw. Lo bakal ngancurin hidup gw tapi sayangnya gw ambil START lo. Well.. Enak kan lo? Udah rasain kan rasanya hancur kayak notebook lo.”
“SIA-SIA GW BAIK DAN MAU NGOMONG SAMA LO. LO TETEP BAKAL JADI ORANG YANG PALING GUE BENCI FEB! MAKAN TUH SEMUA PERLAKUAN MANIS DARI GURU DAN TEMEN-TEMEN. AMBIL TUH SEMUANYA. GUE GA BUTUH JUGA KOK!” Shinta berlari dengan kencangnya berusaha menghapus airmatanya. Bukan hanya rasa kesal tapi rasa malu karena menangis di depan musuh terbesarnya.
“GW GA AKAN PERNAH SUKA SAMA LO! GA AKAN PERNAH!! AAAAAAAAA!!! GW BENCI SEMUA ORANG. GW BENCI KENAPA GW HARUS KETEMU ORANG KAYAK LO!!” Shinta berteriak sambil menangis dengan kerasnya tak peduli orang-orang memperhatikannya. Rasa kesal dan benci menjadi satu. Otaknya tak kuat lagi menahan ejekan dan hinaan teman-temannya.
Esok harinya,
Shinta membiarkan jam wekernya berbunyi terus sampai akhirnya Bi Ijah tak tahan dan mengetuk pintu kamar Shinta.
“Non.. Sudah pagi. Ayo sekolah.”
“Aku ga sekolah bi. Lagi ga enak badan.”
Shinta berjalan malas lalu menyalakan komputernya. Membuka akun Yahoo-nya dan mengeceknya. 1 pesan masuk. Sudah lama ia tak membuka akunnya karena notebook kesayangannya rusak. Dibacanya perlahan-lahan pesan dari Andika.
Hey, lama tak saling bertukar cerita. Aku disini mau cerita tentang sekolahku yang baru. Kupikir aku merasa nyaman disini. Menemukan banyak sekali teman. Bahkan tak jarang guru-guru memujiku. Tapi kamu tau gak? Ada yang sedikit mengganjal aku. Aku.. menyakiti seseorang yang sebenarnya tak ku kenal. Padahal aku tidak tau mengapa dia sangat membenciku. Mungkin karena suatu “kecelakaan kecil” yang pernah terjadi membuatnya marah padaku. Padahal aku tak pernah ingin semuanya terjadi. Karena kamu perempuan, boleh gak aku minta sedikit saran sama kamu. Kamu kan pasti bisa lebih ngerti perasaan cewek dibanding aku.
BERSAMBUNG..
0
2.1K
16
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan