- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
HARAPAN TERAKHIR [MASUK GAN]


TS
fahriblogger
HARAPAN TERAKHIR [MASUK GAN]
WELCOME TO MY THREAD
By : fahriblogger
Nih, Gan. Dibaca ya? jangan lupa
![HARAPAN TERAKHIR [MASUK GAN]](https://s.kaskus.id/images/2013/01/05/5059801_20130105045655.jpg)
Angin malam berhembus dengan cepat menerpa wajahku yang kebingungan pada malam yang sunyi ini. Kududuk termenung, menanti kedatangan seorang ayah. Di atas batu pantai yang besarnya melebihi rumahku. Angin berhembus kencang, seakan menyuruhku untuk kembali ke rumah. Tapi tidak, aku harus menunggu, dan tetap menunggu sampai ayahku kembali dari kehidupan tengah laut yang gelap dan menakutkan. Aku tak mau ayahku pulang sendirian dan kelelahan karena membawa makhluk-makhluk laut itu.
Kunyalakan api di atas kayu-kayu kering untuk melindungiku dari dinginnya angin malam. Kedua tanganku memegang teropong sambil mataku mengamati ke tengah laut, apakah ayahku sudah hampir sampai atau belum. Aku bersyukur melihat sebuah perahu dari tengah laut, dengan lampu lentera yang meneranginya. Aku pun turun dari batu itu, dan berlari menuju tepi pantai untuk menyambut kedatangan ayah.
“Ayaaaaaah, disinii!” aku memanggil ayah untuk menempatkan perahunya di tempat yang sudah kupersiapkan.
Suara mesin perahu itu mulai terdengar, dan sampailah perahu itu di depanku.
“Sini Yah, aku bantu mendorong.” kataku kepada ayah.
“Ya, Nak terima kasih.”jawabnya.
Aku, ayah beserta nelayan lainnya bekerja sama untuk menaikkan perahu itu.
“Alhamdulillah Nak, hasilnya lumayan banyak.” kata ayah kepadaku,
“Ya, Alhamdulillah Yah! Nanti kita bakar bareng-bareng.”jawabku.
Kami pulang dengan hasil yang memuaskan. Ikan bakar mengenyangkan perut kami.
“Yah, besok Sabtu, aku terima rapor, doakan ya Yah, semoga hasilnya baik.”kataku kepada ayah.
“Ya, Nak ayah selalu mendoakanmu.” jawab ayah sambil mengelus-elus rambutku yang basah karena air laut.
“Sekarang, kita harus tidur biar besok bisa bekerja dengan baik.” perintah ayah kepadaku.
“Oke Yah!” jawabku sambil berlari menuju sebuah tikar merah, sebuah tempat dimana aku bisa mengembalikan tenagaku.
Hari demi hari terlewati, hingga tibalah hari Sabtu itu, aku berharap nilaiku lebih baik dari semester kemarin. Aku berpamitan kepada ayah, dan mencium tangannya.
“Yah, aku berangkat ya, ayah hati-hati ya di laut, jaring ikan sebanyak-banyaknya, nanti malam bakar-bakar lagi, oke Yah?”kataku kepada ayah.
“Tentu Nak, kau juga hati-hati.”jawabnya sambil menyiapkan jaring untuk berlaut.
Aku hanya menjawab dengan senyuman. Kemudian kulambaikan tangan pada ayah.
Mentari pagi masih malu-malu untuk menunjukkan dirinya, embun pagi menutupi alam di sekitarku, aku berjalan menyusuri tepi pantai sambil menendang-nendang kerikil kecil. Angin sepoi-sepoi menggerak-gerakkan rambutku yang panjang, aku bernyanyi, aku menari di tengah suasana pagi yang dingin ini. Tak terasa aku sudah sampai di tempatku menimba ilmu, aku melihat dari kejauhan belum ada orang yang datang, bagiku itu sudah hal biasa, karena berangkat pagi, sudah menjadi kewajibanku.
Aku masuk kelas, dan meletakkan tasku di bangku terdepan. Aku menunggu teman-temanku datang, sambil membersihkan ruang kelas. Tak lama kemudian derap kaki mendekatiku.
”Assalamu’alaikum!”sapa temanku yang bernama Rio.
“Wa’alaikumsalam, eh Rio sudah datang.”jawabku sambil tersenyum.
Ia meletakkan tasnya di belakang tempat dudukku.
“Sini, aku bantu.” kata Rio kepadaku.
“Oke!”jawabku singkat.
Kami membersihkan kelas bersama-sama, hingga teman-teman yang lain datang. Semua bangku sudah dipenuhi tas, itu artinya semua sudah datang. Di sekolah kami, waktu masuk kelas ditandai dengan sebuah bunyi gong. Gong..gong..gong... . Semua murid mulai memasuki kelas masing-masing, dan siap untuk melihat hasil belajar selama 6 bulan ini. Wali kelas kami mulai memasuki kelas, beliau adalah Pak Bambang, guru berkumis paling tebal di sekolah kami. Sekaligus paling gendut. Beliau adalah guru Bahasa Inggris.
“Good morning students!”kata beliau dengan lantang.
“Good morning Sir!”jawab kami dengan kompak.
“Are you ready to see your report?”tanya Pak Bambang kepada kami.
“Of course Sir!”jawab kami.
“Okay, I’ll tell you who gets highest mark in this class..and the first is..”kata beliau kepada kami.
“Who Sir? Whooooo?”tanyaku dengan tak sabar.
“Is..you Santi.”Kata beliau kepadaku.
“Me? Alhamdulillah.”jawabku.
Aku bahagia mendengar kata-kata Pak Bambang, aku pun bersujud syukur. ‘Terima kasih Ya Allah, Engkau telah mengabulkan doaku’.
Pembagian rapor telah selesai, aku tak sabar lagi untuk menunjukkan hasil belajar yang tak sia-sia ini kepada ayah,. Teman-temanku memberiku ucapan selamat, dan semuanya kujawab dengan doa dan kata terima kasih. Aku pulang sekolah sambil berlari menyusuri tepi pantai dan mengangkat raporku tinggi-tinggi.
“Ayaaaaaaaaah! Aku berhasil!” Teriakku di tepi pantai.
Pagi berganti siang, mentari sudah berani menampakkan dirinya di atas kepala manusia. Siang ini aku isi dengan bermain bola di pantai, bersama teman-temanku yang sungguh mengasyikkan.
Siang berganti sore, dan sore berganti malam, aku pulang dan bersiap-siap menyambut kedatangan ayahku lagi. Aku mengambil raporku, dan membawanya ke tempat aku menunggu biasanya, di atas batu besar di tepi pantai. Aku memegang erat-erat rapor itu sambil menunggu ayahku kembali.
Aku tertidur cukup lama di atas batu besar itu, tiba-tiba suara mesin perahu membangunkanku. Aku pun kaget dan terjatuh dari batu itu, aku berdiri dan aku melihat para nelayan kebingungan, aku tak tahu apa yang terjadi, lalu aku berlari sambil membawa rapor itu dan mendekati perahu.
“Apa yang terjadi Pak?”tanyaku kepada salah satu nelayan yang kebingungan.
“Anu Nak.. teman kami terjatuh saat perjalanan pulang, ia masih pingsan hingga kini.”ia menjelaskan kepadaku.
Aku langsung mendekati perahu itu dan melihat orang yang dimaksud. Tiba-tiba semuanya tampak kuning di mataku, dan badanku lemas, tubuhku tiba-tiba roboh. Aku pingsan saat aku mengetahui bahwa orang itu adalah… ayahku.
Orang-orang semakin kebingungan, mereka membawa kami ke rumah sakit terdekat. Salah satu nelayan mengambil raporku yang terjatuh di tepi pantai, dan membaca identitasku. Mereka langsung mengetahui bahwa aku adalah anak teman mereka. Aku mulai sadar saat aku berada di ruang pasien. Aku bangkit dari tempat tidur pasien. Dan aku langsung menanyakan sesuatu.
“Dimana ayahku?”tanyaku kepada seorang perawat.
“Oh, akhirnya kau sadar juga Nak, ayahmu sedang dirawat di UGD, ia masih belum sadar Nak, kita doakan saja semoga ia lekas sadar.”kata perawat kepadaku.
Aku sangat kaget ketika mendengar ayahku dirawat di Unit Gawat Darurat, aku langsung mencari ruang itu, aku berlari, aku masih memakai pakaian pasien. Lalu aku bertanya kepada seorang karyawan rumah sakit itu.
“Maaf Pak, ruang UGD dimana ya?”tanyaku dengan nada tergesa-gesa.
“Disebelah sana Dek, dekat ruang nomor 11!”ia menjawab sambil menunjukkan arah ruang itu.
“Makasih ya Pak.”jawabku sambil berlari mendekati ruang UGD.
Aku berhenti tepat di depan ruang itu. Aku kelelahan, dan aku langsung membuka pintu ruang itu, namun ternyata dikunci. Salah seorang karyawan memberitahu kalau ruang itu hanya boleh dimasuki dengan seijin perawat. Aku langsung bertanya kepada seorang perawat.
“Bu, apakah saya boleh masuk ruangan ini? Ayah saya berada di dalam, saya ingin bertemu dengannya.”kataku kepada perawat.
“Maaf Nak, ayahmu sedang dalam keadaan kritis, ayahmu harus diberi perawatan secara intensif. Kamu belum boleh masuk ruangan ini.”jelas perawat kepadaku.
Aku kebingungan, kenapa ayah dirawat di UGD? Apa yang sebenarnya terjadi?.
Aku memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, aku akan terus menunggu kabar dari rumah sakit itu. Hingga tiba suatu hari, pihak rumah sakit menyuruhku untuk datang kesana.
“Nak, sebenarnya.. ayahmu menderita anemia, beliau membutuhkan darah yang cukup banyak.”kata Pak Dokter kepadaku.
“Darah? Ambil saja punyaku Pak!”jawabku sambil meneteskan air mata.
“Niatmu sudah bagus Nak, tapi hanya orang berumur 17 tahun ke atas yang boleh mendonorkan darahnya, maafkan Bapak. Bapak akan coba carikan darah untuk ayahmu.”jawabnya sambil tersenyum padaku.
Minggu demi minggu terlewati, penyakit ayahku tak kunjung sembuh, aku harus menempuh hidup sendirian, dengan cara mengamen di perempatan, teman-temanku ikut membantuku.
“Ya Allah, berikan bantuanMu kepada ayahku, sembuhkanlah hambaMu itu Ya Allah.”kataku memohon doa kepada-Nya.
Aku terus berdoa setiap hari, memohon agar ayahku dapat sembuh dan bekerja seperti biasa lagi.
Sudah 2 bulan ayahku dirawat, setiap sore aku melihat kondisinya. Aku melihat badannya, dipenuhi selang-selang kecil untuk transfusi darah. Aku duduk di sampingnya, mencoba menghiburnya dengan menyanyikan sebuah lagu, aku berharap ayahku sadar dan terhibur.
“Ayah, aku di sini, aku berhasil Yah, aku mendapat nilai tertinggi di kelasku.”kataku pada ayah.
“Yah, bangunlah, ayo kita bakar ikan bareng-bareng.”ajakku sambil meneteskan air mata.
Tiba-tiba tangan kanannya bergerak, dan mencoba memelukku.
“Santi, ayah tahu kamu anak yang cerdas, berjuanglah di dunia yang liar ini. Jangan cepat putus asa, kamu pasti bisa. Sudah dulu ya Santi. Kamu.. harapan terakhir ayah.”
Tuhan berkehendak lain, Dia mengambil nyawanya.~
By : fahriblogger
Nih, Gan. Dibaca ya? jangan lupa

Spoiler for Cerpen HT:
![HARAPAN TERAKHIR [MASUK GAN]](https://s.kaskus.id/images/2013/01/05/5059801_20130105045655.jpg)
Angin malam berhembus dengan cepat menerpa wajahku yang kebingungan pada malam yang sunyi ini. Kududuk termenung, menanti kedatangan seorang ayah. Di atas batu pantai yang besarnya melebihi rumahku. Angin berhembus kencang, seakan menyuruhku untuk kembali ke rumah. Tapi tidak, aku harus menunggu, dan tetap menunggu sampai ayahku kembali dari kehidupan tengah laut yang gelap dan menakutkan. Aku tak mau ayahku pulang sendirian dan kelelahan karena membawa makhluk-makhluk laut itu.
Kunyalakan api di atas kayu-kayu kering untuk melindungiku dari dinginnya angin malam. Kedua tanganku memegang teropong sambil mataku mengamati ke tengah laut, apakah ayahku sudah hampir sampai atau belum. Aku bersyukur melihat sebuah perahu dari tengah laut, dengan lampu lentera yang meneranginya. Aku pun turun dari batu itu, dan berlari menuju tepi pantai untuk menyambut kedatangan ayah.
“Ayaaaaaah, disinii!” aku memanggil ayah untuk menempatkan perahunya di tempat yang sudah kupersiapkan.
Suara mesin perahu itu mulai terdengar, dan sampailah perahu itu di depanku.
“Sini Yah, aku bantu mendorong.” kataku kepada ayah.
“Ya, Nak terima kasih.”jawabnya.
Aku, ayah beserta nelayan lainnya bekerja sama untuk menaikkan perahu itu.
“Alhamdulillah Nak, hasilnya lumayan banyak.” kata ayah kepadaku,
“Ya, Alhamdulillah Yah! Nanti kita bakar bareng-bareng.”jawabku.
Kami pulang dengan hasil yang memuaskan. Ikan bakar mengenyangkan perut kami.
“Yah, besok Sabtu, aku terima rapor, doakan ya Yah, semoga hasilnya baik.”kataku kepada ayah.
“Ya, Nak ayah selalu mendoakanmu.” jawab ayah sambil mengelus-elus rambutku yang basah karena air laut.
“Sekarang, kita harus tidur biar besok bisa bekerja dengan baik.” perintah ayah kepadaku.
“Oke Yah!” jawabku sambil berlari menuju sebuah tikar merah, sebuah tempat dimana aku bisa mengembalikan tenagaku.
Hari demi hari terlewati, hingga tibalah hari Sabtu itu, aku berharap nilaiku lebih baik dari semester kemarin. Aku berpamitan kepada ayah, dan mencium tangannya.
“Yah, aku berangkat ya, ayah hati-hati ya di laut, jaring ikan sebanyak-banyaknya, nanti malam bakar-bakar lagi, oke Yah?”kataku kepada ayah.
“Tentu Nak, kau juga hati-hati.”jawabnya sambil menyiapkan jaring untuk berlaut.
Aku hanya menjawab dengan senyuman. Kemudian kulambaikan tangan pada ayah.
Mentari pagi masih malu-malu untuk menunjukkan dirinya, embun pagi menutupi alam di sekitarku, aku berjalan menyusuri tepi pantai sambil menendang-nendang kerikil kecil. Angin sepoi-sepoi menggerak-gerakkan rambutku yang panjang, aku bernyanyi, aku menari di tengah suasana pagi yang dingin ini. Tak terasa aku sudah sampai di tempatku menimba ilmu, aku melihat dari kejauhan belum ada orang yang datang, bagiku itu sudah hal biasa, karena berangkat pagi, sudah menjadi kewajibanku.
Aku masuk kelas, dan meletakkan tasku di bangku terdepan. Aku menunggu teman-temanku datang, sambil membersihkan ruang kelas. Tak lama kemudian derap kaki mendekatiku.
”Assalamu’alaikum!”sapa temanku yang bernama Rio.
“Wa’alaikumsalam, eh Rio sudah datang.”jawabku sambil tersenyum.
Ia meletakkan tasnya di belakang tempat dudukku.
“Sini, aku bantu.” kata Rio kepadaku.
“Oke!”jawabku singkat.
Kami membersihkan kelas bersama-sama, hingga teman-teman yang lain datang. Semua bangku sudah dipenuhi tas, itu artinya semua sudah datang. Di sekolah kami, waktu masuk kelas ditandai dengan sebuah bunyi gong. Gong..gong..gong... . Semua murid mulai memasuki kelas masing-masing, dan siap untuk melihat hasil belajar selama 6 bulan ini. Wali kelas kami mulai memasuki kelas, beliau adalah Pak Bambang, guru berkumis paling tebal di sekolah kami. Sekaligus paling gendut. Beliau adalah guru Bahasa Inggris.
“Good morning students!”kata beliau dengan lantang.
“Good morning Sir!”jawab kami dengan kompak.
“Are you ready to see your report?”tanya Pak Bambang kepada kami.
“Of course Sir!”jawab kami.
“Okay, I’ll tell you who gets highest mark in this class..and the first is..”kata beliau kepada kami.
“Who Sir? Whooooo?”tanyaku dengan tak sabar.
“Is..you Santi.”Kata beliau kepadaku.
“Me? Alhamdulillah.”jawabku.
Aku bahagia mendengar kata-kata Pak Bambang, aku pun bersujud syukur. ‘Terima kasih Ya Allah, Engkau telah mengabulkan doaku’.
Pembagian rapor telah selesai, aku tak sabar lagi untuk menunjukkan hasil belajar yang tak sia-sia ini kepada ayah,. Teman-temanku memberiku ucapan selamat, dan semuanya kujawab dengan doa dan kata terima kasih. Aku pulang sekolah sambil berlari menyusuri tepi pantai dan mengangkat raporku tinggi-tinggi.
“Ayaaaaaaaaah! Aku berhasil!” Teriakku di tepi pantai.
Pagi berganti siang, mentari sudah berani menampakkan dirinya di atas kepala manusia. Siang ini aku isi dengan bermain bola di pantai, bersama teman-temanku yang sungguh mengasyikkan.
Siang berganti sore, dan sore berganti malam, aku pulang dan bersiap-siap menyambut kedatangan ayahku lagi. Aku mengambil raporku, dan membawanya ke tempat aku menunggu biasanya, di atas batu besar di tepi pantai. Aku memegang erat-erat rapor itu sambil menunggu ayahku kembali.
Aku tertidur cukup lama di atas batu besar itu, tiba-tiba suara mesin perahu membangunkanku. Aku pun kaget dan terjatuh dari batu itu, aku berdiri dan aku melihat para nelayan kebingungan, aku tak tahu apa yang terjadi, lalu aku berlari sambil membawa rapor itu dan mendekati perahu.
“Apa yang terjadi Pak?”tanyaku kepada salah satu nelayan yang kebingungan.
“Anu Nak.. teman kami terjatuh saat perjalanan pulang, ia masih pingsan hingga kini.”ia menjelaskan kepadaku.
Aku langsung mendekati perahu itu dan melihat orang yang dimaksud. Tiba-tiba semuanya tampak kuning di mataku, dan badanku lemas, tubuhku tiba-tiba roboh. Aku pingsan saat aku mengetahui bahwa orang itu adalah… ayahku.
Orang-orang semakin kebingungan, mereka membawa kami ke rumah sakit terdekat. Salah satu nelayan mengambil raporku yang terjatuh di tepi pantai, dan membaca identitasku. Mereka langsung mengetahui bahwa aku adalah anak teman mereka. Aku mulai sadar saat aku berada di ruang pasien. Aku bangkit dari tempat tidur pasien. Dan aku langsung menanyakan sesuatu.
“Dimana ayahku?”tanyaku kepada seorang perawat.
“Oh, akhirnya kau sadar juga Nak, ayahmu sedang dirawat di UGD, ia masih belum sadar Nak, kita doakan saja semoga ia lekas sadar.”kata perawat kepadaku.
Aku sangat kaget ketika mendengar ayahku dirawat di Unit Gawat Darurat, aku langsung mencari ruang itu, aku berlari, aku masih memakai pakaian pasien. Lalu aku bertanya kepada seorang karyawan rumah sakit itu.
“Maaf Pak, ruang UGD dimana ya?”tanyaku dengan nada tergesa-gesa.
“Disebelah sana Dek, dekat ruang nomor 11!”ia menjawab sambil menunjukkan arah ruang itu.
“Makasih ya Pak.”jawabku sambil berlari mendekati ruang UGD.
Aku berhenti tepat di depan ruang itu. Aku kelelahan, dan aku langsung membuka pintu ruang itu, namun ternyata dikunci. Salah seorang karyawan memberitahu kalau ruang itu hanya boleh dimasuki dengan seijin perawat. Aku langsung bertanya kepada seorang perawat.
“Bu, apakah saya boleh masuk ruangan ini? Ayah saya berada di dalam, saya ingin bertemu dengannya.”kataku kepada perawat.
“Maaf Nak, ayahmu sedang dalam keadaan kritis, ayahmu harus diberi perawatan secara intensif. Kamu belum boleh masuk ruangan ini.”jelas perawat kepadaku.
Aku kebingungan, kenapa ayah dirawat di UGD? Apa yang sebenarnya terjadi?.
Aku memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, aku akan terus menunggu kabar dari rumah sakit itu. Hingga tiba suatu hari, pihak rumah sakit menyuruhku untuk datang kesana.
“Nak, sebenarnya.. ayahmu menderita anemia, beliau membutuhkan darah yang cukup banyak.”kata Pak Dokter kepadaku.
“Darah? Ambil saja punyaku Pak!”jawabku sambil meneteskan air mata.
“Niatmu sudah bagus Nak, tapi hanya orang berumur 17 tahun ke atas yang boleh mendonorkan darahnya, maafkan Bapak. Bapak akan coba carikan darah untuk ayahmu.”jawabnya sambil tersenyum padaku.
Minggu demi minggu terlewati, penyakit ayahku tak kunjung sembuh, aku harus menempuh hidup sendirian, dengan cara mengamen di perempatan, teman-temanku ikut membantuku.
“Ya Allah, berikan bantuanMu kepada ayahku, sembuhkanlah hambaMu itu Ya Allah.”kataku memohon doa kepada-Nya.
Aku terus berdoa setiap hari, memohon agar ayahku dapat sembuh dan bekerja seperti biasa lagi.
Sudah 2 bulan ayahku dirawat, setiap sore aku melihat kondisinya. Aku melihat badannya, dipenuhi selang-selang kecil untuk transfusi darah. Aku duduk di sampingnya, mencoba menghiburnya dengan menyanyikan sebuah lagu, aku berharap ayahku sadar dan terhibur.
“Ayah, aku di sini, aku berhasil Yah, aku mendapat nilai tertinggi di kelasku.”kataku pada ayah.
“Yah, bangunlah, ayo kita bakar ikan bareng-bareng.”ajakku sambil meneteskan air mata.
Tiba-tiba tangan kanannya bergerak, dan mencoba memelukku.
“Santi, ayah tahu kamu anak yang cerdas, berjuanglah di dunia yang liar ini. Jangan cepat putus asa, kamu pasti bisa. Sudah dulu ya Santi. Kamu.. harapan terakhir ayah.”
Tuhan berkehendak lain, Dia mengambil nyawanya.~

Diubah oleh fahriblogger 05-01-2013 17:26


anasabila memberi reputasi
1
1.3K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan