- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Saingan Mesin Pencari Google Ternyata Ada di Cina


TS
berbagikomeng
Saingan Mesin Pencari Google Ternyata Ada di Cina
SEBELUM ANE MBAHAS NIH THREAD ANE CUMA MAU
(ane mulai nulis jam 07.51 WIB 05/01/2013

Siapakah Robin Li? Ia lahir di kota Yangquan, Provinsi Shanxi, Cina. Kedua orang tuanya pekerja pabrik, dan Li sebagai anak keempat, satu-satunya anak lelaki dari lima bersaudara. Minatnya pada dunia teknologi tampak saat bersekolah di Sekolah Tinggi Yangquan, dan memperoleh nilai tertinggi kedua saat ujian masuk.
Tahun 1987 saat mengikuti ujian masuk Pendidikan Tinggi Nasional, Li mendapat nilai tertinggi hingga akhirnya bisa kuliah di Universitas Peking mengambil jurusan Manajemen Informasi. Dia juga kuliah di Amerika Serikat di University at Buffalo.
Tahun 1994 ia membantu mengembangkan program untuk edisi online The Wall Street Journal, selain bekerja juga pada peningkatan algoritma untuk mesin pencari. Dari sinilah cikal-bakal pembangunan mesin pencari Baidu, yang dibangun bersama koleganya Erix Xu pada tahun 2000.
Dalam dua belas tahun sejak mendirikan Baidu pada Januari 2000, Li telah mengubah perusahaan tersebut menjadi mesin pencari terbesar China, dengan lebih dari 80% pangsa pasar dengan permintaan pencarian, dan mesin pencari terbesar kedua independen di dunia.
Robin Li adalah tipe pekerja dan pembangun sejati. Melakukan pekerjaannya dengan semangat, perlahan-lahan membangun dengan kesabaran. Penuh dedikasi atas apa yang dikerjakannya.
Memiliki mimpi setinggi langit memang bagus bila kita punya cara untuk mewujudkannya. Namun, bermimpi soal ide besar sambil terus membual tanpa langkah nyata, lupakan saja. You'd better think small and grow...
Akhirnya selesai juga gan, TS hanya minta
ma
dan jangan lupa komeng yang bermutu no junk 
*Thread tanpa Komeng akan sia sia saja..*
(ane selesai nulis jam 08.27 WIB 05/01/2013


Spoiler for BAIDU:

Quote:
Baidu, Inc. Biasa dikenal dengan sebutan Baidu adalah perusahaan layanan web yang berpusat di Kampus Baidu yang terletak di Distrik Haidian, Beijing, RRC.Baidu menawarkan berbagai fasilitas, termasuk mesin pencarian untuk situs web, file audio dan gambar dalam aksara Mandarin. Layanan komunitas dan pencarian yang ditawarkan sebanyak 57 jenis termasuk diantaranya Baidu Baike, sebuah ensiklopedi yang dibangun secara kolaboratif
Quote:
Mungkin saat ini Google boleh dikatakan sebagai raja dari mesin pencari online. Namun tidak di China. Google kesulitan untuk mendapatkan popularitas di negeri tirai bambu tersebut. Karena raja mesin pencari online di China adalah Baidu.
Sepak terjang Baidu di China bisa dibilang cukup fenomenal. Mesin pencari yang dibesut oleh warga lokal China ini berhasil memperoleh 60 persen pangsa pasar domestik. Baidu adalah perusahaan yang didirikan oleh Robin Li (44 tahun gan) dan Eric Xu pada tahun 2000. Baidu sendiri mendirikan kantor pusatnya di Beijing. Robin Li dan Eric Xu adalah lulusan perguruan tinggi asing dan sempat bekerja di luar negeri sebelum kembali ke negaranya tersebut. Dan tahun 2012 Robin Li berhasil mendulang kekayaan sebesar USD 10,2 Miliar berkat kejayaan Baidu
Sepak terjang Baidu di China bisa dibilang cukup fenomenal. Mesin pencari yang dibesut oleh warga lokal China ini berhasil memperoleh 60 persen pangsa pasar domestik. Baidu adalah perusahaan yang didirikan oleh Robin Li (44 tahun gan) dan Eric Xu pada tahun 2000. Baidu sendiri mendirikan kantor pusatnya di Beijing. Robin Li dan Eric Xu adalah lulusan perguruan tinggi asing dan sempat bekerja di luar negeri sebelum kembali ke negaranya tersebut. Dan tahun 2012 Robin Li berhasil mendulang kekayaan sebesar USD 10,2 Miliar berkat kejayaan Baidu
Spoiler for Robin Li:

Spoiler for HEAD TO HEAD ANTARA GOOGLE VS BAIDU:
Saya tak begitu tahu apa penyebab Google ingin cabut dari China. Ada yang bilang karena persoalan penyerangan ke akun-akun GMail. Ada juga yang bilang karena Google memang sudah tidak punya harapan di sana karena market share Baidu sudah mencapai 60%.
Kita tunggu saja apa yang akan terungkap nanti. Sementara itu kita bisa mencoba melihat seberapa sengit kira-kira pertarungan Google vs Baidu selama ini.
PERTARUNGAN DARI NOL?
Userbase Google secara internasional memang besar. Namun, untuk China Google adalah pemain baru. Bahasa Inggris menjadi minoritas karena pengguna lebih cenderung menggunakan bahasa lokal. Semua knowledge yang Google punya dari hasil mengagregasi perilaku pengguna As danEropa di halaman pencarian menjadi tak begitu berguna. Google harus memulai dari nol di China, setidaknya untuk urusan pembelajaran mesin.
PERTARUNGAN TEKNOLOGI?
Layanan yang disediakan Baidu tak kalah kaya dari aset Google. Lihat saja di Wikipedia. Sebagian memang sama dengan aset Google, namun sisanya adalah layanan yang benar-benar lokal. Porsinya bisa lebih dari 50 persen layanan untuk lokal. Sebut saja patent search, legal search, Baidu Encyclopedia, dan lain-lain. Yang membuat pertarungna teknologi menjadi pelik adalah ada kemungkinan beberapa teknologi Google tidak bisa diekspor akibat larangan UU. Tapi, tidak bisa ditampik juga bahwa beberapa teknologi tersebut bisa dicipta ulang dengan resource local. Kalau mereka bisa menyalin satu produk dalam sehari, untuk teknologi mungkin hanya perlu tambahan waktu.
PERTARUNGAN MONOPOLI DAN ANTITRUST?
Di Eropa Google harus was-was dengan antitrust, di China Google harus waspada dengan Big Brother. Sudah pasti pemerintah lokal akan mendukung Baidu sepenuhnya dalam melawan Google. Google adalah entitas asing yang kehadirannya sudah pasti tidak disenangi, paling tidak oleh ideologi beberapa orang. Dengan uang yang cukup, Google pasti bisa membuka jalan sedikit demi sedikit. Tidak dengan suap, tapi dengan bertahan lebih lama dan ongkos pembelanjaan yang lebih besar dari biasanya karena harus berebut resource.
BAYANGKAN JIKA TERJADI DI INDONESIA
Indonesia tak punya persoalan pinyin dan bahasa lokal yang membuat pemain asing harus mengeluarkan usaha ekstra dalam rangka mendominasi pasar dalam negeri. Kondisi seperti ini memudahkan kita untuk selalu up-to-date dengan tren global. Namun di sisi lain, kondisi tersebut tidak bisa memberikan waktu yang cukup (buying time) bagi startup lokal untuk meniru dan mengembangkan tren serupa dalam versi lokal. Dalam konteks internet, kita sudah masuk kondisi perdagangan bebas lebih dulu.
Google and the like bukanlah entitas asing bagi pemerintah, jadi kita tidak punya dukungan serupa yang dirasakan Baidu di China. Tapi kita masih punya dukungan media mainstream yang sepertinya menyenangi berita-berita yang datang dari internet (karena fresh dan bukan yang itu-itu saja dalam dunia nyata). Dengan dukungan media maintstream lokal kita tidak lagi membeli waktu, tapi membeli spotlight yang bisa mengakselerasi penetrasi produk ke dalam pasar. Gratis.
Tak usah berkecil hati, kita masih punya KASKUS
, Detik yang bisa dibanggakan karena jadi primadona dalam negeri
. Walaupun belum seperti Gurita dari China ini, mungkin.
Kita tunggu saja apa yang akan terungkap nanti. Sementara itu kita bisa mencoba melihat seberapa sengit kira-kira pertarungan Google vs Baidu selama ini.
PERTARUNGAN DARI NOL?
Userbase Google secara internasional memang besar. Namun, untuk China Google adalah pemain baru. Bahasa Inggris menjadi minoritas karena pengguna lebih cenderung menggunakan bahasa lokal. Semua knowledge yang Google punya dari hasil mengagregasi perilaku pengguna As danEropa di halaman pencarian menjadi tak begitu berguna. Google harus memulai dari nol di China, setidaknya untuk urusan pembelajaran mesin.
PERTARUNGAN TEKNOLOGI?
Layanan yang disediakan Baidu tak kalah kaya dari aset Google. Lihat saja di Wikipedia. Sebagian memang sama dengan aset Google, namun sisanya adalah layanan yang benar-benar lokal. Porsinya bisa lebih dari 50 persen layanan untuk lokal. Sebut saja patent search, legal search, Baidu Encyclopedia, dan lain-lain. Yang membuat pertarungna teknologi menjadi pelik adalah ada kemungkinan beberapa teknologi Google tidak bisa diekspor akibat larangan UU. Tapi, tidak bisa ditampik juga bahwa beberapa teknologi tersebut bisa dicipta ulang dengan resource local. Kalau mereka bisa menyalin satu produk dalam sehari, untuk teknologi mungkin hanya perlu tambahan waktu.
PERTARUNGAN MONOPOLI DAN ANTITRUST?
Di Eropa Google harus was-was dengan antitrust, di China Google harus waspada dengan Big Brother. Sudah pasti pemerintah lokal akan mendukung Baidu sepenuhnya dalam melawan Google. Google adalah entitas asing yang kehadirannya sudah pasti tidak disenangi, paling tidak oleh ideologi beberapa orang. Dengan uang yang cukup, Google pasti bisa membuka jalan sedikit demi sedikit. Tidak dengan suap, tapi dengan bertahan lebih lama dan ongkos pembelanjaan yang lebih besar dari biasanya karena harus berebut resource.
BAYANGKAN JIKA TERJADI DI INDONESIA
Indonesia tak punya persoalan pinyin dan bahasa lokal yang membuat pemain asing harus mengeluarkan usaha ekstra dalam rangka mendominasi pasar dalam negeri. Kondisi seperti ini memudahkan kita untuk selalu up-to-date dengan tren global. Namun di sisi lain, kondisi tersebut tidak bisa memberikan waktu yang cukup (buying time) bagi startup lokal untuk meniru dan mengembangkan tren serupa dalam versi lokal. Dalam konteks internet, kita sudah masuk kondisi perdagangan bebas lebih dulu.
Google and the like bukanlah entitas asing bagi pemerintah, jadi kita tidak punya dukungan serupa yang dirasakan Baidu di China. Tapi kita masih punya dukungan media mainstream yang sepertinya menyenangi berita-berita yang datang dari internet (karena fresh dan bukan yang itu-itu saja dalam dunia nyata). Dengan dukungan media maintstream lokal kita tidak lagi membeli waktu, tapi membeli spotlight yang bisa mengakselerasi penetrasi produk ke dalam pasar. Gratis.
Tak usah berkecil hati, kita masih punya KASKUS


Spoiler for PROFIL ROBIN LI:

Siapakah Robin Li? Ia lahir di kota Yangquan, Provinsi Shanxi, Cina. Kedua orang tuanya pekerja pabrik, dan Li sebagai anak keempat, satu-satunya anak lelaki dari lima bersaudara. Minatnya pada dunia teknologi tampak saat bersekolah di Sekolah Tinggi Yangquan, dan memperoleh nilai tertinggi kedua saat ujian masuk.
Tahun 1987 saat mengikuti ujian masuk Pendidikan Tinggi Nasional, Li mendapat nilai tertinggi hingga akhirnya bisa kuliah di Universitas Peking mengambil jurusan Manajemen Informasi. Dia juga kuliah di Amerika Serikat di University at Buffalo.
Tahun 1994 ia membantu mengembangkan program untuk edisi online The Wall Street Journal, selain bekerja juga pada peningkatan algoritma untuk mesin pencari. Dari sinilah cikal-bakal pembangunan mesin pencari Baidu, yang dibangun bersama koleganya Erix Xu pada tahun 2000.
Dalam dua belas tahun sejak mendirikan Baidu pada Januari 2000, Li telah mengubah perusahaan tersebut menjadi mesin pencari terbesar China, dengan lebih dari 80% pangsa pasar dengan permintaan pencarian, dan mesin pencari terbesar kedua independen di dunia.
Robin Li adalah tipe pekerja dan pembangun sejati. Melakukan pekerjaannya dengan semangat, perlahan-lahan membangun dengan kesabaran. Penuh dedikasi atas apa yang dikerjakannya.
Memiliki mimpi setinggi langit memang bagus bila kita punya cara untuk mewujudkannya. Namun, bermimpi soal ide besar sambil terus membual tanpa langkah nyata, lupakan saja. You'd better think small and grow...
Spoiler for Percobaan pakek Baidu:

Akhirnya selesai juga gan, TS hanya minta



*Thread tanpa Komeng akan sia sia saja..*
(ane selesai nulis jam 08.27 WIB 05/01/2013
0
17K
Kutip
393
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan