- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kisah Turis Jepang yang Nekat berlibur di Negeri Perang (Part 1)


TS
nobunaga01
Kisah Turis Jepang yang Nekat berlibur di Negeri Perang (Part 1)
Quote:
Toshifumi Fujimoto adalah seorang supir truk di Jepang yang biasa mengantar barang-barang dari Osaka ke Tokyo atau Nagasaki. Lantara bosan dengan rutinitasnya tersebut, ia memutuskan istirahat sejenak berplesir ke negara orang. Nekatnya, pria berusia 45 tahun ini memutuskan berplesir ke negara perang, tepatnya Suriah.
Kejenuhan tingkat tinggi akan rutinitasnya tersebut yang membawa Fujimoto terbang daru Jepang ke Suriah. Cara menghilangkan kejenuhannya pun sangat ekstrem. Ia menginjakkan kaki hanya untuk mengambil foto dan video di tengah hujan peluru di Aleppo.
Saat ini, Fujimoto dilaporkan masih asyik menyelesaikan liburan sau pekannya di Aleppo, Suriah. Kota yang sudah enam bulan menjadi titik konflik terpanas yang menyebabkan 60 ribu nyawa melayang.
Setiap pagi, Fujimoto berjalan ke garis depan manapun untuk mendokumentasikan penghancuran yang sedang berlangsung di kota terbesar kedua Suriah itu. Meski tidak bisa berbicara dalam bahasa Arab, termasuk Inggris yang terbata-bata, pria nekat ini tetap menikmati liburannya di Aleppo.
"Saya selalu pergi sendiri, karena tidak ada pemandu turis yang mau ke garis depan peperangan. Wisata ini sangat menarik, dan aderenalin saya menjadi terpompa," kata Fujimoto.
Pengalaman ini sangat mengagumkan, dan saya menikmatinya, tambahnya. Selama di Aleppo, Fujimoto menyampaikan warga setempat mengira dirinya adalah orang Cina, sehingga ia sering disapa dengan bahasa negeri Tirai Bambu.
Menghabiskan waktu di kota sarat konflik tentu saja menghadirkan pengalaman yang tak terlupakan. Fujimoto pun menceritakan salah satu pengalaman yang tak mungkin dilupakannya.
Pada suatu pagi, saat para gerilyawan yang menjadi temannya 'nongkrong' berteriak, "Lari! Lari! ada sniper. Lari!", Fujimoto tidak mengindahkannya.
Dia dengan santai malah asyik berfoto dan berjalan santai dengan melihat foto-foto yang akan diunggah ke akun Facebook-nya.
"Saya bukan target sniper (penembak) karena saya adalah wisatawan," kata dia. Lagi pula, lanjutnya, saya tidak takut jika mereka menembak saya. Saya adalah kombinasi antara ksatria samurai dan kamikaze.
Fujimoto bahkan tidak mau memakai helm pelindung ataupun jaket anti peluru selama di Aleppo. Menurut dia, alat-alat itu sangat berat dan menghalangi langkahnya ketika harus berlari.
Kejenuhan tingkat tinggi akan rutinitasnya tersebut yang membawa Fujimoto terbang daru Jepang ke Suriah. Cara menghilangkan kejenuhannya pun sangat ekstrem. Ia menginjakkan kaki hanya untuk mengambil foto dan video di tengah hujan peluru di Aleppo.
Saat ini, Fujimoto dilaporkan masih asyik menyelesaikan liburan sau pekannya di Aleppo, Suriah. Kota yang sudah enam bulan menjadi titik konflik terpanas yang menyebabkan 60 ribu nyawa melayang.
Setiap pagi, Fujimoto berjalan ke garis depan manapun untuk mendokumentasikan penghancuran yang sedang berlangsung di kota terbesar kedua Suriah itu. Meski tidak bisa berbicara dalam bahasa Arab, termasuk Inggris yang terbata-bata, pria nekat ini tetap menikmati liburannya di Aleppo.
"Saya selalu pergi sendiri, karena tidak ada pemandu turis yang mau ke garis depan peperangan. Wisata ini sangat menarik, dan aderenalin saya menjadi terpompa," kata Fujimoto.
Pengalaman ini sangat mengagumkan, dan saya menikmatinya, tambahnya. Selama di Aleppo, Fujimoto menyampaikan warga setempat mengira dirinya adalah orang Cina, sehingga ia sering disapa dengan bahasa negeri Tirai Bambu.
Menghabiskan waktu di kota sarat konflik tentu saja menghadirkan pengalaman yang tak terlupakan. Fujimoto pun menceritakan salah satu pengalaman yang tak mungkin dilupakannya.
Pada suatu pagi, saat para gerilyawan yang menjadi temannya 'nongkrong' berteriak, "Lari! Lari! ada sniper. Lari!", Fujimoto tidak mengindahkannya.
Dia dengan santai malah asyik berfoto dan berjalan santai dengan melihat foto-foto yang akan diunggah ke akun Facebook-nya.
"Saya bukan target sniper (penembak) karena saya adalah wisatawan," kata dia. Lagi pula, lanjutnya, saya tidak takut jika mereka menembak saya. Saya adalah kombinasi antara ksatria samurai dan kamikaze.
Fujimoto bahkan tidak mau memakai helm pelindung ataupun jaket anti peluru selama di Aleppo. Menurut dia, alat-alat itu sangat berat dan menghalangi langkahnya ketika harus berlari.
Quote:
Selama satu pekan di Aleppo, Fujimoto telah mengunjungi semua garis peperangan, antara lain Amariya, Salahedin, Saif al-Dawla, dan Izaa.
Ternyata ini bukan kali pertama Fujimoto menginjakkan kaki di Aleppo. Sebelumnya dia juga sudah pernah berkunjung selama dua pekan di Aleppo pada akhir 2011. Ketika itu ia memanfaatkan visa turis, namun kali ini Fujimoto harus secara sembunyi-sembunyi masuk ke negara itu melalui Turki.
Ya, bahkan Fujimoto mengaku bahwa atasannya tidak mengetahui kalau dia sekarang berada di Suriah. "Saya hanya mengatakan pada mereka bahwa saya berada di Turki untuk liburan. Jika saya mengatakan yang sebenarnya, mereka akan mengatakan kalau saya benar-benar gila," kata dia.
Untuk terbang ke Turki, Fujimoto harus merogoh kocek 2.500 dolar AS. Setiap hari selama di Suriah, dia menghabiskan 25 dolar AS untuk biaya penginapan dan internet.
Itulah sepenggal kisah perjalanan nekat Fujimoto di negeri perang, Suriah. Menarik kita simak sekilas kehidupan pribadi manusia tidak takut mati itu.
Fujimoto ternyata sudah terbiasa hidup dalam kesusahan. Ia sudah lama bercerai dengan istrinya. Kini, ia hanya hidup seorang diri. Saya tidak punya keluarga, tidak punya teman, ataupun pacar. Saya kesepian, ujar Fujimoto.
Namun, yang dikatakannya tidak sepenuhnya benar. Sebenarnya dia mempunyai tiga anak perempuan, tapi Fujimoto tidak pernah menemui mereka selama lima tahun.
Melihat sosok ketiga anak perempuannya itu saja ia tidak pernah. "Bahkan tidak melihat mereka di Facebook ataupun internet, sama sekali tidak pernah. Itu yang membuat saya sangat sedih," kata Fujimoto sambil menghapus air matanya.
Meski tidak pernah bertemu ketiga anaknya, Fujimoto tetap menyiapkan masa depan anak-anaknya dengan mengasuransikan kehidupannya. Tidak lupa, setiap hari ia memanjatkan doa untuk ketiga anak perempuannya itu.
Kepergian Fujimoto ke Suriah juga ternyata dilatarbelakangi kecintaannya terhadap anak-anak. Melihat kondisi Suriah, ia menyebut negara yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad itu tidak layak buat anak-anak.
"Saya sangat mencintai anak-anak, namun Suriah bukan tempat untuk mereka. Sebuah bom bisa mengambil nyawa mereka setiap saat," kata Fujimoto.
Apakah pembaca tertarik mengikuti jejak Fujimoto?
Ternyata ini bukan kali pertama Fujimoto menginjakkan kaki di Aleppo. Sebelumnya dia juga sudah pernah berkunjung selama dua pekan di Aleppo pada akhir 2011. Ketika itu ia memanfaatkan visa turis, namun kali ini Fujimoto harus secara sembunyi-sembunyi masuk ke negara itu melalui Turki.
Ya, bahkan Fujimoto mengaku bahwa atasannya tidak mengetahui kalau dia sekarang berada di Suriah. "Saya hanya mengatakan pada mereka bahwa saya berada di Turki untuk liburan. Jika saya mengatakan yang sebenarnya, mereka akan mengatakan kalau saya benar-benar gila," kata dia.
Untuk terbang ke Turki, Fujimoto harus merogoh kocek 2.500 dolar AS. Setiap hari selama di Suriah, dia menghabiskan 25 dolar AS untuk biaya penginapan dan internet.
Itulah sepenggal kisah perjalanan nekat Fujimoto di negeri perang, Suriah. Menarik kita simak sekilas kehidupan pribadi manusia tidak takut mati itu.
Fujimoto ternyata sudah terbiasa hidup dalam kesusahan. Ia sudah lama bercerai dengan istrinya. Kini, ia hanya hidup seorang diri. Saya tidak punya keluarga, tidak punya teman, ataupun pacar. Saya kesepian, ujar Fujimoto.
Namun, yang dikatakannya tidak sepenuhnya benar. Sebenarnya dia mempunyai tiga anak perempuan, tapi Fujimoto tidak pernah menemui mereka selama lima tahun.
Melihat sosok ketiga anak perempuannya itu saja ia tidak pernah. "Bahkan tidak melihat mereka di Facebook ataupun internet, sama sekali tidak pernah. Itu yang membuat saya sangat sedih," kata Fujimoto sambil menghapus air matanya.
Meski tidak pernah bertemu ketiga anaknya, Fujimoto tetap menyiapkan masa depan anak-anaknya dengan mengasuransikan kehidupannya. Tidak lupa, setiap hari ia memanjatkan doa untuk ketiga anak perempuannya itu.
Kepergian Fujimoto ke Suriah juga ternyata dilatarbelakangi kecintaannya terhadap anak-anak. Melihat kondisi Suriah, ia menyebut negara yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad itu tidak layak buat anak-anak.
"Saya sangat mencintai anak-anak, namun Suriah bukan tempat untuk mereka. Sebuah bom bisa mengambil nyawa mereka setiap saat," kata Fujimoto.
Apakah pembaca tertarik mengikuti jejak Fujimoto?
Quote:
Kalau berkenan Di Kasih Cendol Gan



Jangan Di Timpuk Bata Ya



Kalau Bisa Di Rate 5



"BUDAYAKAN KOMENG SETELAH BACA THREAD"



Jangan Di Timpuk Bata Ya



Kalau Bisa Di Rate 5



"BUDAYAKAN KOMENG SETELAH BACA THREAD"
Kunjungin thread ane yang lainnya
Spoiler for thread:
Inilah Nenek Yang Mempunyai Kecepatan Internet 40 GB/s
Hemat Energi Cara Paris: Matikan Lampu Lewat Tengah Malam (MASUK)
6 Penemuan Baru Terbaik 2012 (nyesel kalau ga masuk)
Ditolak Kiai NU, Rhoma Irama Ngotot Nyapres
Inilah 30 Lagu yang Paling Banyak Diunduh di Internet (MASUK)
7 Hewan Legenda Pemangsa Manusia (MASUK)
Ditambahkan Pasal Baru, Andhika Mahesa Terancam 15 Tahun Penjara
Burger Hitam Putih Hingga Burger Kiamat di Tahun 2012
Para Astronom Prediksi Bumi Kedua Akan Ditemukan Pada 2013 (MASUK)
5 Film Superhero yang Paling Ditunggu di 2013
Spoiler for Sumber:
Diubah oleh nobunaga01 04-01-2013 01:48
0
5.1K
Kutip
92
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan