- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
sekolah + kampus = bullshit (?) - sistem pendidikan kita dalam sebuah sudut pandang
TS
terjahat
sekolah + kampus = bullshit (?) - sistem pendidikan kita dalam sebuah sudut pandang
Tulisan ini saya buat berdasarkan isi hati, pengalaman dan pencerahan dari berbagai sumber (buku + artikel).
catatan sebelum membaca :
ARTIKEL INI SAYA PUBLISH BUKAN UNTUK DIPERDEBATKAN, MELAINKAN UNTUK BAHAN RENUNGANDAN BAHAN UNTUK SEBUAH PERUBAHAN. MAAF BILA SUDUT PANDANG KITA BERBEDA.
Bagiku sistem pendidikan di negeri ini (sangat) aneh. Untuk gambaran akan saya berikan sedikit ilustrasi.
didalam hutan ada sebuah sekolah binatang yang memiliki status “disamakan”, disamakan disini adalah disamakan dengan manusia. Untuk sama kurikulumpun disamakan, ada 5 mata pelajaran antara lain : terbang, berenang, memanjat, lari dan menyelam. Untuk lulus tiap masing-masing pelajaran minimal bernilai 8 agar dapat lulus dan mendapatkan ijasah.
Karena ini sekolah yang “disamakan dengan manusia” banyak orang tua binatang yang mendaftarkan anaknya, antara lain : elang, bebek, rusa, katak dan tupai.
Hari pertama pembelajaran pun dimulai, dan sudah terlihat jelas bahwa tiap-tiap murid memiliki keahlian di mata pelajaran tertentu.
Elang sangat unggul dalam hal terbang, dapat terbang dengan cepat, menukik dengan indah, menyambar, hingga bertengger di pohon.
Si bebek sangat ahli dalam berenang, dengan gayanya yang khas bebek dapat berenang mengelilingi sungai sepanjang hutan dengan mudahnya.
Sang rusa adalah murid yang luar biasa dalam berlari, cara berlarinya begitu indah dan sangat cepat. Percepatan yang stabil, kecepatan yang luar biasa, bahkan cara berlarinya yang indah membuat orang kagum melihatnya.
Si katak jago dalam menyelam, dengan gaya menyelamnya yang khas dapat menyelam dengan sangat cepat dan dapat bertahan lama didalam air.
Sedangkan sang tupai sangat piawai dalam pelajaran memanjat, begitu cepat dan lincah. Si tupai dapat memanjat pohon tertinggi dihutan dalam hitungan detik.
Tetapi untuk lulus sekolah ini mereka harus minimal mendapat nilai 8 disetiap mata pelajaranya. Disinilai semua kekacauan dimulai. Para binatang satu persatu mempelajari mata pelajaran yang ada bahkan untuk mata pejaran yang tidak disukai.
si elang mulai belajar memanjat dan berlari dengan hasil yang lumayan, tetapi dipelajaran berenang dan menyelam dia selalu gagal walaupun sering mencoba. Bahkan si elang pernah hampir mati karena kehabisan nafas saat menyelam.
si tupaipun demikian, berkali-kali mencoba untuk terbang tapi tak pernah berhasil. yang ada hanya terjatuh dan membuat semua badanya terluka.
beda lagi dengan si bebek, untuk berlari dia lumayan walaupun cara berlarinya yang aneh membuat dia ditertawakan, untuk terbang sedikit-sedikit masih bisa. tapi dia sampai putus asa saat mempelajari pelajaran memanjat. dia berkali-kali jatuh hingga bulu-bulunya rontok.
dan itu berlaku untuk semua binatang, semua mengalami kesulitan di beberapa bidang. Setiap hari mulai dari pagi sampai malam para binatang belajar namun hasilnya tetap nothing, tidak ada perubahan yang berarti.
Yang lebih parah lagi, karena mereka fokus mempelajari pelajaran-pelajaran yang tidak dikuasainya, dan akhirnya mereka malah kehilangan kemampuan alamiah mereka. Perlahan-lahan elang kehilangan kemampuan terbangnya, tupai lupa cara memanjat, bebek tak lagi bisa berenang karena bulu-bulunya rontok karena belajar berlari dan terbang, katak tak lagi bisa berenang karena terlalu sering terjatuh. Rusa pun tak bisa berlari kencang karena paru-parunya terlalu banyak kemasukan air saat belajar menyelam.
Akhirnya para muridpun tak ada satupun yang lulus. Lebih menyedihkan lagi mereka kehilangan kemampuan alamiahnya setelah keluar dari sekolah. Mereka tak bisa lagi hidup di habitatnya lagi dan kemampuan alamiah mereka terpangkas oleh kurikulum sekolah tersebut.
Banyak diantara kita yang belum menyadari bahwa sistem pemdidikan manusia yang ada saat inipun tak jauh beda dengan sistem pendidikan binatang dikisah ini. Kurikulum sekolah telah memaksa anak-anak untuk menguasai mata pelajaran dan melupakan kemampuan unggul mereka masing-masing. Kurikulum dan sistem pendidikan telah memangkas kemampuan alamiah anak-anak untuk bisa berhasil dalam kehidupan. Mereka menjadi tak lebih dari anak yang hanya bisa menjawab soal-soal ujian.
Akankah anak-anak kita kelak, atau kita sendiri kelak juga mirip dengan nasib para binatang disekolah tersebut?
kalo kita lihat sistem pendidikan kita saat ini jauh lebih seram dari cerita fabel tadi. Bayangkan betapa para lulusan sekolah sat ini lebih banyak hanya menjadi pencari kerja dari pada pencipta lapangan kerja. Betapa banyak lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang digeluti selama bertahun-tahun ( Sebuah Pemborosan waktu, tenaga dan biaya (?)). Betapa para lulusan sekolah tidak tahu akan dunia kerja yang akan dimasukinya. hanya bermodal pengetahuan, itupun pas-pasan, setiap siswa yang melanjutkan di perguruan tinggi bahkan tak bisa menjelaskan apa kemampuan unggul mereka, mengenaskan… bahkan tak banyak lulusan perguruan tinggi cuma pandai membuat CV yang bagus, hanya CVnya saja yang bagus tidak lebih, atau bahkan terkadang CVnya pun juga kurang bagus, lebih mengenaskan lagi..
apa yang menjadi penyebab dari sistem pendidikan kita ?
1. Sistem TIDAK menghargai proses
2. Metode pembelajaran Burung BEO
3. Sistem sekolah berbasis NILAI
4. Sistem pendidikan yang seragam SAMA
catatan sebelum membaca :
ARTIKEL INI SAYA PUBLISH BUKAN UNTUK DIPERDEBATKAN, MELAINKAN UNTUK BAHAN RENUNGANDAN BAHAN UNTUK SEBUAH PERUBAHAN. MAAF BILA SUDUT PANDANG KITA BERBEDA.
Bagiku sistem pendidikan di negeri ini (sangat) aneh. Untuk gambaran akan saya berikan sedikit ilustrasi.
didalam hutan ada sebuah sekolah binatang yang memiliki status “disamakan”, disamakan disini adalah disamakan dengan manusia. Untuk sama kurikulumpun disamakan, ada 5 mata pelajaran antara lain : terbang, berenang, memanjat, lari dan menyelam. Untuk lulus tiap masing-masing pelajaran minimal bernilai 8 agar dapat lulus dan mendapatkan ijasah.
Karena ini sekolah yang “disamakan dengan manusia” banyak orang tua binatang yang mendaftarkan anaknya, antara lain : elang, bebek, rusa, katak dan tupai.
Hari pertama pembelajaran pun dimulai, dan sudah terlihat jelas bahwa tiap-tiap murid memiliki keahlian di mata pelajaran tertentu.
Elang sangat unggul dalam hal terbang, dapat terbang dengan cepat, menukik dengan indah, menyambar, hingga bertengger di pohon.
Si bebek sangat ahli dalam berenang, dengan gayanya yang khas bebek dapat berenang mengelilingi sungai sepanjang hutan dengan mudahnya.
Sang rusa adalah murid yang luar biasa dalam berlari, cara berlarinya begitu indah dan sangat cepat. Percepatan yang stabil, kecepatan yang luar biasa, bahkan cara berlarinya yang indah membuat orang kagum melihatnya.
Si katak jago dalam menyelam, dengan gaya menyelamnya yang khas dapat menyelam dengan sangat cepat dan dapat bertahan lama didalam air.
Sedangkan sang tupai sangat piawai dalam pelajaran memanjat, begitu cepat dan lincah. Si tupai dapat memanjat pohon tertinggi dihutan dalam hitungan detik.
Tetapi untuk lulus sekolah ini mereka harus minimal mendapat nilai 8 disetiap mata pelajaranya. Disinilai semua kekacauan dimulai. Para binatang satu persatu mempelajari mata pelajaran yang ada bahkan untuk mata pejaran yang tidak disukai.
si elang mulai belajar memanjat dan berlari dengan hasil yang lumayan, tetapi dipelajaran berenang dan menyelam dia selalu gagal walaupun sering mencoba. Bahkan si elang pernah hampir mati karena kehabisan nafas saat menyelam.
si tupaipun demikian, berkali-kali mencoba untuk terbang tapi tak pernah berhasil. yang ada hanya terjatuh dan membuat semua badanya terluka.
beda lagi dengan si bebek, untuk berlari dia lumayan walaupun cara berlarinya yang aneh membuat dia ditertawakan, untuk terbang sedikit-sedikit masih bisa. tapi dia sampai putus asa saat mempelajari pelajaran memanjat. dia berkali-kali jatuh hingga bulu-bulunya rontok.
dan itu berlaku untuk semua binatang, semua mengalami kesulitan di beberapa bidang. Setiap hari mulai dari pagi sampai malam para binatang belajar namun hasilnya tetap nothing, tidak ada perubahan yang berarti.
Yang lebih parah lagi, karena mereka fokus mempelajari pelajaran-pelajaran yang tidak dikuasainya, dan akhirnya mereka malah kehilangan kemampuan alamiah mereka. Perlahan-lahan elang kehilangan kemampuan terbangnya, tupai lupa cara memanjat, bebek tak lagi bisa berenang karena bulu-bulunya rontok karena belajar berlari dan terbang, katak tak lagi bisa berenang karena terlalu sering terjatuh. Rusa pun tak bisa berlari kencang karena paru-parunya terlalu banyak kemasukan air saat belajar menyelam.
Akhirnya para muridpun tak ada satupun yang lulus. Lebih menyedihkan lagi mereka kehilangan kemampuan alamiahnya setelah keluar dari sekolah. Mereka tak bisa lagi hidup di habitatnya lagi dan kemampuan alamiah mereka terpangkas oleh kurikulum sekolah tersebut.
Banyak diantara kita yang belum menyadari bahwa sistem pemdidikan manusia yang ada saat inipun tak jauh beda dengan sistem pendidikan binatang dikisah ini. Kurikulum sekolah telah memaksa anak-anak untuk menguasai mata pelajaran dan melupakan kemampuan unggul mereka masing-masing. Kurikulum dan sistem pendidikan telah memangkas kemampuan alamiah anak-anak untuk bisa berhasil dalam kehidupan. Mereka menjadi tak lebih dari anak yang hanya bisa menjawab soal-soal ujian.
Akankah anak-anak kita kelak, atau kita sendiri kelak juga mirip dengan nasib para binatang disekolah tersebut?
kalo kita lihat sistem pendidikan kita saat ini jauh lebih seram dari cerita fabel tadi. Bayangkan betapa para lulusan sekolah sat ini lebih banyak hanya menjadi pencari kerja dari pada pencipta lapangan kerja. Betapa banyak lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang digeluti selama bertahun-tahun ( Sebuah Pemborosan waktu, tenaga dan biaya (?)). Betapa para lulusan sekolah tidak tahu akan dunia kerja yang akan dimasukinya. hanya bermodal pengetahuan, itupun pas-pasan, setiap siswa yang melanjutkan di perguruan tinggi bahkan tak bisa menjelaskan apa kemampuan unggul mereka, mengenaskan… bahkan tak banyak lulusan perguruan tinggi cuma pandai membuat CV yang bagus, hanya CVnya saja yang bagus tidak lebih, atau bahkan terkadang CVnya pun juga kurang bagus, lebih mengenaskan lagi..
apa yang menjadi penyebab dari sistem pendidikan kita ?
1. Sistem TIDAK menghargai proses
Spoiler for "Sistem TIDAK menghargai proses":
2. Metode pembelajaran Burung BEO
Spoiler for "Metode pembelajaran Burung BEO":
3. Sistem sekolah berbasis NILAI
Spoiler for "Sistem sekolah berbasis NILAI":
4. Sistem pendidikan yang seragam SAMA
Spoiler for "Sistem pendidikan yang seragam SAMA":
0
11.9K
138
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan