- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ingat Olimpiade, Jangan Hanya SEA Games & "Cabor Pemersatu Bangsa"


TS
japek
Ingat Olimpiade, Jangan Hanya SEA Games & "Cabor Pemersatu Bangsa"
Quote:
OLIMPIADE London 2012 menjadi Olimpiade terburuk bagi Indonesia. Tradisi emas yang diretas sejak Olimpiade Barcelona 1992 terputus. Bulu tangkis, yang sejak 1992 selalu berhasil merebut emas, tidak merebut satu pun medali di London.
Beruntung, ada angkat besi. Angkatan Eko Yuli Irawan dan Triyatno berhasil mempersembahkan medali perunggu dan perak. Sejatinya, bukan hanya Indonesia yang jeblok di London. Negaranegara Asia Tenggara lainnya juga bernasib sama. Jika pada Olimpiade 2008 Thailand bisa merebut dua emas dan dua perak, di London mereka hanya merebut dua perak dan satu perunggu.
Demikian juga, Malaysia pada dua Olimpiade itu berjalan di tempat dengan meraih satu perak dan satu perunggu. Agustus lalu, di sela-sela pelaksanaan Olimpiade London, Ketua Umum KOI Rita Subowo menyatakan bahwa salah satu penyebab kegagalan Indonesia dan negara-negara ASEAN di Olimpiade adalah pola pembinaan yang salah. Multievent di level nasional dan regional salah arah.
PON, misalnya. Penentuan cabang yang dilombakan lebih banyak mengakomodasi kepentingan yang tidak terkait pembinaan ke level yang lebih tinggi. Lihat saja, bagaimana cabang drumband, bahkan road race, bisa dilombakan di PON. Kadang semangat untuk mendongkrak perolehan medali tuan rumah dalam penentuan cabang PON begitu terasa.
Padahal, semangat dasar PON ialah menjaring atlet berbakat. Mereka kemudian bisa diproyeksikan untuk tampil di SEA Games, Asian Games, selanjutnya Olimpiade. PON seperti itu, SEA Games pun tidak lebih baik. Menjelang SEA Games 2013 di Myanmar, malah ada beberapa cabang olahraga Olimpiade yang dihapuskan.
Jika dibandingkan dengan SEA Games 2011 di Palembang, terdapat 17 cabang olahraga yang tidak akan ditandingkan di Myanmar. Tiga di antara cabor itu cabang Olimpiade. Yakni, voli pantai, anggar, dan renang indah. Tentu saja, atlet-atlet ASEAN di tiga cabang olahraga itu rugi. Kesempatan mereka berkompetisi hilang.
Bagi atlet Indonesia, dampaknya lebih parah. Mereka akan kehilangan kesempatan masuk pelatnas proyeksi SEA Games yang serempak dimulai Januari nanti. Mulai uang saku hingga dana untuk try out ke luar negeri, tidak akan didapatkan atlet yang tidak masuk pelatnas. Padahal, voli pantai dan anggar adalah cabang potensial Olimpiade di Indonesia.
Karena itu, meski tidak akan diturunkan di SEA Games, perhatian kepada atlet tiga cabor tersebut seharusnya tetap tinggi. Khususnya anggar dan voli pantai bahwa Indonesia memiliki peluang besar meloloskan atlet ke Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Diah Permatasari, atlet anggar Indonesia yang Agustus lalu tampil di Olimpiade London, layak mendapat perhatian ekstra. Dia masih muda (22 tahun) dan sangat potensial untuk bersaing di Rio.
Tampil di Olimpiade tidak hanya urusan medali. Dalam kasus Diah, para juniornya akan terlecut untuk membidik Olimpiade saat seniornya bisa tampil di multievent paling akbar tersebut. Jika semangat itu terus dipupuk, bukan tidak mungkin anggar bakal menjadi seperti angkat besi. Sejak 2000, meski tidak mendapat perhatian dan pendanaan sebesar bulu tangkis, mereka konsisten menyumbangkan medali Olimpiade.
Meski Olimpiade masih empat tahun lagi, seharusnya persiapan mulai dilakukan sekarang. Atlet potensial harus dikirim ke luar sebanyak mungkin untuk menambah jam terbang sekaligus mengumpulkan poin. Seperti halnya Inggris Raya, yang saat ini mulai menjalankan program untuk Olimpiade Rio.
Beruntung, ada angkat besi. Angkatan Eko Yuli Irawan dan Triyatno berhasil mempersembahkan medali perunggu dan perak. Sejatinya, bukan hanya Indonesia yang jeblok di London. Negaranegara Asia Tenggara lainnya juga bernasib sama. Jika pada Olimpiade 2008 Thailand bisa merebut dua emas dan dua perak, di London mereka hanya merebut dua perak dan satu perunggu.
Demikian juga, Malaysia pada dua Olimpiade itu berjalan di tempat dengan meraih satu perak dan satu perunggu. Agustus lalu, di sela-sela pelaksanaan Olimpiade London, Ketua Umum KOI Rita Subowo menyatakan bahwa salah satu penyebab kegagalan Indonesia dan negara-negara ASEAN di Olimpiade adalah pola pembinaan yang salah. Multievent di level nasional dan regional salah arah.
PON, misalnya. Penentuan cabang yang dilombakan lebih banyak mengakomodasi kepentingan yang tidak terkait pembinaan ke level yang lebih tinggi. Lihat saja, bagaimana cabang drumband, bahkan road race, bisa dilombakan di PON. Kadang semangat untuk mendongkrak perolehan medali tuan rumah dalam penentuan cabang PON begitu terasa.
Padahal, semangat dasar PON ialah menjaring atlet berbakat. Mereka kemudian bisa diproyeksikan untuk tampil di SEA Games, Asian Games, selanjutnya Olimpiade. PON seperti itu, SEA Games pun tidak lebih baik. Menjelang SEA Games 2013 di Myanmar, malah ada beberapa cabang olahraga Olimpiade yang dihapuskan.
Jika dibandingkan dengan SEA Games 2011 di Palembang, terdapat 17 cabang olahraga yang tidak akan ditandingkan di Myanmar. Tiga di antara cabor itu cabang Olimpiade. Yakni, voli pantai, anggar, dan renang indah. Tentu saja, atlet-atlet ASEAN di tiga cabang olahraga itu rugi. Kesempatan mereka berkompetisi hilang.
Bagi atlet Indonesia, dampaknya lebih parah. Mereka akan kehilangan kesempatan masuk pelatnas proyeksi SEA Games yang serempak dimulai Januari nanti. Mulai uang saku hingga dana untuk try out ke luar negeri, tidak akan didapatkan atlet yang tidak masuk pelatnas. Padahal, voli pantai dan anggar adalah cabang potensial Olimpiade di Indonesia.
Karena itu, meski tidak akan diturunkan di SEA Games, perhatian kepada atlet tiga cabor tersebut seharusnya tetap tinggi. Khususnya anggar dan voli pantai bahwa Indonesia memiliki peluang besar meloloskan atlet ke Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Diah Permatasari, atlet anggar Indonesia yang Agustus lalu tampil di Olimpiade London, layak mendapat perhatian ekstra. Dia masih muda (22 tahun) dan sangat potensial untuk bersaing di Rio.
Tampil di Olimpiade tidak hanya urusan medali. Dalam kasus Diah, para juniornya akan terlecut untuk membidik Olimpiade saat seniornya bisa tampil di multievent paling akbar tersebut. Jika semangat itu terus dipupuk, bukan tidak mungkin anggar bakal menjadi seperti angkat besi. Sejak 2000, meski tidak mendapat perhatian dan pendanaan sebesar bulu tangkis, mereka konsisten menyumbangkan medali Olimpiade.
Meski Olimpiade masih empat tahun lagi, seharusnya persiapan mulai dilakukan sekarang. Atlet potensial harus dikirim ke luar sebanyak mungkin untuk menambah jam terbang sekaligus mengumpulkan poin. Seperti halnya Inggris Raya, yang saat ini mulai menjalankan program untuk Olimpiade Rio.
http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=2829
Memang gak ada salahnya bersiap-siap untuk Olimpiade Rio
PSSI & KPSI mending kelaut aja,
HENTIKAN UANG UNTUK CABOR BOLA ALIHKAN PADA CABOR YANG JELAS-JELAS PERNAH MENDULANG MEDALI DI OLIMPIADE...
0
1.4K
Kutip
8
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan