ya Gan.
Langsung aja ke beritanya ya Gan.
Mimpinya hanya satu, suatu saat nanti, binatang piaraan di Indonesia bisa hidup lebih sejahtera.
Suara gonggongan anjing langsung pecah ketika mobil Kijang berwarna merah marun itu memasuki halaman Pejaten Shelter yang terletak bilangan Pejaten Barat, Jakarta Selatan. Upin dan Ipin ada di deretan paling depan. Sementara Coco terlihat mengekor di belakang. Itulah seremoni yang selalu terjadi setiap Susana Somali, 39, mendatangi tempat yang ia dirikan pada Agustus 2009 itu.
Ada 150 ekor anjing dan 50 ekor kucing berlindung di bawah naungan Pejaten Shelter saat ini. Namun jangan bayangkan anjing dan kucing yang lucu dan imut. Sebagian besar binatang yang ada di tempat itu terlihat menyedihkan dan memiliki masa lalu buruk. Hanya sedikit yang terlihat mulus dan gemuk, seperti Ipin dan Upin — awalnya mereka juga dekil dan kurus ketika ditemukan di daerah Teluk Gong, Jakarta Utara.
Salah satu yang terlihat memelas adalah Odi, anjing lokal. Bulu di badannya habis, kulitnya mengelupas dan bersisik kasar. Odi terserang demodex kronis dan seluruh tubuhnya terlihat seperti kudisan. Sementara Coco yang juga jenis lokal, terlihat lebih bersih daripada Odi. Namun nasibnya tidak lebih baik. Dua kaki belakangnya lumpuh sejak lahir. Ia harus berjalan ngesot layaknya tokoh suster hantu.
Hampir sama dengan Coco, Lemon juga berjalan ngesot karena dua kaki belakangnya lumpuh. Tetapi kondisinya jauh lebih mengenaskan dengan tubuh yang sangat kurus. Tulang belakang Lemon patah dengan kemungkinan terlindas kendaraan atau bahkan dipukuli. Bagian punggung belakangnya harus diperban akibat terpapar infeksi. Tatapan mata lemon terlihat sayu melihat teman-temannya yang sedang bermain.
Mengurus anjing dan kucing terlantar menjadi keseharian Susana. Di sela-sela tugasnya sebagai dokter spesialis patologi klinik di sebuah rumah sakit di bilangan Pancoran, ia selalu menyempatkan diri untuk datang ke Pejaten Shelter. Setidaknya sehari sekali, sebelum atau sesudah pulang kantor.
Susana awalnya membangun tempat perlindungan itu di atas tanah keluarganya, untuk menampung 20 anjing yang ia selamatkan dari jalan, yang ditolak oleh tempat penampungan hewan lain di Jakarta. Alasan penolakan itu klasik, karena jumlah anjing yang ditampung sudah terlalu banyak, sedangkan dana yang dimiliki sangat terbatas.
Tak lama setelah menampung anjing, ia pun menampung kucing. “Mengapa hanya anjing dan kucing? Karena menurut saya, yang namanya binatang piaraan itu hanya anjing dan kucing,” kata Susana. Dan dalam dua tahun, jumlah anjing dan kucing yang ia tampung berlipat hingga 10 kali. Rupanya, meski setiap tahun binatang piaraan yang mati mencapai 50, tetapi yang datang lebih banyak lagi.
Namun merawat anjing dan kucing dari jalanan dengan kondisi awal yang sudah buruk bukan pekerjaan mudah. Untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, khususnya anjing, perlu biaya besar. Setiap bulan seekor anjing membutuhkan sekitar Rp300 ribu — terdiri dari biaya makan, minum dan membayar orang yang merawatnya. Susana menanggung 90% dana pemeliharaan, sisanya didapat dari donasi. Dana menjadi kendala terbesar bagi pengelolaan binatang piaraan terlantar itu.
Di luar dana, masih ada masalah-masalah lain yang mengganggu perjalanan Pejaten Shelter. “Saya pernah dikejar-kejar Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja), seperti pedagang asongan. Katanya, melanggar undang-undang gangguan suara. Saya juga disebut pembiakan, padahal saya tidak membiakkan. Binatang di sini, kan, sudah disteril semua. Kadang saya juga dijadikan obyek mesin ATM oleh penduduk sekitar. Ada yang minta pekerjaan, tetapi tidak mau mengerjakan pemeliharaan anjing. Ada yang minta ganti rugi karena airnya merasa tercemari dan najis. Padahal di sini ada septic tank,” tuturnya.
Relawan kadang juga membawa masalah baru di Pejaten Shelter. Meski ada relawan yang bisa membantu mencarikan donasi dan memberikan bantuan keperluan binatang, tetapi tak sedikit relawan yang salah persepsi dengan kegiatan yang digagas oleh Susana. Beberapa relawan menganggap ini kegiatan bersenang-senang, dengan mengajak bermain atau memberikan makanan kepada satu atau dua anjing yang mereka anggap lucu.
“Padahal kegiatan ini tidak lucu. Anjing ini tidak perlu mainan, yang mereka perlukan makanan. Di sini sudah ada SOP (standard operating procedure). Harus memberi makan dan obat. Jadi tidak bisa kalau hanya memberi makan atau bermain dengan satu anjing. Akhirnya, banyak relawan pergi ketika masalah datang,” kata Susana.
Rentetan masalah yang bertumpuk dan tak pernah menipis itu kadang membuat Susana jenuh. Namun ia sering memotivasi diri bahwa apa yang ia lakukan itu merupakan panggilan jiwa dan akan membawa kebaikan di masa depan. Dukungan keluarga juga menjadi faktor penting yang menguatkan tekadnya. Suami dan keempat anaknya pun penyayang anjing.
Meski tidak seintensif dirinya, mereka mendukung apa yang dilakukan oleh Susana, dan tak pernah protes walau cukup banyak waktunya tersita untuk mengurusi anjing dan kucing di Pejaten Shelter. Sang suami, Ign. Satria Wibawa, bahkan menjadi orang pertama yang memberikan dukungan dengan membuatkan kandang bagi anjing-anjing yang pertama kali ia selamatkan dulu.
Harapan terbesar Susana adalah binatang piaraan bisa hidup lebih sejahtera di masa mendatang. “Tujuan saya adalah tidak ada anjing di jalan dan tidak ada penyiksaan binatang. Tidak ada lagi orang makan anjing. Seandainya terpaksa makan, jangan sampai membunuhnya dengan cara sadis. Sebab, ada mitos, semakin anjing itu disiksa, dagingnya akan lebih enak. Selain itu, coba kalau semua orang menyayangi anjing dan kucing, pasti hati mereka lebih lembut dan tidak ada cerita senggol dikit tawuran,” tambahnya.
Perlindungan dan perawatan anjing yang baik, menurut Susana, juga akan memberikan banyak manfaat bagi manusia. Lokalisir anjing seperti yang ia lakukanakan efektif untuk mencegah penyebaran rabies.
“Bagi saya, apa yang saya lakukan ini panggilan. Kalau saya bergerak dan Indonesia akan berubah, saya akan lakukan, walau perubahannya mungkin hanya 0,001 persen. Saya tidak melihatnya sekarang. Saya melihatnya dua generasi mendatang. Seperti Kartini, kan, tidak bisa mengubah dirinya sendiri, tetapi ia membuat perubahan 50 tahun ke depan. Saya sendiri mungkin tidak akan bisa melihat kerja saya nanti, tetapi saya yakin, 20-30 tahun ke depan akan ada perubahan,” tutupnya.
Nah, bagi para pecinta hewan, denger-denger ibu shelter yang satu ini bakal sangat berbahagia kalo ada yang mau ngadopsi beberapa hewan peliharaannya. Tenang aja karena anjing & kucing sudah di vaksin & di steril. Denger-denger juga, ngadopsinya free. Agan-agan cuma butuh rumah yang ga terlalu jauh karena nantinya Agan harus bawa rutin hewan yang udah diadopsi untuk di vaksin di rumah beliau.
Bantuan berupa beras, makanan anjing & kucing, kalo mau jadi donatur juga boleh.
Alamatnya di Jl. Pejaten Barat 45 W, Jaksel.
Ternyata di Kaskus udah pernah dibikin thread tapi untuk donasi di forum Hewan Peliharaan.
sekian aja dari ane Gan.
ya Gan.