- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengungkap Keistimewaan Dayak Meratus


TS
i.combrox
Mengungkap Keistimewaan Dayak Meratus
Bismilliah

Quote:
semoga gak 

Spoiler for :

Quote:
Suku Meratus yang disebut juga Suku Dayak Bukit Dari Kalimantan Selatan
Quote:

Suku Dayak Bukit atau Suku Dayak Meratus atau Dayak Banjar adalah kumpulan sub-suku Dayak yang mendiami sepanjang kawasan pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan. Selato menduga, suku Bukit termasuk golongan Suku Punan. Tetapi Tjilik Riwut membaginya ke dalam kelompok-kelompok kecil seperti Dayak Alai (Labuhan), Dayak Amandit (Loksado), Dayak Tapin (Harakit), Dayak Kayu Tangi, dan sebagainya, selanjutnya ia menggolongkannya ke dalam Rumpun Ngaju. Namun penelitian terakhir dari segi bahasa yang digunakan sub suku Dayak ini tergolong berbahasa Melayik (bahasa Melayu Lokal). Orang Banjar Hulu sering menamakannya Urang Bukit, sedangkan orang Banjar Kuala sering menamakannya Urang Biaju.
Quote:
Upacara Syukuran Suku Dayak Meratus

Memperkenalkan upacara syukuran adat yang dilaksanakan suku Dayak Meratus di provinsi Kalimantan Selatan. Dayak Meratus merupakan kelompok masyarakat Dayak yang hidup dan menetap di desa Kiyu,Kecamatan Batang Alai Timur kabupaten Hulu Sungai Tengah provinsi Kalimantan Selatan. Setiap tahun, suku Dayak Meratus ini menyelenggarakan upacara syukuran adat yakni Aruh Ganal. Seperti tahun sebelumnya, tradisi ini dilaksanakan setiap pertengahan tahun setelah musim panen raya padi tiba, sekitar bulan Juli hingga Agustus. Bagi suku Dayak Meratus, ritual ini diyakini dapat menjauhkan mereka dari bencana gagal panen. Melalui ritual inilah, mereka juga memohon kepada Sang Pencipta agar di musim tanam berikutnya, tanaman mereka terhindar dari hama penyakit dan memperoleh hasil panen yang melimpah.
Bagi suku Dayak Meratus, pelaksanaan tradisi ini memiliki arti penting. Begitu kuatnya kepercayaan mereka terhadap arti tradisi ini, jauh hari sebelum tradisi dilaksanakan, segala kebutuhan tradisi telah disiapkan. Di dalam sebuah balai adat yang bentuknya seperti rumah panggung, mereka biasanya merencanakan rangkaian acara tradisi.
Para sesepuh adat mengawalinya dengan menentukan hari pelaksanaan tradisi. Biasanya, awal bulan di pertengahan tahun selalu menjadi pilihan waktu pelaksanaan tradisi. Mereka percaya, jika Aruh Ganal digelar pada awal bulan, jumlah hasil panen di tahun berikutnya akan semakin melimpah. Percaya atau tidak, itulah kepercayaan suku Dayak Meratus yang sejak dulu hingga kini masih dilaksanakan.
Tradisi Aruh Ganal biasanya dilaksanakan selama 5 hingga 12 hari. Penentuan itu berdasarkan pada jumlah hasil panen yang mereka peroleh selama satu tahun. Jika hasil panen di tahun ini melimpah, tradisi dilaksanakan hingga 12 hari. Namun jika jumlah panen dinilai tidak terlalu banyak jika dibandingkan hasil tahun sebelumnya, Aruh Ganal hanya dilaksanakan selama 5 hari berturut. Bahkan jika jumlah panen mereka hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, tradisi ini dilaksanakan hanya dalam 1 hari 1 malam saja.
Setelah hari baik telah ditentukan, suku Dayak Meratus mulai mempersiapkan kebutuhan tradisi satu hari sebelum Aruh Ganal dilaksanakan. Kaum wanita bertugas mempersiapkan hidangan untuk para peserta ritual dan tamu undangan, seperti memasak lamang. Lamang merupakan beras ketan yang telah dicampur santan kemudian dimasukkan ke dalam buluh bambu dan dibakar hingga matang. Sementara kaum lelaki, menghias Balai Adat dengan berbagai jenis bunga dan janur kelapa. Nantinya, di Balai Adat inilah, tradisi Aruh Ganal dilaksanakan. Tak terlewatkan, mereka juga mengundang suku Dayak dari kampung lain dan para pejabat pemerintah setempat untuk hadir dalam upacara adat Aruh Ganal.
Ketika hari tradisi Aruh Ganal tiba, semua warga Dayak Meratus beserta tamu undangan berkumpul di Balai Adat di desa Kiyu. Saat pelaksanaan tradisi, tidak ada satupun warga Dayak Meratus yang umumnya petani bekerja di ladang. Secara khusus, mereka membuat hari itu sebagai hari libur untuk bekerja. Jika tradisi ini dilaksanakan selama beberapa hari, dalam beberapa hari itu pula, suku Dayak Maratus menjadikannya sebagai hari libur.
Biasanya, rangkaian tradisi Aruh Ganal dimulai ketika hari menjelang malam. Dalam tradisi ini, yang menjadi pemimpin yakni Damang, sebutan bagi ketua adat kampung Dayak Meratus. Ketika Damang membaca mantera dan membakar kemenyan, tradisi Aruh Ganal-pun dimulai. Dalam bahasa Dayak, para peserta tradisi membaca doa kepada Sang Pencipta. Tepat di tengah Balai Adat terdapat sesaji yang khusus dijadikan persembahan kepada leluhur desa.
Setelah berdoa, Damang mulai melakukan ritual pemanggilan roh para leluhur. Suara tabuhan gendang yang dimainkan oleh empat orang wanita Dayak menjadi media pemanggilan roh. Ketika beberapa orang warga Dayak Meratus tampak tidak sadarkan diri, saat itulah roh leluhur diyakini masuk ke dalam tubuh mereka. Tanpa ada yang memerintah, mereka berdiri dan menari mengelilingi sesaji yang diletakkan di tengah Balai Adat. Seperti memperoleh kekuatan supranatural, mereka menari tanpa henti hingga hari menjelang pagi. Sementara mereka menari, Damang beserta peserta tradisi yang lainnya membaca doa tanpa henti hingga malam berganti pagi.
Setelah matahari terbit, Damang kembali membakar kemenyan dan membaca mantera. Dengan bantuan Damang itulah, beberapa peserta tradisi yang malam sebelumnya kerasukan roh leluhur, kembali sadar. Ketika itu, warga Dayak percaya, roh leluhur telah hadir dan ikut dalam pesta Aruh Ganal. Acara tradisi kemudian dilanjutkan dengan makan bersama. Menu utama dalam tradisi ini yakni Lamang atau nasi ketan berbungkus buluh bambu yang telah disiapkan sebelumnya. Tanpa ada perbedaan status sosial, setiap peserta tradisi memperoleh lamang dalam jumlah yang sama.Tanpa membedakan berapa hari tradisi Aruh Ganal dilaksanakan, berdoa, menari, serta makan bersama menjadi rangkaian acara yang rutin dilaksanakan mulai dari hari pertama tradisi hingga tradisi ini usai. Jika tradisi ini dilaksanakan selama 5 hari, suku Dayak Meratus merayakannya selama 5 hari 5 malam tanpa henti. Begitu juga ketika tradisi Aruh Ganal ini berlangsung selama 12 hari. Ketika hari tradisi telah mencapai hari terakhir, ritual Aruh Ganal diakhiri dengan acara pemberian sedekah.
Ketika hari tradisi Aruh Ganal usai, suku Dayak Meratus memberikan beberapa bagian dari hasil panen yang telah mereka peroleh kepada warga dari kampung lain. Tidak ada ketentuan khusus, berapa bagian yang harus diberikan, tergantung pada keikhlasan dari warga Meratus sendiri. Bagi suku Dayak Meratus, tradisi ini bukan hanya sebagai perayaan syukur, melainkan juga simbol mempererat persaudaraan dan saling berbagi kepada sesama. Keesokan hari, setelah pelaksanaan tradisi Aruh Ganal usai, warga Dayak Meratus kembali melaksanakan akifitas keseharian mereka seperti biasa yakni berladang dan berburu di hutan.
Lanjutan
v
v
v
v
v
v
Diubah oleh i.combrox 02-01-2013 19:32
0
19.7K
Kutip
42
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan