- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pendidikan Adalah Samurai dan Kemiskinan Sebagai Kolonial


TS
lonta
Pendidikan Adalah Samurai dan Kemiskinan Sebagai Kolonial
“Pendidikan Adalah Samurai dan Kemiskinan Sebagai Kolonial” itulah sepenggal judul yang penulis cantumkan dalam tugas ini, penulis memiliki maksud agar pendidikan dijadikan salah satu alat untuk menumpas kemiskinan. Negara ini secara kasat mata saja sudah terlihat begitu banyak masyarakat yang susah, ketika kita sedang berjalan saja tentunya kita akan menemui bebarapa rakyat yang dengan iba meminta belas kasihan kepada rakyat lainnya. Oleh karena itu penulis mengangkat pendidikan sebagai samurai dikarenakan pendidikan dapat menjadi alat yang ampuh untuk menumpas kemiskinan. Sejalan dengan penulis seorang suwardi surya ningrat atau biasa dikenal dengan ki hajar dewantara pun mementingkan sebuah pendidikan, maka tak heran pada tanggal 3 juli1922 beliau mendirikan perguruan nasional taman siswa. Secara konkrit beliau benar-benar peduli kepada masyarakat Indonesia yang tidak bisa mendapatkan pendidikan secara utuh, dengan semboyannya yang berbunyi: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia maka kalimat tersebut akan berbunyi: di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, dan dari belakang mendukung.
Kota menjadi salah satu penampung atau wadah untuk kemiskinan masyarakat Indonesia, kota seakan menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab ketiaka mereka berada di desa. Tak heran penumpukan para manusia terjadi di kota, terutama kota-kota besar tentunya, seperti di Jakarata. Robert Ezra Park melihat bahwa kota saat ini berfungsi menjadi struktur komersial yang keberadaannya ditentukan oleh pasar-pasar yang tumbuh di kota itu. Dan tak berbeda dengan Durkheim, menurut park kota dicirikan dengan sistem pembagian kerja yang sudah mulai kompleks yang digerakan oleh kontestasi industri, sehingga akan timbulnya sebuah dominasi dan berdampak pada pengikisan nilai-nilai atau kehidupan tradisional. Tak heran jika di kota yang telah teraplikasi bukan lagi sistem solidaritas mekanik, namun telah berubah menjadi organik.
Kota yang identik dengan industri dan kapitalisasi, mengakibatkan masyarakat dituntut untuk saling berkompetisi dan tak jarang segala cara pun telah dilakukan untuk mementingkan kehidupan pribadi. Nilai gotong royong yang menjadi ciri khas loklitas bangsa ini mulai terkena erosi, mau tidak mau suka tidak suka banyak dari masyarakat yang mulai menjalani kehidupan dengan cara indvidualis. Kehidupan yang layak di kota, berbanding lurus dengan pendidikan yang telah dituntaskan oleh individu tersebut. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh maka akan peluang kehidupan yang layak akan semakin besar tentunya, dan begitu pun sebaliknya. Tak heran apabila anak-anak yang tinggal di kota, mayoritas kegiatan setiap harinya adalah bersekolah. Orang tua mereka sadar akan arti pendidikan, dan mereka sadar bahwa pendidikan akan menciptakan status dan kelas baru yang lebih layak tentunya.

Kota menjadi salah satu penampung atau wadah untuk kemiskinan masyarakat Indonesia, kota seakan menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab ketiaka mereka berada di desa. Tak heran penumpukan para manusia terjadi di kota, terutama kota-kota besar tentunya, seperti di Jakarata. Robert Ezra Park melihat bahwa kota saat ini berfungsi menjadi struktur komersial yang keberadaannya ditentukan oleh pasar-pasar yang tumbuh di kota itu. Dan tak berbeda dengan Durkheim, menurut park kota dicirikan dengan sistem pembagian kerja yang sudah mulai kompleks yang digerakan oleh kontestasi industri, sehingga akan timbulnya sebuah dominasi dan berdampak pada pengikisan nilai-nilai atau kehidupan tradisional. Tak heran jika di kota yang telah teraplikasi bukan lagi sistem solidaritas mekanik, namun telah berubah menjadi organik.
Kota yang identik dengan industri dan kapitalisasi, mengakibatkan masyarakat dituntut untuk saling berkompetisi dan tak jarang segala cara pun telah dilakukan untuk mementingkan kehidupan pribadi. Nilai gotong royong yang menjadi ciri khas loklitas bangsa ini mulai terkena erosi, mau tidak mau suka tidak suka banyak dari masyarakat yang mulai menjalani kehidupan dengan cara indvidualis. Kehidupan yang layak di kota, berbanding lurus dengan pendidikan yang telah dituntaskan oleh individu tersebut. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh maka akan peluang kehidupan yang layak akan semakin besar tentunya, dan begitu pun sebaliknya. Tak heran apabila anak-anak yang tinggal di kota, mayoritas kegiatan setiap harinya adalah bersekolah. Orang tua mereka sadar akan arti pendidikan, dan mereka sadar bahwa pendidikan akan menciptakan status dan kelas baru yang lebih layak tentunya.

0
765
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan