pengemis asal jogja ini kena razia dan menceritakan kenapa dia "terpaksa" jadi pengemis, dan tips supaya menghasilkan uang jadi pengemis.
Dinas Sosial Kabupaten Bantul bekerjasama dengan Pol PP Bantul dan Provinsi DIY serta Bimas Polres Bantul, mengadakan razia di sepanjang Jalan Ringroad Selatan, Senin (13/8/2012).
Salah satu pengemis yang terjaring razia adalah Sri Suyanti (44), sesuai KTP ia tercatat sebagai warga Sumberkidul Kalitirto, Berbah Sleman. Ia terjaring bersama anaknya Hani (4) saat sedang berteduh diemperan toko usai mengemis di perempatan Kotagede Jalan Ringroad Selatan.
Awalnya ia berdalih hanya jalan-jalan bersama anaknya, namun setelah petugas Sat Pol PP mendesak agar ia ikut, ia pun akhirnya menuruti dan bersedia naik ke dalam bus Kopata yang telah disiapkan.
Ia pun mengaku sudah dua kali ini terkena razia dan tak membuatnya jera. " Ya bagaimana lagi, yang bisa saya lakukan ya sementara begini. Suami saya sudah ngga ngurus keluarga lagi," ujarnya pada Tribun Jogja usai didata oleh Dinsos Bantul, Senin (13/8/2012).
Dari pengakuan Sri terungkap mengapa ia rela berpanas-panas menjadi pengemis, karena uang yang dihasilkan relatif banyak dan begitu mudah tanpa modal sam sekali.
"Sehari dapat Rp 30-50 ribu, ngemis dari jam 8 pagi sampai jam 1 siang. Kalau pas mau lebaran seperti ini biasanya dapat banyak. Tahun lalu saya dapat Rp 250 ribu dalam sehari," ungkapnya.
Lanjutnya, ia terpaksa memanfaatkan anaknya Hani yang umurnya baru empat tahun tersebut dengan dalih sebagai modal meminta belas kasihan.
"Dulu awalnya saya sendiri ngga bawa anak, tapi dapatnya sehari cuman Rp 12 ribu. Nah saya terpaksa ajak anak dengan digendong, supaya orang kasihan, dan memang berhasil," katanya.
Sri sama sekali tidak menggubris omongan tetangga yang melihatnya berprofesi sebagai pengemis.
"Memang dulu awalnya malu-malu. Pertama saya ngemis jauh-jauh dari rumah supaya ngga ketahuan orang rumah maupun tetangga. Tapi lama-lama saya biarkan orang mau berkata apa," katanya. (*)
Lebih lanjut ia mengatakan, sebelum menjalani profesi sebagai pengemis ia pernah juga berdagang namun bangkrut. "Dulu tahun 2008 pernah dagang makanan kecil di pasar Piyungan tapi bangkrut. Suami saya buruh bangunan sudah ngga peduli sama keluarga," keluhnya.
Uang dari hasilnya mengemis sebagaian akan digunakannnya untuk persiapan si kecil Hani kelak ketika sekolah. "Sementara ini dia kan masih kecil, jadi belum tahu apa-apa, ngga akan malu kalau saya ngemis, nanti setelah uang banyak, dia kan sekolah dan sudah mengerti apa itu pengemis, saat itu saya akan berhenti mengemis," pungkasnya.(*)
sumber