- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Walikota ini Gak Perlu Nikah Siri Buat Nyari Sensasi[Bosen politikus korup? Masuk!]


TS
girl.in.rain
Walikota ini Gak Perlu Nikah Siri Buat Nyari Sensasi[Bosen politikus korup? Masuk!]
Quote:
komen & 

Apakah agan dan aganwati semua termasuk orang yang apatis terhadap politikus?


Spoiler for ini dia:
![Walikota ini Gak Perlu Nikah Siri Buat Nyari Sensasi[Bosen politikus korup? Masuk!]](https://s.kaskus.id/images/2012/12/30/5015749_20121230060049.jpg)
Yap, beliau adalah Bu Risma sang walikota Surabaya saat ini. Terus terang gw bukan warga Surabaya, tapi gw sangat tertarik dengan walikota yang satu ini karena "kelangkaan" sifat beliau yang sangat memegang amanah akan jabatannya sebagai pemimpin. Jadi gw share sebuah artikel tentang beliau. Semoga enggak

Thanks to agan the.BlackCat yang udah ngasi link-nya

Dibaca menyeluruh ya gan. Gw jamin ini bisa jadi inspirasi kita semua



Quote:
Spoiler for Tri Rismaharini, Berjuang Mengubah Wajah Surabaya:
Sejak berada di bawah kepeimpinannya, wajah Kota Surabaya berubah total. Selain tampil lebih bersih dan rapi, di setiap sudut kota bertebaran taman-taman nan cantik sebagai sarana bermain warga kota. Namun kiprahnya hingga menjadi Walikota Surabaya tak semulus yang dibayangkan. Di awal pemerintahannya ia sempat dilengserkan, kendati akhirnya tak jadi. Simak perjalanan hidupnya.
Aku tak pernah membayangkan bisa menapaki karier menjadi walikota seperti sekarang ini. Dulu, setamat dari SMA 5 Surabaya aku diminta orangtua melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), jurusan aristektur. Padahal cita-citaku sejak kecil ingin menjadi dokter.
Bapak yang saat itu sudah sepuh dan pindah dari Kediri ke Surabaya memintaku mengambil jurusan tersebut dengan pertimbangan sederhana saja, agar setelah lulus bisa segera dapat pekerjaan. Memang benar, sejak menjadi mahasiswa ITS, meski belum lulus aku sudah bisa mencari uang sendiri dengan membantu mengerjakan proyek-proyek Pemkot Surabaya.
Makanya, dengan orang-orang Pemkot generasi lama sejak dulu aku sudah cukup kenal karena sudah sering membantu mengerjakan proyek yang ada di Pemkot. Dan di kampus pula aku bertemu dengan mahasiswa bernama Djoko Saptoadji yang kini menjadi pasangan hidupku. Mas Sapto, di ITS mengambil jurusan teknik elektro dan saat ini bekerja pada perusahaan swasta di Mojokerto.
Setamat kuliah aku mencoba mendaftar sebagai PNS. Alhamdulillah, akhirnya diterima. Tapi, pertama kali bekerja sebagai PNS saya tidak ditempatkan di Surabaya, melainkan di Bojonegoro (Jatim). Baru setelah lima tahun berjalan, aku bisa pindah ke Surabaya.
Spoiler for Percantik Wajah Kota:
Percantik Wajah Kota
Di Surabaya beragam tugas pernah aku emban, dari menjadi kepala seksi tata ruang dan tata guna tanah Bapekko, kepala seksi pendataan dan penyuluhan dinas bangunan, kepala cabang pertamanan, kepala bagian penelitian dan pengembangan, kepala dinas kebersihan dan pertaman, serta kepala badan perencanaan pembangunana kota Surabaya.
Bagiku, menjadi pejabat adalah amanah Tuhan sehingga hukumnya wajib melaksanakan tugas yang diemban dengan baik. Setiap ditempatkan di bidang apa pun aku berusaha menjadi abdi masyarakat yang mengerjakan tugas dengan tulus dan ikhlas.Misalnya saat menjadi kabag penelitian dan pengembangan, aku menciptakan sistem baru dan pertama ada di Indonesia, yakni menerapkan lelang melalui internet.
Dengan sistem baru ini, kemungkinan terjadinya praktik KKN menjadi sangat kecil mengingat sifatnya terbuka dan bisa diakses semua orang. Demikian pula ketika menjadi kadin kebersihan dan pertamanan Surabaya, aku berusaha mengubah wajah kota Surabaya menjadi lebih indah, asri, dan bersih.
Aku ingin kotaku menjadi kota yang cantik dengan taman-taman kota yang menarik. Maka sejak menjabat di bagian kebersihan aku benar-benar all out . Aku setiap hari berangkat dinas pagi-pagi sekali sebelum para pegawai masuk kantor. Aku tak langsung menuju kantor tapi keliling kota dulu mengawasi langsung para pasukan kuning (petugas kebersihan kota, Red. ) menyapu jalanan.
Sementara lahan-lahan kosong yang ada di tepi-tepi jalan, aku manfaatkan sebagai taman kota bahkan dijadikan taman tempat bersantai keluarga. Saat ini di seluruh Surabaya sudah terdapat puluhan titik taman hijau. Taman dan lahan hijau ini sangat penting, tak hanya sebagai paru-paru kota tapi sekaligus sebagai daerah resapan untuk mengurangi banjir.
Untuk membuat taman, bagiku tak ada masalah. Aku, kan, arsitek. Jadi rasannya untuk mendesain taman saja, sih, tak ada susahnya. Ha ha ha. Dan tak melebih-lebihkan, wajah Kota Surabaya kini memang sudah sangat berbeda. Begitu orang masuk ke kota ini pasti akan dibuat kagum dengan kebersihannya.
Oh ya, tak hanya berangkatnya saja yang pagi-pagi sekali, ketika menjabat kadin kebersihan aku juga selalu pulang kerja di atas jam 20.00 bahkan terkadang sampai larut malam. Soalnya, sebelum pulang aku juga punya kebiasaan ber keliling dulu ke sudut-sudut kota Surabaya, untuk melihat apakah ada lampu jalanan yang mati atau ada kawasan gelap yang perlu dipasang penerangan.
Di Surabaya beragam tugas pernah aku emban, dari menjadi kepala seksi tata ruang dan tata guna tanah Bapekko, kepala seksi pendataan dan penyuluhan dinas bangunan, kepala cabang pertamanan, kepala bagian penelitian dan pengembangan, kepala dinas kebersihan dan pertaman, serta kepala badan perencanaan pembangunana kota Surabaya.
Bagiku, menjadi pejabat adalah amanah Tuhan sehingga hukumnya wajib melaksanakan tugas yang diemban dengan baik. Setiap ditempatkan di bidang apa pun aku berusaha menjadi abdi masyarakat yang mengerjakan tugas dengan tulus dan ikhlas.Misalnya saat menjadi kabag penelitian dan pengembangan, aku menciptakan sistem baru dan pertama ada di Indonesia, yakni menerapkan lelang melalui internet.
Dengan sistem baru ini, kemungkinan terjadinya praktik KKN menjadi sangat kecil mengingat sifatnya terbuka dan bisa diakses semua orang. Demikian pula ketika menjadi kadin kebersihan dan pertamanan Surabaya, aku berusaha mengubah wajah kota Surabaya menjadi lebih indah, asri, dan bersih.
Aku ingin kotaku menjadi kota yang cantik dengan taman-taman kota yang menarik. Maka sejak menjabat di bagian kebersihan aku benar-benar all out . Aku setiap hari berangkat dinas pagi-pagi sekali sebelum para pegawai masuk kantor. Aku tak langsung menuju kantor tapi keliling kota dulu mengawasi langsung para pasukan kuning (petugas kebersihan kota, Red. ) menyapu jalanan.
Sementara lahan-lahan kosong yang ada di tepi-tepi jalan, aku manfaatkan sebagai taman kota bahkan dijadikan taman tempat bersantai keluarga. Saat ini di seluruh Surabaya sudah terdapat puluhan titik taman hijau. Taman dan lahan hijau ini sangat penting, tak hanya sebagai paru-paru kota tapi sekaligus sebagai daerah resapan untuk mengurangi banjir.
Untuk membuat taman, bagiku tak ada masalah. Aku, kan, arsitek. Jadi rasannya untuk mendesain taman saja, sih, tak ada susahnya. Ha ha ha. Dan tak melebih-lebihkan, wajah Kota Surabaya kini memang sudah sangat berbeda. Begitu orang masuk ke kota ini pasti akan dibuat kagum dengan kebersihannya.
Oh ya, tak hanya berangkatnya saja yang pagi-pagi sekali, ketika menjabat kadin kebersihan aku juga selalu pulang kerja di atas jam 20.00 bahkan terkadang sampai larut malam. Soalnya, sebelum pulang aku juga punya kebiasaan ber keliling dulu ke sudut-sudut kota Surabaya, untuk melihat apakah ada lampu jalanan yang mati atau ada kawasan gelap yang perlu dipasang penerangan.
Spoiler for Disiplin Tinggi:
Disiplin Tinggi
Karena tak bisa setiap waktu berada di rumah, aku berusaha memberikan pengertian kepada suami dan kedua anakku, Fuad Nenardi dan Tantri Gunarni. Mereka aku minta pengertiannya karena tak bisa selalu bersama mereka. Kendati demikian aku selalu rajin berkomunikasi dengan mereka di sela-sela tugasku.
Tak hanya di tengah pegawai saja, di tengah keluarga termasuk anak-anak, aku juga menerapkan disiplin tinggi dalam segala hal. Aku berusaha mengajak mereka berusaha mandiri dan rajin. Salah satu contohnya, sampai saat ini meski dengan anak sendiri, aku menerapkan tata kelola keuangan yang benar.
Misalnya, setiap pengeluaran uang harus tercatat dan selalu ada laporannya. Jadi bila anakku makan di luar, membeli bensin, atau ada biaya foto kopi untuk keperluan kuliahnya, sekecil apapun jumlahnya dia harus bisa menunjukkan kuitansinya. Bila tak bisa menunjukkanya, jangan harap uang itu akan aku ganti. Tujuanku hanya satu, agar mereka bisa menghargai uang dan mengharagai jerih payah orangtua yang sudah berusaha payah mencari nafkah buat mereka.
Soal uang ini bagiku memang sangat sensitif dan aku harus tegas. Ini ada cerita yang sampai saat ini tak bisa aku lupakan. Menjelang pencalonan sebagai walikota Surabaya, setiap hari pekerjaanku adalah keluar-masuk kampung untuk memaparkan program kerja yang kelak akan aku kerjakan bila terpilih.
Karena tak bisa setiap waktu berada di rumah, aku berusaha memberikan pengertian kepada suami dan kedua anakku, Fuad Nenardi dan Tantri Gunarni. Mereka aku minta pengertiannya karena tak bisa selalu bersama mereka. Kendati demikian aku selalu rajin berkomunikasi dengan mereka di sela-sela tugasku.
Tak hanya di tengah pegawai saja, di tengah keluarga termasuk anak-anak, aku juga menerapkan disiplin tinggi dalam segala hal. Aku berusaha mengajak mereka berusaha mandiri dan rajin. Salah satu contohnya, sampai saat ini meski dengan anak sendiri, aku menerapkan tata kelola keuangan yang benar.
Misalnya, setiap pengeluaran uang harus tercatat dan selalu ada laporannya. Jadi bila anakku makan di luar, membeli bensin, atau ada biaya foto kopi untuk keperluan kuliahnya, sekecil apapun jumlahnya dia harus bisa menunjukkan kuitansinya. Bila tak bisa menunjukkanya, jangan harap uang itu akan aku ganti. Tujuanku hanya satu, agar mereka bisa menghargai uang dan mengharagai jerih payah orangtua yang sudah berusaha payah mencari nafkah buat mereka.
Soal uang ini bagiku memang sangat sensitif dan aku harus tegas. Ini ada cerita yang sampai saat ini tak bisa aku lupakan. Menjelang pencalonan sebagai walikota Surabaya, setiap hari pekerjaanku adalah keluar-masuk kampung untuk memaparkan program kerja yang kelak akan aku kerjakan bila terpilih.
Spoiler for Nyaris Dicopot:
Nyaris Dicopot
Nah, ketika mengunjungi sebuah perkampungan, seusai aku memaparkan program-program, di tengah-tengah pemaparan itu ada seorang utusan dari ratusan warga yang menanyakan langsung, yang intinya kelak jika warga memilih diriku sebagai walikota, apa yang bisa aku berikan kepada warga sebagai imbalannya.
Jujur, mendengar ucapan itu telingaku langsung panas. Seketika itu juga, di atas podium aku katakan kepada mereka, “Tolonng catat, jika tujuannya memilih saya hanya karena ingin mendapatkan materi, saya minta Bapak dan Ibu sekalian tidak usah memilih saya. Saya tidak jadi walikota pun tidak apa-apa, karena saya jadi walikota bukan keinginan pribadi, tetapi partai yang meminta,” demikian yang aku ucapkan dengan suara lantang dan wajah memerah menahan amarah.
Bagiku, aku adalah pribadi yang bermartabat, aku tak mau merendahkan diri dengan cara ingin memenangkan pemilihan ini lewat membeli suara. Mendengar aku berkata demikian suasana ruangan mendadak senyap, semua orang terdiam. Mereka sepertinya tak menduga aku bakal berkata seperti itu.Sekali lagi, bagiku jabatan ini amanah dari Allah sehingga aku harus menjalankannya dengan baik. Karena sikapku yang tegas dan tak pandang bulu, memang banyak orang yang tak suka melihat pola kepemimpinanku. Oh ya, tak berapa lama sejak aku terpilih menjadi walikota, aku sempat dilengserkan melalui sidang DPRD Kota Surabaya. Publik Surabaya pun geger, di berbagai kunjungan banyak orang menangis di depanku sambil menanyakan bagaimana jika jabatanku benar-benar akan dicopot.
Melihat orang-orang menangis seperti itu, sambil teratwa aku berkata, “Kenapa Anda semua menangis? Lha wong saya saja tidak. Sekali lagi saya katakan, kalau memang mau mencopot saya, silakan copot saja. Saya tidak akan pernah menghalangi, karena jadi walikota ini bukan saya yang menginginkan!” kataku kembali dengan suara lantang.
Memang, jika menilik pada masa pemilihan walikota di tahun 2010 lalu, aku sama sekali tak pernah menyangka akan duduk sebagai orang nomor satu di Pemkot Surabaya ini. Sejak awal aku tak pernah mengincar kursi jabatan ini. Jadi, menjelang pemilihan walikota tiba-tiba tokoh masyarakat Surabaya memintaku maju dalam pemilihan, berpasangan dengan Pak Bambang DH, sebagai wakilnya.
Jujur saja, kala itu aku hanya menuruti saja saran para tokoh masyarakat. Lagi pula aku tak pernah terbayang akan sampai terpilih. Mana mungkin aku bisa terpilih, lha wong aku tak memimiliki modal sama sekali. Apalagi pesaingku memiliki nama yang sudah sangat populer. Tapi justru karena itu aku melaju tanpa beban. Andai toh aku tak terpilih, pun tak masalah.
Lagipula, selama ini aku tak tahu soal percaturan politik. Berbeda dengan Pak Bambang DH. Selain dedengkot PDIP, beliau sudah menjadi walikota dua periode. Makanya, di periode berikutnya beliau tak bisa lagi menjadi walikota, tapi dicalonkan menjadi wakil untuk mendampingiku. Tak disangka, dalam pemilihan itu aku dan Pak Bambang dinyatakan menang atas calon lain. Sungguh, semua itu di luar perkiaraanku. Tetapi sebagai bentuk tanggungjawab, aku harus menjalankan amanah yang diberikan masyarakat kepadaku.
Nah, ketika mengunjungi sebuah perkampungan, seusai aku memaparkan program-program, di tengah-tengah pemaparan itu ada seorang utusan dari ratusan warga yang menanyakan langsung, yang intinya kelak jika warga memilih diriku sebagai walikota, apa yang bisa aku berikan kepada warga sebagai imbalannya.
Jujur, mendengar ucapan itu telingaku langsung panas. Seketika itu juga, di atas podium aku katakan kepada mereka, “Tolonng catat, jika tujuannya memilih saya hanya karena ingin mendapatkan materi, saya minta Bapak dan Ibu sekalian tidak usah memilih saya. Saya tidak jadi walikota pun tidak apa-apa, karena saya jadi walikota bukan keinginan pribadi, tetapi partai yang meminta,” demikian yang aku ucapkan dengan suara lantang dan wajah memerah menahan amarah.
Bagiku, aku adalah pribadi yang bermartabat, aku tak mau merendahkan diri dengan cara ingin memenangkan pemilihan ini lewat membeli suara. Mendengar aku berkata demikian suasana ruangan mendadak senyap, semua orang terdiam. Mereka sepertinya tak menduga aku bakal berkata seperti itu.Sekali lagi, bagiku jabatan ini amanah dari Allah sehingga aku harus menjalankannya dengan baik. Karena sikapku yang tegas dan tak pandang bulu, memang banyak orang yang tak suka melihat pola kepemimpinanku. Oh ya, tak berapa lama sejak aku terpilih menjadi walikota, aku sempat dilengserkan melalui sidang DPRD Kota Surabaya. Publik Surabaya pun geger, di berbagai kunjungan banyak orang menangis di depanku sambil menanyakan bagaimana jika jabatanku benar-benar akan dicopot.
Melihat orang-orang menangis seperti itu, sambil teratwa aku berkata, “Kenapa Anda semua menangis? Lha wong saya saja tidak. Sekali lagi saya katakan, kalau memang mau mencopot saya, silakan copot saja. Saya tidak akan pernah menghalangi, karena jadi walikota ini bukan saya yang menginginkan!” kataku kembali dengan suara lantang.
Memang, jika menilik pada masa pemilihan walikota di tahun 2010 lalu, aku sama sekali tak pernah menyangka akan duduk sebagai orang nomor satu di Pemkot Surabaya ini. Sejak awal aku tak pernah mengincar kursi jabatan ini. Jadi, menjelang pemilihan walikota tiba-tiba tokoh masyarakat Surabaya memintaku maju dalam pemilihan, berpasangan dengan Pak Bambang DH, sebagai wakilnya.
Jujur saja, kala itu aku hanya menuruti saja saran para tokoh masyarakat. Lagi pula aku tak pernah terbayang akan sampai terpilih. Mana mungkin aku bisa terpilih, lha wong aku tak memimiliki modal sama sekali. Apalagi pesaingku memiliki nama yang sudah sangat populer. Tapi justru karena itu aku melaju tanpa beban. Andai toh aku tak terpilih, pun tak masalah.
Lagipula, selama ini aku tak tahu soal percaturan politik. Berbeda dengan Pak Bambang DH. Selain dedengkot PDIP, beliau sudah menjadi walikota dua periode. Makanya, di periode berikutnya beliau tak bisa lagi menjadi walikota, tapi dicalonkan menjadi wakil untuk mendampingiku. Tak disangka, dalam pemilihan itu aku dan Pak Bambang dinyatakan menang atas calon lain. Sungguh, semua itu di luar perkiaraanku. Tetapi sebagai bentuk tanggungjawab, aku harus menjalankan amanah yang diberikan masyarakat kepadaku.
Diubah oleh girl.in.rain 10-01-2013 06:13


tien212700 memberi reputasi
1
13.9K
Kutip
115
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan