Kisah klasik benar-benar menjadi sangat dirindukan.

Bening disudut mata menjadi berdesakan, seolah meminta satu per satu kenangan untuk diingat kembali. Aku tak tahu, mampukah aku tegar pada masa lalu yang membuatku terjebak seperti ini. Padahal aku bukan hidup di masa itu, aku hidup hari ini.

Kisah klasik benar-benar menjadi sangat dirindukan.

Luka, adalah seni kehidupan dimana dengannya kita masih bisa tersenyum dan tertawa. Nikmati dan hikmati segala pesona dibalik pahit getir kehidupan, dimana manis tak selalu terasa. Namun asa ingin bahagia, senantiasa ada.

Kisah klasik benar-benar menjadi sangat dirindukan.

Pelangi. Pernah aku bermimpi tentang tujuh warna pelangi ditujuh pelangi itu sendiri. Entah apa maksud yang Tuhan siratkan padaku. Tapi kini, aku benar-benar merindukan kehadirannya. Sebab ku yakin, Tuhan sengaja ciptakan ia untukku. Setidaknya aku bisa memaknai, bahwa setelah hujan akan ada pelangi. Setelah tangis akan ada suatu keindahan mengiringi. Ya, meski aku, dia dan mereka tidak sama. Bukankah jelas bahwa pelangi mengajarkan bahwa ia indah karena perbedaan warna?

Kisah klasik benar-benar menjadi sangat dirindukan.

Ada kersik angin, ranting patah, daun gugur dan tetes embun dimalam pekat itu. Mereka bersatu dalam harmoni. Menimbulkan irama yang tak pernah ku lupa hingga aku dewasa. Mengalun merdu, sesekali meliuk-liuk, menukik bagai belati terlempar di udara subuh, berkilauan tertimpa cahaya lampu. Membisikkan pesan tentang sesuatu yang suatu saat akan kutemui.

Kisah klasik benar-benar menjadi sangat dirindukan.

Esok tetap jadi misteri. Aku tak peduli, yang ku tahu kita hidup hanya untuk hari ini. Aku tetap diam, seolah meminta siapapun biarkan aku berteman sepi demi mencoba maknai hidup ini. Tak ada kata lain yang cukup utuh dan presisi untuk menggambarkan hidup ini kecualidirinya sendiri.

Kisah klasik benar-benar menjadi sangat dirindukan.

Lamunanku tersentak, ketika sunyi pecah pada dentuman hujan yang turun lagi lewat tetesnya di atap rumah. Gemetar, hingga pucuk pepohonan bergoyang. Bergerak seperti dihantam angin kencang. Lagu perih terus mengalir bersama hembus angin yang terbangkan dedaunan. Dingin, merayap lewat tembok tebal rumah ini, menyergap aku yang sedari tadi hanya berbaring melihat peristiwa itu dijendela yang masih belum kututup. Suatu saat, aku rindukan apa yang telah lalu. Cukuplah jadi pelajaran bagiku.

Kisah klasik benar-benar menjadi sangat dirindukan.

Sunyi benar-benar telah jadi teman setiaku. Sebab dengannya aku bisa lebih dalam maknai peristiwa ditiap waktu. Ditengah pekat itu, suara jarum jam begitu jelas terdengar, bahkan ada suara yang jauh lebih indah dan bermakna. Yakni suara dari detak jantungku. Aku belajar dari kedua detak itu. Mengiaskan makna bahwa hidup dan mati akan terus berpacu untuk sesuatu yang terganti.

Kisah klasik benar-benar menjadi sangat dirindukan.

Aku benar-benar merindu akan suatu masa dimana aku bahagia tidak seorang diri. Lengkap rasanya bahagia jika berbagi. Sekarang aku benar-benar harus mandiri.
Kisah klasik benar-benar menjadi sangat dirindukan.
Hidup tak selamanya luka, tak selamanya tak bahagia. Hidup tak selamanya datar, tak selamanya mulus. Hidup adalah suatu seni. Dimana tiap rasa menjadi bumbu pelengkapnya. Sekali lagi, nikmati dan hikmati meski kadang kita berdiri ditengah getir asa dan mimpi.

Kisah klasik benar-benar menjadi sangat dirindukan.

Malu rasanya, jikalau diri ini terus saja mengeluh. Buka mata dan pikiran. Lihat apa yang terjadi disekeliling. Bukankah masih banyak orang yang cobaannya lebih berat dari diri ini. Jangan jadi orang yang melupa, sengaja buta dan tuli. Harusnya diri ini bersyukur, bukan hanya meminta. Ingat, berapa banyak oksigen yang telah dihirup sejak aku lahir ke mayapada hingga aku jadi remaja akhir yang tak lama lagi berkepala dua. Pernahkah Tuhan meminta bayaran ditiap hirupan nafas?. Nikmat Tuhan yang mana lagi yang hendak didustakan?!!!!

Kisah klasik benar-benar menjadi sangat dirindukan.

Hingga sesuatu yang tak pernah mau kubayangkan terjadi juga. Kupikir semua ini abadi. Kepolosanku sebagai seorang anak-anak kala itu belum mampu memikirkan sesuatu yang sangat abstrak seperti yang tengah terjadi. Aku tetap tidak mengerti kenapa kita bertemu untuk dipisahkan. Aku sudah lekat bersamamu, bersama kalian yang menyayangiku. Kenapa ada hitam bila putih menyenangkan. Yang kuingat, aku diberi pesan bahwa aku harus mengerti tentang hitam putih hidup ini. Karenanya, aku jadi pemikir sejati yang lebih suka diam, berteman sepi.