kesepian311Avatar border
TS
kesepian311
Kisah seorang yang begitu ingin bertemu sang idola (mengharukan gan)
Spoiler for sumber:


Bukan dengan maksud apa2 bila saya posting tulisan ini lagi. Sekedar ingin berterima kasih untuk Abah dan sahabat2 Dahlanis yg beberapa hari lalu mengajarkan saya arti indah persahabatan dan ketulusan. Semoga bukan pula bermaksud pencitraan atau apapun yg kesannya melebih2kan peristiwa sesunggunya. Bila ada kesalahan atau kurang berkenan, mohon ikhlas memaafkan.

Rabu, 26 Desember 2012…
Alkisah, seorang Dahlanis Surabaya berniat datang ke Jakarta… bonek, itu yg ada dalam pikiran saya.. bondo 300 ribu dan tekad 100%... dengan semangat numpang truk barang, dia berharap bisa bertemu Pak Dahlan Iskan dan berbagi tentang konsep kepemimpinan otentik, sebagai bahan penulisan skripsinya. Ilham Sang Juara (https://www.facebook.com/ilham.sangjuara.5?ref=ts&fref=ts), anak 21 tahun yg punya niat sangat kuat itu, sejak minggu lalu sudah di Jakarta, tapi belum juga ketemu Abah Sang Idola… Selasa lalu, ketika sebagian besar warga jakarta sedang merayakan natal dan libur bersama keluarga, Ilham shalat di Masjid Istiqlal.. entah kenapa, setelahnya dia begitu mengantuk dan baru tersadar ketika hp, uang, baju dan bukunya dalam tas hilang diambil orang… Petualangan Ilham, memang tak seperti bolang yg menjelajah belantara hutan.. tp belantara Jakarta yg tak kalah kejam, membuat Ilham harus tidur berpindah dari masjid dan mushola dengan hanya sepasang baju dan celana di badan… Setelah sampai Kementerian BUMN dan tak bisa ketemu Pak Dahlan Iskan, akhirnya Ilham beranikan diri pinjam internet dan telfon untuk minta bantuan mbak Ita Siti Nasyi’ah, dengan harapan besar bisa ketemu Abah… bukan utk minta uang atau yg lain2…

Saya masih terkesima ketika malamnya mbak dewi sms saya, dan pagi tadi Mbak Ita ceritakan kisah itu pada saya… tiba2 saya ingat ketika kecopetan di Atrium Senen pertama kerja dulu, yg bikin saya jadi kurang suka dengan lagu Sapa Suru Datang Jakarta… Tiba2 juga trpikir acara diskusi ttg Redenominasi Rupiah jam 9 pagi ini di Kantor, yg pastinya masih akan sulit dicerna otak saya yg lebih kuat mengajak saya utk ketemu Ilham… Bergegas saya ke Istiqlal, tapi Pak Jamal, staf Humas yg ramah itu cuma bisa berkata, “tadi Ilham masih disini, tp sekarang anaknya sudah ke BUMN, saya tidak tahu akan ke sini lagi atau tidak”. Setengah lemas, membayangkan kebingungan mbak ita dan mbak dewi, saya coba bergegas lagi ke kementerian bumn yg ada di sebelah kantor saya… Wiiihh, nuansa birokratisnya cukup terasa, meskipun 2 front officer cantik dan 1 security yg agak mahal senyum mau menemui saya. Nihil. Seperti orang bodoh saya berkeliling dan mencari wajah yg baru saya liat fotonya di facebook pagi tadi. Nol. Saya merasakan kekhawatiran yg rupanya dimiliki banyak dahlanis dimanapun, rasa takut bila sahabat kita tertimpa hal2 yg tidak mengenakkan. Telfon, sms dan inbox tak berhenti beraktifitas meskipun masih tanpa hasil. Saya sampai tak berani jawab telfon Mas Septy, Dahlanis Jawa Timur yg kebetulan ada di Jakarta dan sempat nyusul ke Istiqlal tanpa hasil.

Saya kembali ke kantor dengan pikiran yg tak berhenti berkecamuk, terpikir utk ke Istiqlal lagi, ketika tioba2 suara riang Mbak Ita di seberang sana mengabarkan bahwa Ilham ada di Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama saudaranya… Tanpa sabar, saya telfon Ilham, seolah dia adalah adik bungsu yang ingin saya peluk sekaligus tak marahi… “Ilhaammm, kamu jangan kemana2 yo Le, pokoknya tunggu sampai saya datang.. kalo kamu ilang, Dahlanis geger…” Saya dengar suara di seberang telfon, “Iya mbak, saya pake baju hitam, tunggu di pinggir jalan depan Kelautan.” Lega, Alhamdulillah, dan nggak sabar ketemu anak itu. Inget pesen mbak dewi buat nyubit pipinya kalo ketemu… Dan smp di depan Kem Kelautan Perikanan, saya benar2 bodoh memanggil 3 orang yg salah krn mengira itu Ilham… Smp akhirnya org keempat yg saya panggil memang betul Ilham, sungguh rasanya begitu terharu dan sungkan ketika dia cium tangan saya di mobil. Baru kali ini saya ketemu Ilham, sementara di facebook pun dia belum jadi teman saya. Saya seperti melihat anak kecil yg senyumnya betul2 mengagumkan… Terlihat kelelahan di wajahnya, tp juga kelegaan entah krn apa… Tanpa ba bi bu lagi saya bawa dia ke Kem BUMN yang jaraknya tak jauh dr situ… Berharap Ilham bisa temui Abah jam 2 siang, spt kata mbak Ita dan mbak Dewi…

Sementara menunggu jam 2 siang, saya tanya dia spt hakim bertanya pd tersangka… Kok bisa le ? Dia tersenyum, tertawa, dan ceritanya mengalir spt di atas… Sambungnya, untung mbak, nadzar saya, mau beliin emas ibu di kampung dr uang beasiswa yg 1,8 juta tdk ikut hilang. Alhamdulillah udah tak beliin emas… (Duh Gusti, saya mrebes mili)… Terus, tadi saya disuruh mijit sopir di Kelautan dan dikasih uang 50 ribu… Nyeeessssss…. (50 ribu cukup buat apa di Jakarta le)… “Saya cuma sedih kaos Dahlanis saya hilang.” Ooohhh, kata2 itu mengingatkan saya ttg siapa Ilham. Dia Dahlanis Surabaya… Di facebooknya, Ilham tulis pekerjannya sebagai tukang pijit dan jualan susu kedelai, selain jadi mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

Jam 2.30… saya masih di Lobby Kem BUMN bersama tamu2 yg terlihat hebat, smp Ilham bertanya dengan lugu, “Mbak, itu artis apa pengusaha ya ?”.. Dua2nya Le, jawab saya … Tak lama, security yg saya temui pagi tadi bilang Abah sdh datangm, tp masih belum bisa ditemui krn langsung ke atas… Otak saya stag, cari cara utk bisa nembus Kepala Humas yg direkomendasi dan sudah dihubungi Mbak Ita berkali2. Meskipun pagi sebelumnya, ketika saya paksakan naik ke lantai 12a beliau masih belum bisa ditemui, tapi saya beranikan diri untuk telfon beliau, dan setengah lega ketika ada jawaban, “tunggu saja di bawah mbak, Pak Dahlan akan ada wawancara dg wartawan di lobby.” Ahaaa, abrakadabranya Mbak Ita sudah bereaksi tampaknya. Mbak Ita pasti akan lakukan apapun utk temukan Ilham dengan Abah. Tepat, tak lama dr itu saya liat Abah yg seperti biasa, bersahaja, cekatan dan sangat dekat dengan wartawan… Saya jadi mikir, sebenernya siapa sih yg sibuk dg pencitraan, sementara Abah sendiri bicara ngalor ngidul dg wartawan yg selalu menunggu dg sabar, tanpa sekat spt dg para kerabat… Saya perhatikan wartawan2 itu, mereka tertawa lepaasss… sungguh jauh dr kesan birokratis spt yg sering saya temui di kantor saya…

Dr jauh, saya lihat Ilham menatap Abah dengan penuh ke-GALAU-an… Idolanya begitu dekat, tp seolah tak tersentuh.. Daftar pertanyaan ttg kepemimpinan otentik yg dia tulis di selembar kertas kusut itu tanpa sadar beberapa kali diremas.. spt menunggu jawaban ketika melamar kekasih.. Diterima, Ditolak, Diterima, Ditolak… Saya ikut merasakan kegalauannya, smp saya bilang, “Ilham, kamu liat sendiri kan bagaimana sibuknya Abah.. seandainya Abah belum bisa terima Ilham pada kesempatan ini, Ilham yg sabar ya, jangan sedih, Abah bisa ditemui di Surabaya atau dimanapun. Abah selalu dekat dengan kita. Ingat kata Abah, tetap semangat, tetap sabar, tetap senyum, karna kamu sedang belajar di Universitas Kehidupan”. Ilham bilang “iya mbak”, meski saya tahu suaranya tercekat di tenggorokan…

Pak Faisal, yg akhir2 ini saya sering baca namanya di media cetak, masih terlihat menunggu Abah dengan sabar.. Wartawan2 itu seolah belum juga enggan beranjak dari dekat Abah… Setelah selesai wawancara dengan Metro TV, saya liat Pak Faisal mulai mendekati Abah dan terlihat bicara dengan santun. Saya merasa adrenalin saya langsung naik tiba2, ketika melihat tangan Pak Faisal menunjuk saya… Perasaan galau yg sama dengan Ilham, membayangkan apa yg mungkin terjadi, Pak Menteri marah, tidak suka atau justru mengabaikan Ilham…

Tapi yg terjadi selanjutnya justru spt di film2 slow motion… Abah yg tidak tahu dimana Ilham, langsung berteriak, “Ilhaaaammmmmm…” dan Ilham yg sungguh tak menduga, langsung saja berlari kecil mencium tangan Abah seraya tertunduk… (kali ini air mata saya sulit utk tak menetes)… Abah peluk Ilham, dan bicara pada wartawan2 yg juga kaget, “ini anak yg jauh2 dr Surabaya dan kecopetan semua barangnya di Jakarta,” kata Abah… Sreett, seorang wartawati senior memasukkan ratusan ribu yg entah berapa jumlahnya ke saku Ilham yg sangat kaget tp tak bs menolak… Abah bicara pada Ilham seolah tanpa batas, tak ada yg berani mengusik keakraban Ilham dan Idolanya. Belum habis kekaguman saya ketika tiba2 Abah bilang, “Ilham, ikut saya…” Dan Ilham yg tak habis terkejut, dengan setengah terbata bilang, mbak.. gimana ? Saya sudah mulai berkaca2 ketika bilang pada Ilham, ikutlah le.. (itu Abahmu)…

Sambil berkaca dan lambaikan tangan pada Abah, Ilham, dan Saidi yg berlalu dgn BMW hitamnya, saya berbisik dalam hati “WOW”… Subhanallah… Ilham, kamu Juara !!! Abah, trima kasih telah kenalkan saya dengan pencitraan pada Allah yg diberi nama Ketulusan… Mbak Ita, Pak Faisal, Mbak Dewi, Mas Septy, Mas Zuhri, Dahlanis semua… terima kasih utk indah hari ini…

Sekian

Nekad banget tu bocah.. Tapi terharu awak bacanya.. emoticon-Sorry
0
4.1K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan