- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Stakeholder Olahraga Indonesia Mulai Lakukan Langkah-llangkah Antisipasi


TS
japek
Stakeholder Olahraga Indonesia Mulai Lakukan Langkah-llangkah Antisipasi
Quote:
Terjadi penurunan prestasi yang signifikan pada Olimpiade London tahun ini membuat stakeholder olahraga Indonesia melakukan langkah-langkah antisipasi. Pasalnya, kualifikasi Olimpiad Rio 2015 akhir tahun depan sudah mulai bergulir kembali.
Untuk perbaikan prestasi itu maka, Komite Olimpiade Indonesia (KOI) akan melakukan langkah-langkah antisipasi dengan cara melakukan pembinaan cabang-cabang yang menjadi andalan.
"Ada beberapa cabang unggulan kita yang memiliki potensi besar prestasi di ajang Olimpiade, seperti bulutangkis, angkat besi, panahan, dan atletik," ujar Ketua KOI Rita Subowo di Kantor KOI, Plaza KOI FX Jakarta.
Hal ini pun diakui Rita diperkuat dengan semakin menurunnya kualitas bulutangkis Indonesia pada Olimpiade kemarin, dimana selain gagal mempertahankan emas, mereka bahkan tidak membawa pulang satu medali pun.
Hasil itu yang menurut Rita bahwa kini tidak bisa lagi Indonesia hanya mengandalkan bulutangkis untuk bisa merebut medali pada multievent terbesar di dunia tersebut.
"Cabang-cabang unggulan tersebut, selain bulutangkis juga, harus ditanganani dengan berbeda dari pada cabang-cabang lainnya yang bukan merupakan unggulan, agar bisa memaksimalkan prestasinya untuk bisa menjadi cabor andalan. Untuk bisa mewujudkan hal itu, peran pemerintah, KOI dan KOI perlu dibicarakan lagi kedepannya," imbuhnya.
Salah satu cabor yang bisa mulai masuk dalam program andalan tersebut, kata Rita adalah angkat besi.
Dari Olimpiade 2000 hingga olimpiade terakhir, performa lifter Indonesia konsisten, mereka dinilai bisa memberikan hasil yang sama dengan target yang dibebankan, yakni Triyatno membawa pulang medali perak setelah empat tahun sebelumnya hanya menghasilkan perunggu.
Sedangkan Eko Yuli Irawan berhasil mempertahankan medali perunggunya dari penampilan keduanya di ajang olimpiade.
"Karena itu program ini harus secepatnya dimulai, karena pada akhir tahun depan saja, kita sudah menghadapi kualifikasi Olimpiade Rio. Bahkan angkat besi pun sudah bersiap. Mereka masuk dalam program "Gold for Rio" yang telah dipersiapkan oleh federasi internasional angkat besi, karena dianggap paling konsisten dan potensial untuk merebut emas. Ini adalah kesempatan yang bagus," kata Rita.
Penurunan prestasi di level olimpiade ini sebenarnya bukan hanya dialami oleh Indonesia, namun trennya menurut Rita memang sedang terjadi di Asia Tenggara.
"Terjadi penurunan signifikan dari Olimpiade London, bukan hanya Indonesia tapi ASEAN keseluruhan secara drastis. Ini bisa dilihat dari medali yang diperoleh negara ASEAN, Indonesia yang menurun dari 5 medali 2008 menjadi hanya 3 medali, lalu THA yang kemarin tanpa emas," tuturnya.
Hal ini juga yang menurutnya, membuat Olimpis Council Asia (OCA) terbangun, karena dalam kurun waktu 3-5 tahun belakangan ada banyak negara-negara Asia khususnya ASEAN yang tidak mendapatkan medali di olimpiade.
"Ini yang kedepannya harus diantisipasi, caranya dengan pembinaan cabang-cabang yang menjadi andalan," ucap Rita menambahkan. (A-161/A-89)***
Untuk perbaikan prestasi itu maka, Komite Olimpiade Indonesia (KOI) akan melakukan langkah-langkah antisipasi dengan cara melakukan pembinaan cabang-cabang yang menjadi andalan.
"Ada beberapa cabang unggulan kita yang memiliki potensi besar prestasi di ajang Olimpiade, seperti bulutangkis, angkat besi, panahan, dan atletik," ujar Ketua KOI Rita Subowo di Kantor KOI, Plaza KOI FX Jakarta.
Hal ini pun diakui Rita diperkuat dengan semakin menurunnya kualitas bulutangkis Indonesia pada Olimpiade kemarin, dimana selain gagal mempertahankan emas, mereka bahkan tidak membawa pulang satu medali pun.
Hasil itu yang menurut Rita bahwa kini tidak bisa lagi Indonesia hanya mengandalkan bulutangkis untuk bisa merebut medali pada multievent terbesar di dunia tersebut.
"Cabang-cabang unggulan tersebut, selain bulutangkis juga, harus ditanganani dengan berbeda dari pada cabang-cabang lainnya yang bukan merupakan unggulan, agar bisa memaksimalkan prestasinya untuk bisa menjadi cabor andalan. Untuk bisa mewujudkan hal itu, peran pemerintah, KOI dan KOI perlu dibicarakan lagi kedepannya," imbuhnya.
Salah satu cabor yang bisa mulai masuk dalam program andalan tersebut, kata Rita adalah angkat besi.
Dari Olimpiade 2000 hingga olimpiade terakhir, performa lifter Indonesia konsisten, mereka dinilai bisa memberikan hasil yang sama dengan target yang dibebankan, yakni Triyatno membawa pulang medali perak setelah empat tahun sebelumnya hanya menghasilkan perunggu.
Sedangkan Eko Yuli Irawan berhasil mempertahankan medali perunggunya dari penampilan keduanya di ajang olimpiade.
"Karena itu program ini harus secepatnya dimulai, karena pada akhir tahun depan saja, kita sudah menghadapi kualifikasi Olimpiade Rio. Bahkan angkat besi pun sudah bersiap. Mereka masuk dalam program "Gold for Rio" yang telah dipersiapkan oleh federasi internasional angkat besi, karena dianggap paling konsisten dan potensial untuk merebut emas. Ini adalah kesempatan yang bagus," kata Rita.
Penurunan prestasi di level olimpiade ini sebenarnya bukan hanya dialami oleh Indonesia, namun trennya menurut Rita memang sedang terjadi di Asia Tenggara.
"Terjadi penurunan signifikan dari Olimpiade London, bukan hanya Indonesia tapi ASEAN keseluruhan secara drastis. Ini bisa dilihat dari medali yang diperoleh negara ASEAN, Indonesia yang menurun dari 5 medali 2008 menjadi hanya 3 medali, lalu THA yang kemarin tanpa emas," tuturnya.
Hal ini juga yang menurutnya, membuat Olimpis Council Asia (OCA) terbangun, karena dalam kurun waktu 3-5 tahun belakangan ada banyak negara-negara Asia khususnya ASEAN yang tidak mendapatkan medali di olimpiade.
"Ini yang kedepannya harus diantisipasi, caranya dengan pembinaan cabang-cabang yang menjadi andalan," ucap Rita menambahkan. (A-161/A-89)***
Sumber
"Cabor Pemersatu Bangsa" kok sama sekali gak disebut-sebut disini ya?

0
814
Kutip
0
Balasan


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan