
Pada 33 tahun yang lalu, muncul kudeta berdarah di Afghanistan yang merenggut nyawa presiden saat itu, Hafizullah Amin. Kudeta ini membuka jalan bagi invasi pasukan Uni Soviet di Afghanistan, yang berlangsung selama 1979-1989.
Menurut The History Channel, Presiden Amin dibunuh dalam suatu operasi rahasia yang dilancarkan Soviet. Penggantinya adalah Babrak Karmal, yang merupakan antek badan rahasia Soviet, KGB.
Laporan ilmiah berjudul "The Soviet Invasion of Afghanistan in 1979: Failure of Intelligence or of the Policy Process?" yang dimuat di laman Georgetown.edu mengungkapkan bahwa pada malam hari 27 Desember 1979, 700 tentara Soviet yang berpakaian militer Afghanistan - termasuk personel KGB dan pasukan khusus GRU dari Grup Alpha dan Zenith - menduduki kantor pemerintah, militer dan media di Ibukota Kabul.
Mereka, di saat yang bersamaan, juga menyerbu sasaran utama - Istana Kepresidenan Tajbeg. Seperti rencana, Presiden Amin dibunuh dan seluruh gedung pemerintah berhasil dikuasai. Operasi rahasia itu tuntas pada pagi hari 28 Desember 1979.
Di saat yang sama, komando militer Soviet mengumumkan lewat Radio Kabul bahwa Afghanistan telah "dibebaskan" dari pemerintahan Amin. Dia dieksekusi setelah dinyatakan bersalah atas segala kejahatannya oleh Komite Pusat Revolusioner Afghan, yang akhirnya memilih mantan Deputi Perdana Menteri Babrak Karmal sebagai presiden baru.
Bersamaan dengan hari kudeta itu, pasukan darat Soviet pimpinan Jenderal Sergei Sokolov, masuk ke Afghanistan dari sebelah utara. Mulanya, mereka berhasil menguasai Afghanistan dengan mudah.
Namun, beberapa tahun kemudian, pasukan pendudukan Soviet mendapat perlawanan gigih dari gerilyawan Mujahidin. Milisi lokal itu mendapat bantuan logistik, persenjataan, dan dana dari sejumlah negara seteru Soviet, yaitu AS, Inggris, China, dan beberapa negara Islam serta para relawan dari negara-negara lain.
Beratnya medan dan serangan gerilya yang gencar dari milisi Mujahidin membuat Soviet dan pemerintahan bonekanya sulit mengendalikan Afghanistan. Pada April 1988, Soviet menandatangani perjanjian damai dengan Afghanistan, yang memaksa Moskow menarik pasukan dari negara itu.
Beberapa bulan kemudian, pada Februari 1989, pasukan terakhir Soviet ditarik dari Afghanistan. Namun, krisis di Afghanistan berlanjut pada Perang Saudara yang dimenangkan oleh milisi Taliban di akhir dekade 1990an.