- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Catatan Perjalanan OANC
Jelajah Dasar Kaldera TAMBORA
TS
aller
Jelajah Dasar Kaldera TAMBORA
Spoiler for catatan penting sebelum baca:
(sebelum salah paham, perjalanan ini bukan dilakukan oleh TS, TS hanya diminta publish cerita perjalanan teman2 "bangkotan hyperaktif" saja...hahaha...adapun penulis dari cerita ini oleh tante Chika "chiki")
We save our LOVE for ADVENTURE, eating frenzy, play hard and enjoying life
Sumber
Spoiler for the old one:
sedikit kisah perjalanan teman-teman yang mau dibagihkan kepada rekan2 OANCers ( om hansip dan om momod mohon jangan dihapus ya, kalo ada kesalahan mohon dipm dahulu )
let's we start...
Quote:
Setelah tertunda-tunda beberapa waktu lamanya, akhirnya rencana kami untuk mendaki Gunung Tambora, 2851 mdpl di Pulau Sumbawa dapat terealisasi juga. Puncak Tambora dapat dicapai dari beberapa jalur, diantaranya melalui desa Pancasila (jalur yang paling umum dilalui para pendaki), desa Doropeti (jalur yang relatif baru) dan desa Doromboha (biasa disebut jalur off road karena sampai pos 3 dapat dilalui dengan motor trail atau jeep, dari pos 3 ke bibir kaldera ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 2jam)
Rencana awal kami adalah mendaki melalui desa Doropeti kemudian turun via desa Pancasila, namun akibat terlalu lama browsing mengenai letusan Gunung Tambora tahun 1815 yang dinyatakan sebagai letusan terdahsyat yang pernah dicatat dalam sejarah, sampai membentuk kaldera dengan diameter sekitar 7km membuat kami agak terobsesi dengan kaldera. Sebaris kicauan yang kami temukan menginformasikan bahwa kaldera Tambora memang dapat dituruni sampai ke dasarnya menguatkan niat kami untuk menjelajah dasar kaldera Tambora dan menyambangi Doro Afi To’i atau Gunung Api Baru yang terbentuk di dasar kaldera.
Sayangnya 2 nomor ponsel pemandu yang kami peroleh dari rekan-rekan sesama pendaki, yaitu Bang Adun (Dompu) dan Bang Jon (Doropeti) sudah tidak aktif lagi sehingga kami tidak bisa memperoleh detail jalur yang akan kami lalui untuk mencapai kaldera serta perlengkapan yang harus dibawa. Satu-satunya informasi yang kami miliki adalah untuk menemui Pak Harris yang bertugas di Kantor Pengamatan Gunung Tambora yang berada di belakang Puskesmas Pembantu Doropeti.
Spoiler for Menuju ke Doropeti, tibanya di Calabai
Senin, 3 Desember 2012 ::
Jakarta-Denpasar dengan pesawat Air Asia, tiba di Denpasar sekitar pk. 18:00 WITA. Kami sempat mampir di supermarket untuk mengisi perbekalan dan makan malam kemudian langsung diantar oleh kakaknya Otong ke pelabuhan Padang Bai,
Spoiler for Selasa, 4 Desember 2012 ::
Tiba di Padang Bai pk. 23:45, dari pelabuhan Padang Bai menuju pelabuhan Lembar, ferry berangkat setiap 2 jam, kami langsung naik ferry yang berangkat pk. 00:15 dan sampai di Lembar sekitar pk. 05:00 pagi.
Pelabuhan Lembar – Terminal Mandalika, Bertais, Cakranegara, naik angkutan umum dengan biaya Rp.15.000, lama perjalanan sekitar 30menit
Dari terminal Mandalika ke desa Doropeti, naik bus jurusan Calabai/Kadindi. Bus pagi berangkat pk. 10:00 dan bus siang berangkat pk. 15:00 (tidak on time tentunya dan banyak sekali calo di terminal Mandalika sehingga perlu berhati-hati dan jangan terburu-buru membayar bus-nya). Lama perjalanan sekitar 15 jam, ongkosnya Rp.120.000, penumpangnya tidak terlalu penuh tapi bus bolak-balik berhenti menaikkan penumpang dan barang, Barang yang diangkut jumlahnya sangat banyak, termasuk 2 sepeda motor yang diikat di belakang bus, sementara barang-barang lainnya, termasuk carrier kami ditaruh di atas bus
Sore hari kami menyerberang ke Sumbawa melalui pelabuhan Khayangan (Lombok Timur) menuju ke pelabuhan Poto Tano (Sumbawa Barat), lama penyeberangan sekitar 2.5 jam. Dengan menambah Rp.5000 di ferry, bisa masuk ke ruangan VIP, lumayan lah ada matras dan ac, diputarkan film lama Harrison Ford dan kondisi nya cukup bersih
Setibanya di Sumbawa, bus bolak-balik berhenti menurunkan penumpang dan barang, sehingga kondisi di bus mulai sepi, Sekitar pk. 22:00 bus tiba di Cabang Banggo dan mengambil arah ke kiri, menuju Calabai. Kantuk pun mulai menyerang dan kami semua tertidur dengan sangat tidak nyenyak karena kondisi jalan mulai bergelombang dan pak sopir memutar lagu India dengan bersemangat.
Spoiler for Rabu, 5 Desember 2012:
Kami dibangunkan sekitar pk. 03:30, langsung turun dan menerima carrier yang dioper dari atas bus dengan agak bingung dan ngantuk, sekitar kami remang-remang, hanya ada beberapa lampu yang menyala … “Itu puskesmas nya”, kata si abang kenek bus sambil menunjuk ke seberang jalan dan segera kembali melaju meninggalkan kami.
Karena tidak ada yang bisa dihubungi dan hari pun masih gelap, maka kami memutuskan untuk menunggu pagi di teras puskesmas, menggelar beberapa jas hujan, dan menyelesaikan kantuk yang tersisa.
Pk. 06:00, kami terbangun mendengar suara motor, ternyata mbak Ririn yang bertugas di puskesmas mendapat panggilan mendadak dan sangat terkejut melihat kami, setelah berkenalan dan minta ijin, kamipun meneruskan istirahat
Pagi itu, kami menuju ke Kantor Pengamatan Gunung Tambora yang terletak tidak jauh di belakang Puskesmas, dan ditemui Bang Jaya karena Pak Harris sedang tidak ada di tempat. Ternyata Bang Jaya ini urang Bandung, dan seneng ketemu temen satu kampung, jadi setelah kami menyampaikan maksud untuk mendaki Tambora via Doropeti, muncak di puncak Doropeti lalu muncak di puncak Pancasila, kemudian turun ke kaldera, dengan bersemangat beliau mencarikan pemandu, memperlihatkan film tentang ekspedisi ke kaldera Tambora 2009 yang dilakukan oleh Mr, Erik, dan berbagi cerita tentang Tambora.
Ternyata Bang Jon yang diharap-harapkan bisa memandu kami sedang berada di gunung, dua orang pemandu lain yang kami temui juga tidak bisa memandu karena yang satu tidak bisa berbahasa Indonesia dan yang seorang lagi sedang sakit, kedua nya pun tidak bisa diharapkan karena tidak ada yang tahu jalur dari puncak Doropeti ke puncak Pancasila, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang bisa memandu menuruni kaldera.
Bang Jaya sempat pula menghubungi Bang Ipul di KPATA, desa Pancasila, tapi di sana pun tidak ada yang tahu jalur memotong dari Doropeti ke Pancasila apalagi turun ke kaldera.
Beruntung akhirnya Bang Jon bisa dihubungi, namun beliau menolak memandu, karena baru sore nanti beliau akan turun, terlalu capek katanya, lagipula beliau juga tidak tahu jalur turun ke kaldera, tapi kemudian Bang Jon memberitahu bahwa ada kelompok yang pernah mencapai dasar kaldera, yaitu kelompok GAMPPING dari Calabai, namun karena Bang Jaya tidak memiliki kontaknya maka beliau menyarankan untuk naik dari Pancasila dan kembali turun via Pancasila, that’s final … huhuhu … nangis kuciwa deh kitaaaa …..
Kembali ke puskesmas dengan patah hati, kami berkemas untuk kembali naik bus menuju ke Calabai lalu meneruskan ke Pancasila … Saat menunggu bus, kami iseng menghubungi Bang Jon, melalui nomor barunya dan ternyata beliau malah memberikan nomer ponsel seorang anggota GAMPPING yaitu mbak Eci.
Semangat timbul lagi setelah menghubungi mbak Eci, yang menyatakan meskipun belum tentu ada yang bisa memandu kami menuruni kaldera karena sedang ada kegiatan diklat, namun GAMPPING memang pernah mencapai dasar kaldera dan mbak Eci juga berjanji akan menanyakan apakah ada yang bersedia memandu kami.
Bus yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga pk. 12:00, segera kami menaiki bus, membayar ongkos dan tertidur hingga akhirnya bus berhenti. Sialnya meskipun tertera besar di jendela bus tulisan DOMPU-CALABAI, perjalanan bus tidak berakhir di Calabai melainkan di Kedindi! Calabai sudah terlewat sekitar 10km … LOL … untungnya ada seorang bapak yang menawarkan untuk naik mobilnya karena beliau akan kembali ke Dompu, dan ngobrol punya ngobrol ternyata beliau sempat pula kuliah di Universitas Parahyangan, Bandung dan ikut kegiatan MAHITALA … haha … Bandung memang TOB!!
Sampai di Calabai, ponsel tidak mendapatkan signal, sehingga kami tidak bisa melakukan kontak lagi dengan mbak Eci. Kamipun berhenti di lapangan bola, karena nampak sekelompok orang sedang melakukan latihan fisik, dan ternyata memang benar, anggota GAMPPING sedang berkumpul di sana, melaksanakan diklat dan sudah menantikan kami.
Setelah kenalan singkat kami menuju ke sekretariat GAMPPING, 100m dari lapangan bola, di sana kami berbincang dengan Bang Chris, wakil ketua GAMMPING yang merintis jalur menuruni kaldera Tambora sejak tahun 2004 hingga akhirnya berhasil turun sampai ke dasar kaldera tahun 2009. Bang Chris menyatakan mampu memandu kami menuruni kaldera Tambora, tapi karena mereka kurang hafal dengan jalur dari desa Doropeti maka kami harus naik dan turun melalui desa Pancasila, dan tentu saja dengan senang hati kami menyetujuinya.
to be continued....
0
13.1K
Kutip
87
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan