Respon ane sama thread - thread yang kemaren marak nih. Ini bukti bahwa toleransi agama gak pandang ucapan. Sebenernya sih ane positif aja sama thread berkonten larangan mengucapkan larangan hari perayaan, tapi jujur salahnya diucapkan dengan konten yang kurang tepat dan menyinggung persatuan kita. Kenapa gak bahas Hari Valentine aja? Ane rasa akan lebih netral threadnya nanti. Tanpa basa - basi cekidot aja deh bukti klo toleransi beragama di negeri kita masih dasyat badai cetar membahana
Spoiler for Berita Pertama, FPI Kerahkan 200 Personel Bantu Amankan Natal:
Selain aparat kepolisian, TNI dan aparat pemerintah, organisasi masyarakat (ormas) Islam juga ikut mengamankan Natal di Makassar. Salah satunya Front Pembela Islam (FPI) yang menerjunkan 200 personel untuk berpatroli dan ikut berjaga di halaman gereja.
Ketua DPD FPI Sulsel, Habib Muchsin Al Habsi mengatakan, pihaknya membantu aparat keamanan menciptakan situasi aman di Makassar. "Saya ini sementara patroli ke gereja-gereja. Jadi kita terjunkan 200 orang untuk berjaga saat umat kristen menjalankan ibadah," katanya kepada Kompas.com usai mengontrol keamanan di Gereja Immanuel, Jalan Kajolalido, Makassar, Senin (24/12/2012) sore.
Di tempat yang sama, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulselbar Inspektur Jenderal (Irjen) Polisi Mudji Waluyo yang dikonfirmasi Kompas.com saat melakukan pemantaua di gereja-gereja di kota Makassar, Senin (24/12/2012) mengatakan, pihaknya jauh-jauh hari sebelumnya sduah berkoordinasi dengan sejumlah ormas untuk ikut mengamankan Natal dan tahun baru.
"Selain anggota kepolisian, TNI dan instansi pemerintah, ormas seperti Front Pembela Islam (FPI), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Makassar, Pemuda Pancasila (PP) ikut melakukan pengamanan. Sebab untuk menjaga situasi aman, bukan hanya polisi dan TNI saja, melainkan semua unsur, terutama masyarakat," paparnya.
Dia menambahkan, setiap gereja disiagakan tim Penjinak bom (Jibom) untuk mengantisipasi aksi teror saat ibadah berlangsung. Selain itu, setiap gereja dilengkapi dengan kamera CCTV untuk merekam semua aktivitas yang terjadi selama Natal. "Kalau CCTV disiapkan sendiri oleh pihak gereja untuk melakukan pemantauan," tandasnya.
Spoiler for Berita Kedua, Selama Ini, Jemaat Katedral Parkir di Istiqlal:
Tak kurang dari 1.000 jemaat menghadiri Misa Natal di Gereja Katedral, Senin (24/12/2012) malam. Padatnya daerah di luar gereja, menyebabkan jemaat harus memarkir kendaraan mereka di tempat parkir Masjid Istiqlal yang terletak persis di seberang Gereja Katedral. Pengurus Masjid Istiqlal pun tak keberatan dengan hal tersebut.
"Sudah sejak lama ada koordinasi antara pengurus Katedral dan Istiqlal. Mereka juga sudah meminta izin ke kami," kata Mubarok, Ketua Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal saat ditemui, Senin (24/12/2012).
Mubarok menjelaskan, malam Natal bukanlah satu-satunya saat di mana pengunjung Gereja Katedral memarkir kendaraan di Masjid Istiqlal.
"Dulu saat kepala negara Jerman dan Austria berkunjung ke Gereja Katedral pun kita menyambut saat berkunjung ke Istiqlal," jelas Mubarok.
Ia pun meyakini bahwa jamaah yang mengunjungi Masjid Istiqlal tak merasa keberatan dengan keadaan demikian.
"Selama ini belum pernah ada komplain dari jamaah masjid. Yang penting saling pengertian, karena walaupun berbeda, tapi kita semua sudah diikatkan oleh Bhineka Tunggal Ika," jelasnya.
Misa di Gereja Katedral sendiri terbagi menjadi tiga yang berlangsung dari pukul 17.00-22.00 WIB. Hingga berita ini dibuat, lalu lintas di depan Gereja Katedral pun masih terpantau padat, terutama jelang awal dan akhir Misa.
Spoiler for Berita Ketiga, Menteri Agama : Muslim Boleh Ucapkan Natal:
Kaum Muslim di Indonesia boleh mengucapkan "Selamat Natal" kepada kaum Kristiani yang sedang merayakan Natal. Ini bukan untuk ikut ritual agama Kristen atau Katholik, melainkan wujud toleransi kepada umat beragama yang berbeda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Ini (ucapan selamat Natal) boleh, ini bukan ritual. Ini penghargaan atas sesama kaum beragama dan sesama masyarakat Indonesia," kata Menteri Agama, Suryadharma Ali, di Jakarta, Senin (24/12/2012).
Beberapa waktu belakangan ini, mencuat kontoversi seputar wacana ucapan "Selamat Natal" oleh umat Islam kepada umat Kristiani (Protestan atau Katholik). Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amien, misalnya, pernah menyatakan, bahkan ucapan itu dianggap haram. Pendapat ini tidak disetujui sebagian ulama lain karena ucapan itu dinilai sebagai ekspresi toleransi dan tidak akan menganggu keimanan seorang Muslim.
Suryadharma Ali mengungkapkan, pendapat bahwa ucapan "Selamat Natal" adalah haram itu perlu dilihat, apakah pernyataan tersebut sebagai fatwa atas nama lembaga atau pendapat pribadi. Meski ada pendapat semacam itu, sebenarnya arus utama masyarakat Muslim di Indonesia tetap merujuk kepada sikap pemerintah.
"Selama ini pemerintah tidak mempersoalkan ucapan 'Selamat Natal' atau hari raya agama lain. Presiden, wakil presiden, dan menteri agama selalu menghargai perayaan Natal bersama," katanya.
Menurut Suryadharma, ucapan selamat Natal merupakan wujud toleransi yang selama ini kita bangun di Indonesia. "Jadi, ucapan Natal itu boleh. Itu penghargaan atas sesama umat beragama di Indonesia," katanya.
Meski demikian, Menteri Agama juga menghargai atas adanya pendapat yang berbeda. " Kalau ada yang tak setuju (dengan sikap pemerintah), kita hormati juga," katanya.
Dia menjelaskan, dalam hukum Islam, ulama selalu merujuk pada sumber-sumber hukum, yaitu Al Quran, Sunnah, ijma, dan qiyas. Meski rujukan sama, ulama yang memiliki kedalaman ilmu dapat mengkaji masalah dengan pendekatan yang berbeda-beda. Hasilnya juga bisa berbeda.
Luar biasa deh persatuan kita, bukti kalo toleransi agama di Indonesia gak membuat ragu para tokoh - tokoh agama untuk saling membantu