- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Perbatasan Indonesia Terbuka dari Narkotika
TS
TheDarkMomon
Perbatasan Indonesia Terbuka dari Narkotika
Rabu, 19 Desember 2012 | 19:46 WIB
Petugas Bea dan Cukai membuka TV LCD yang digunakan oleh seorang WNI berinisial SN (berkostum oranye) untuk menyelundupkan narkoba jenis methamphetamine (sabu-sabu) di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Yogyakarta, Jalan Laksda Adisucipto, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (15/12/2012). Zat narkoba seberat 1.032 gram tersebut dibawa melalui penerbangan dari Kuala Lumpur, Malaysia, ke Yogyakarta sehari sebelumnya
JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia masih menjadi negara sasaran empuk para pengedar narkotika. Beberapa kasus yang terjadi di tahun 2012 menunjukan hal tersebut.
Di sejumlah wilayah perbatasan nusantara kerap dijadikan kurir sebagai pintu masuknya barang haram itu. Kondisi demikian dibenarkan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Inspektur Jendral Anang Iskandar.
Menurut pria yang dilantik menjadi Kepala BNN pada 11 Desember 2012 lalu itu, terdapat puluhan titik di perbatasan yang menjadi surganya kurir narkotika. Dari titik-titik rawan itu tak seluruhnya dalam pantauan BNN.
"Indonesia itu istilahnya terbuka, tapi dari situ baru ada 68 titik yang berada dibawah pantauan BNN. Kurir yang paling sering tertangkap itu di Jakarta, Medan dan Denpasar," ujar Anang saat berbincang dengan wartawan di ruangan rapat BNN, Rabu (19/12/2012).
Anang juga mengatakan, modus yang digunakan para pengedar narkotika itu terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Bahkan, ada transaksi narkotika di tengah lautan yang dilakukan dengan modus mencari ikan sebagai nelayan. Hal tersebut perlu penanganan khusus.
Sementara terkait kelengkapan peralatan di titik-titik rawan penyelundupan narkotika, misalnya di pelabuhan dan bandar udara, Anang berencana untuk melengkapinya dengan alat-alat pendeteksi narkotika yang lebih canggih.
"Peralatanya kita selalu back up, kita sharing, kalau kurang akan ditambah. Itu dilakukan untuk mencegah narkoba ke Indonesia," tuturnya.
Menanggapi banyaknya pekerjaan rumah BNN, Anang juga mengapresiasi positif kontribusi pemerintah pusat. Tahun 2012/2013, BNN mendapatkan anggaran sekitar 1 triliun untuk mendukung Pemberantasan Pengguna dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Dana itu untuk membiayai upaya mulai dari pencegahan, rehabilitasi dan pemberdayaan masyarakat.
Diketahui, BNN memiliki 119 lembaga yang berada di bawah naungannya. Jumlah tersebut terdiri dari BNP (Badan Narkotika Provinsi) sebanyak 33, BNK (Badan Narkotika Kabupaten) sebanyak 75 dan Satuan Kerja di tubuh BNN.
"Saya rasa cukup. Mudah-mudahan tahun 2013 ada gerakan masif untuk melakukan pencegahan dan P4GN benar terwujud," tegas Anang.
sumber
ayo pak petugas tingkatkan kewaspadaan,
jangan sampai barang tersebut masuk dan merusak negri ini.
Petugas Bea dan Cukai membuka TV LCD yang digunakan oleh seorang WNI berinisial SN (berkostum oranye) untuk menyelundupkan narkoba jenis methamphetamine (sabu-sabu) di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Yogyakarta, Jalan Laksda Adisucipto, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (15/12/2012). Zat narkoba seberat 1.032 gram tersebut dibawa melalui penerbangan dari Kuala Lumpur, Malaysia, ke Yogyakarta sehari sebelumnya
JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia masih menjadi negara sasaran empuk para pengedar narkotika. Beberapa kasus yang terjadi di tahun 2012 menunjukan hal tersebut.
Di sejumlah wilayah perbatasan nusantara kerap dijadikan kurir sebagai pintu masuknya barang haram itu. Kondisi demikian dibenarkan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Inspektur Jendral Anang Iskandar.
Menurut pria yang dilantik menjadi Kepala BNN pada 11 Desember 2012 lalu itu, terdapat puluhan titik di perbatasan yang menjadi surganya kurir narkotika. Dari titik-titik rawan itu tak seluruhnya dalam pantauan BNN.
"Indonesia itu istilahnya terbuka, tapi dari situ baru ada 68 titik yang berada dibawah pantauan BNN. Kurir yang paling sering tertangkap itu di Jakarta, Medan dan Denpasar," ujar Anang saat berbincang dengan wartawan di ruangan rapat BNN, Rabu (19/12/2012).
Anang juga mengatakan, modus yang digunakan para pengedar narkotika itu terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Bahkan, ada transaksi narkotika di tengah lautan yang dilakukan dengan modus mencari ikan sebagai nelayan. Hal tersebut perlu penanganan khusus.
Sementara terkait kelengkapan peralatan di titik-titik rawan penyelundupan narkotika, misalnya di pelabuhan dan bandar udara, Anang berencana untuk melengkapinya dengan alat-alat pendeteksi narkotika yang lebih canggih.
"Peralatanya kita selalu back up, kita sharing, kalau kurang akan ditambah. Itu dilakukan untuk mencegah narkoba ke Indonesia," tuturnya.
Menanggapi banyaknya pekerjaan rumah BNN, Anang juga mengapresiasi positif kontribusi pemerintah pusat. Tahun 2012/2013, BNN mendapatkan anggaran sekitar 1 triliun untuk mendukung Pemberantasan Pengguna dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Dana itu untuk membiayai upaya mulai dari pencegahan, rehabilitasi dan pemberdayaan masyarakat.
Diketahui, BNN memiliki 119 lembaga yang berada di bawah naungannya. Jumlah tersebut terdiri dari BNP (Badan Narkotika Provinsi) sebanyak 33, BNK (Badan Narkotika Kabupaten) sebanyak 75 dan Satuan Kerja di tubuh BNN.
"Saya rasa cukup. Mudah-mudahan tahun 2013 ada gerakan masif untuk melakukan pencegahan dan P4GN benar terwujud," tegas Anang.
sumber
ayo pak petugas tingkatkan kewaspadaan,
jangan sampai barang tersebut masuk dan merusak negri ini.
0
797
0
Komentar yang asik ya
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan