- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Memahami Dunia Anak Autis dan Penyebabnya


TS
dioslz
Memahami Dunia Anak Autis dan Penyebabnya
Spoiler for cekibrot!:
Jakarta, Dunia baru saja dihebohkan penembakan berdarah yang menewaskan 20 anak-anak tak berdosa di Connecticut, AS. Pelakunya adalah seorang pria berusia 20 tahun yang memiliki gangguan autisme. Para ahli lantas angkat bicara bahwa autisme tak ada kaitannya dengan kekerasan. Apakah sebenarnya autis itu?
Secara kasat mata, tak ada yang aneh pada anak autis. Anak autis sekilas memang terlihat seperti anak normal pada umumnya. Tapi jika diamati lebih jauh lagi, barulah ketahuan ada yang berbeda. Anak-anak autis terlihat cuek dibandingkan teman-temannya dan seolah-olah memiliki dunia sendiri.
Autisme merupakan jenis gangguan perkembangan di mana anak seolah-olah mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Meski demikian, bukan berarti semua anak yang terlihat asyik dengan dunianya sendiri merupakan anak autis.
"Autisme merupakan bentuk dari gangguan perkembangan. Istilahnya berasal dari kata auto yang artinya 'sendiri'. Indikasinya adalah anak lebih asik dengan dunianya sendiri. Gangguan ini terdiri dari spektrum yang amat luas. Artinya gangguannya bisa berkisar dari ringan, sedang hingga berat," kata dr Kresno Mulyadi, Sp.KJ, psikiater dari RS Omni Hospital Alam Sutera Jakarta kepada detikHealth seperti ditulis, Rabu (19/12/2012).
Menurut dokter yang akrab dipanggil Kak Kresno ini, ada 5 masalah yang menjadi ciri autisme, yaitu masalah komunikasi, sosialisasi, emosional, perilaku dan persepsi. Anak autis dapat memahami perkataan orang lain, tapi seringkali tidak meresponsnya sehingga kualitas komunikasi yang terjalin tidak optimal.
Karena sejak awal memang sudah terjadi masalah komunikasi, anak autis juga pada gilirannya mengalami masalah sosial. Interaksi yang terjadi antara anak autis dengan orang lain tidak terjalin dengan baik. Adanya masalah emosional ditandai dengan emosi yang labil seperti gampang marah ataupun gampang takut, bahkan pada hal-hal yang secara umum tidak menakutkan.
Masalah perilaku yang menjadi ciri khas autisme adalah kecenderungan untuk melakukan perlaku repetitif atau berulang. Misalnya, mengulang-ulang perkataan atau perilaku yang menurutnya menyenangkan. Bisa juga memutar lagu atau video yang disukai berulang kali.
Masalah persepsi yang muncul adalah anak jadi sangat sensitif indranya. Ada yang merasa sangat bising begitu mendengar suara tertentu, kesakitan saat disentuh bagian tubuh tertentu atau merasa silau saat melihat cahaya. Walau kasusnya cukup banyak, hingga saat ini para ilmuwan masih belum tahu persis apa penyebabnya.
"Belum ditemukan dengan pasti penyebabnya sehingga disebut multi faktor atau bisa disebabkan oleh berbagai hal. Tapi beberapa penelitian ada yang menyebutkan penyebabnya adalah karena faktor neurobiologi," terang Kak Kresno.
Faktor neurobiologi yang mempengaruhi ini terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Menurut Kak Kresno, beberapa hal yang terjadi pada trimester pertama kehamilan dapat mengganggu proses pembentukan dan perkembangan otak janin, terutama area otak yang disebut sisten limbik yang memproses emosi.
Beberapa gangguan tersebut dapat berupa rokok, obat-obatan tertentu, pestisida, juga kandungan logam berat dalam ikan laut seperti merkuri, timbal dan cadmium. Ada juga penelitian yang menjelaskan bahwa pengaruh gen ikut berperan. Faktor usia orang tua yang tua saat terjadi konsepsi juga disebut-sebut memperbesar risiko bayinya mengalami autisme.
Secara kasat mata, tak ada yang aneh pada anak autis. Anak autis sekilas memang terlihat seperti anak normal pada umumnya. Tapi jika diamati lebih jauh lagi, barulah ketahuan ada yang berbeda. Anak-anak autis terlihat cuek dibandingkan teman-temannya dan seolah-olah memiliki dunia sendiri.
Autisme merupakan jenis gangguan perkembangan di mana anak seolah-olah mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Meski demikian, bukan berarti semua anak yang terlihat asyik dengan dunianya sendiri merupakan anak autis.
"Autisme merupakan bentuk dari gangguan perkembangan. Istilahnya berasal dari kata auto yang artinya 'sendiri'. Indikasinya adalah anak lebih asik dengan dunianya sendiri. Gangguan ini terdiri dari spektrum yang amat luas. Artinya gangguannya bisa berkisar dari ringan, sedang hingga berat," kata dr Kresno Mulyadi, Sp.KJ, psikiater dari RS Omni Hospital Alam Sutera Jakarta kepada detikHealth seperti ditulis, Rabu (19/12/2012).
Menurut dokter yang akrab dipanggil Kak Kresno ini, ada 5 masalah yang menjadi ciri autisme, yaitu masalah komunikasi, sosialisasi, emosional, perilaku dan persepsi. Anak autis dapat memahami perkataan orang lain, tapi seringkali tidak meresponsnya sehingga kualitas komunikasi yang terjalin tidak optimal.
Karena sejak awal memang sudah terjadi masalah komunikasi, anak autis juga pada gilirannya mengalami masalah sosial. Interaksi yang terjadi antara anak autis dengan orang lain tidak terjalin dengan baik. Adanya masalah emosional ditandai dengan emosi yang labil seperti gampang marah ataupun gampang takut, bahkan pada hal-hal yang secara umum tidak menakutkan.
Masalah perilaku yang menjadi ciri khas autisme adalah kecenderungan untuk melakukan perlaku repetitif atau berulang. Misalnya, mengulang-ulang perkataan atau perilaku yang menurutnya menyenangkan. Bisa juga memutar lagu atau video yang disukai berulang kali.
Masalah persepsi yang muncul adalah anak jadi sangat sensitif indranya. Ada yang merasa sangat bising begitu mendengar suara tertentu, kesakitan saat disentuh bagian tubuh tertentu atau merasa silau saat melihat cahaya. Walau kasusnya cukup banyak, hingga saat ini para ilmuwan masih belum tahu persis apa penyebabnya.
"Belum ditemukan dengan pasti penyebabnya sehingga disebut multi faktor atau bisa disebabkan oleh berbagai hal. Tapi beberapa penelitian ada yang menyebutkan penyebabnya adalah karena faktor neurobiologi," terang Kak Kresno.
Faktor neurobiologi yang mempengaruhi ini terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Menurut Kak Kresno, beberapa hal yang terjadi pada trimester pertama kehamilan dapat mengganggu proses pembentukan dan perkembangan otak janin, terutama area otak yang disebut sisten limbik yang memproses emosi.
Beberapa gangguan tersebut dapat berupa rokok, obat-obatan tertentu, pestisida, juga kandungan logam berat dalam ikan laut seperti merkuri, timbal dan cadmium. Ada juga penelitian yang menjelaskan bahwa pengaruh gen ikut berperan. Faktor usia orang tua yang tua saat terjadi konsepsi juga disebut-sebut memperbesar risiko bayinya mengalami autisme.
Spoiler for Saran TS:
Saran dari TS untuk penanganan anak autis sih lebih membangun komunikasi dua arah yang efektif gan. biar anak autis bisa lebih melakukan sosialisasi ke lingkungan luar, bukan hanya di lingkungan keluarga. juga dengan cara mengajarkan materi akademik. dan menurut penglihatan ane sampai saat ini sih anak autis lebih baik disekolahin di tempat sekolah umum/biasa bukan sekolah luar biasa. menurut ane sih takut kena di psikisnya gitu loh gan kalo salah mohon dikoreksi ya gan jangan dimarahin hehe

KASKUSER yang baik selalu meninggalkan komeng yang baik pula

Ane juga nerima yang ijo ijo seger dan mateng dari agan yang baik baik, moga moga ada ngasih soalnya kulkas masih kosong gan

Ane ga berharap di


0
2.6K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan