Kaskus

Entertainment

dani99cielersAvatar border
TS
dani99cielers
Dimana Allah (Islam Only)
بِسْمِ اللّهِ الرحْمَنِ الرحِيْ‎

Punten para agan-sis sya seorang nubi mencoba membuat posting, semoga berkenan. Kisah ini tentang seorang pemuda yang menggugah hati Khalifah Umar.


Di Mana Allah

Alkisah, ada seorang pemuda yang
bekerja sebagai penggembala domba.
Jumlah domba yang dia gembalai
berjumlah ratusan ekor. Bertahun-
tahun dia bekerja tanpa pernah
mengeluh meski hasil jerih payahnya
tak seberapa.
Suatu ketika, datang seorang musafir
yang sangat kehausan setelah
menempuh perjalanan jauh. Melihat
ada pengembala domba tersebut,
gembiralah hati musafir itu. Sang
musafir meminta minum kepada si
pemuda penggembala tersebut.
Namun, pemuda itu menjawab bahwa
dirinya tak punya air minum untuk
diberikan kepada si musafir.
Musafir tersebut kemudian memohon
memelas agar diizinkan mengambil air
susu dari seekor domba yang
digembalakan si pemuda itu. Pemuda
tersebut menolak dengan halus.
“Ayolah, saudaraku. Tolonglah aku.
Aku sangat haus. Izinkan aku untuk
memerah dombamu sekadar beberapa
teguk untuk menghilangkan
dahagaku,” ujar sang musafir.
Pemuda itu menjawab, “Domba-
domba ini bukan kepunyaanku, aku
tak berani mengizinkan engkau
sebelum majikanku mengizinkannya.”
Pemuda mengatakan, “Kalau kau mau,
tunggulah di sini sebentar. Kucarikan
telaga dan kuambilkan air untukmu,
saudaraku.” Kemudian, pergilah
pemuda tersebut mencarikan air untuk
sang musafir. Setelah dapat,
diberikannya air itu kepada si musafir.
“Alhamdulillah, segar sekali rasanya,”
kata sang musafir. “Terima kasih
wahai anak muda,” lanjut musafir itu.
Kemudian, mereka sejenak beristirahat
sambil berbagi kisah. Siang semakin
terik. “Mengapa kau tadi tidak ikut
minum,” tanya musafir kepada
pemuda tadi. “Maaf, saya sedang
berpuasa,” jawab si pemuda. Musafir
itu tercengang mendengar pengakuan
pemuda tersebut. “Matahari semakin
tinggi, sedangkan engkau berpuasa?”
tanya musafir itu penuh tanya.
Pemuda itu menjawab, “Aku berharap
kelak mudah-mudahan Allah
menaungi diriku pada saat hari kiamat
nanti. Karena itu, aku berpuasa.”
Rasa kagum dan penasaran membuat
si musafir ingin mengetes keimanan
sang pemuda penggembala tersebut.
Lalu, musafir itu berkata, “Hai anak
muda, bolehkah aku membeli seekor
saja dombamu. Aku lapar, tolonglah
aku.”
“Maaf tuan, aku tidak berani sebelum
mendapat izin dari majikanku,” kata
pemuda itu.
“Ayolah anak muda. Domba yang kau
gembalakan sangat banyak. Tentulah
tuanmu tidak akan mengetahui meski
kau jual seekor saja. Perutku sangat
lapar, tolonglah aku,” rayu musafir
tersebut.
“Aku sungguh ingin menolongmu.
Kalau saja aku memiliki makanan,
tentu akan kuberikan untukmu, tuan.
Tapi, tolong jangan paksa aku untuk
melakukan hal yang tak mungkin aku
lakukan tuan,” ucap pemuda tersebut.
“Tidak akan ada yang tahu hai anak
muda. Kuberikan seribu dirham
untukmu untuk seekor domba saja.
Ayolah. Tidakkah kau kasihan
kepadaku?” kata musafir itu yakin
bahwa pemuda tersebut akan goyah
dengan suap seribu dirham.
Musafir itu terus memaksa si pemuda
untuk menjual seekor dombanya.
Bahkan, musafir itu tambah gusar dan
marah.
Akhirnya, pemuda itu berkata,
“Majikanku bisa saja tidak tahu jikalau
aku menjual seekor dombanya. Sebab,
jumlahnya sangat banyak. Dan
mungkin saja, majikanku tidak akan
menanyakan domba-dombanya. Dia
tidak akan rugi meski aku menjual
seekor di antara domba kepunyaanya.
Tapi, kalau aku berbuat begitu, lalu di
mana Allah? Di mana Allah? Di mana
Allah? Sungguh, aku tak mau di dalam
dagingku tumbuh duri neraka karena
uang yang tidak halal bagiku.”
Pemuda itu menangis karena takut
tergoda berbuat sesuatu yang
dimurkai Allah. Dia menangis karena
kecintaanya kepada Allah.
Musafir tersebut tertegun. “Allahu
akbar!!” musafir itu ikut menangis.
“Katakan padaku wahai anak muda, di
mana majikanmu tinggal. Aku ingin
membeli seekor dombanya,” kata
musafir tersebut.
Setelah mendapat jawaban tentang
tempat tinggal majikan pemuda tadi,
musafir itu memberikan uang seribu
dirham tadi kepada si pemuda.
“Terimalah uang ini untukmu, anakku.
Ini uang halal. Kau pantas
mendapatkan lebih daripada ini.
Hatimu begitu mulia.” Sang musafir
yang tak lain adalah Khalifah Umar bin
Khattab bergegas menuju ke rumah
majikan sang pemuda tadi. Lalu,
ditebuslah pemuda itu dengan
memerdekakannya dari status hamba
sahaya.
Dalam lanjutan perjalanannya, Umar
masih takjub dengan kisah yang baru
dia alami.
Di mana Allah? Inilah kalimat yang
menggetarkan hati Umar. Rasa takut
kepada Allah tidak menggoyahkan
iman seorang pemuda tadi meski
dirayu dengan materi. Duniawi tidak
mampu menyilaukan hati pemuda itu
karena keteguhan iman yang hakiki.


[url = http://lifeofwriting.com/alkisah/ ]
Sumber [/url]
Diubah oleh dani99cielers 19-12-2012 04:54
0
518
-3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan