- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Listrik di Bandara Soekarno-Hatta mati lagi
TS
ortuss
Listrik di Bandara Soekarno-Hatta mati lagi
Quote:
MERDEKA.COM, Untuk ketiga kalinya, sistem kelistrikan Bandara Soekarno-Hatta mati. Hal serupa pernah terjadi pada medio April dan September lalu. Saat itu, administrasi bandara yang dibangun 1977 harus menunda puluhan penerbangan.
Bandara Soekarno-Hatta saat ini menempati peringkat 11 bandara tersibuk di dunia dengan jumlah pergerakan penumpang mencapai 51,5 juta per tahun.
Jika dibandingkan dengan pergerakan pada tahun 2010 yang mencapai 43,6 juta, terjadi pertumbuhan sebesar 19 persen pada 2011. Bahkan, pertumbuhan penumpang anyar mencapai 5 persen per tahun.
Tapi dengan jumlah penumpang yang dilayani tersebut, PT Angkasa Pura dinilai terlambat untuk melakukan pembenahan fasilitas umum dan navigasi kedirgantaraan penerbangan komersil. Contohnya, dengan sistem kelistrikan bandara yang sering mengalami pemadaman.
Padahal, PT Angkasa Pura mengaku sudah memiliki delapan genset untuk jaringan teknik keselamatan penerbangan (radar, tower, transmiter) sebesar 3x850 kiloVolt Ampere (KVA), jaringan prioritas operasional pelayanan di terminal penumpang (check-in, x-ray, bagasi, garbarata, Flight Information Display System) sebesar 3x1600 KVA, serta Terminal 3 sebesar 2x2000 KVA.
Pengamat Penerbangan Alvin Lie menilai pemerintah dan PT Angkasa Pura lalai dalam melakukan pemutakhiran teknologi. Padahal, perkembangan teknologi kebandaraan terus mengalami perubahan yang signifikan.
"Harusnya sejak jauh hari mereka memikirkan investasi dalam bidang ini," katanya pada merdeka.com, Senin (17/12).
Misalnya, kata dia, rencana pembelian dua unit uninterruptible power supply (UPS), guna mendukung pasokan energi listrik ke perangkat komputer, yang baru datang bulan Januari mendatang, sangat terlambat. Seharusnya sistem ini paling tidak diperbarui selama 5 tahun sekali.
"Ini yang tidak dilakukan pengelola," cetusnya.
Dia mengatakan, dengan keuntungan yang sangat tinggi Rp 655 miliar pada 2011, atau naik 17,06 persen dibanding 2010 sebesar Rp 559 miliar, perseroan bisa mengalokasikan pendapatan dari layanan ATC sebesar Rp 100 miliar untuk investasi pada alat navigasi.
"Keuntungan dari navigasi dan pelayanan fasilitas harusnya dipisah, dan keuntungan dari layanan ATC, 100 persen dikembalikan pada investasi alat," ujar Alvin.
Sementara mantan Sekretaris Badan Usaha Milik Negara Said Didu menegaskan terlambatnya investasi di bidang navigasi yang dilakukan pengelola karena kebijakan yang tidak segera dieksekusi oleh pemerintah.
"Saya pikir akibat lambatnya pengambilan keputusan status perusahaan ATC yang tertunda hampir 3 tahun sehingga menghambat investasi," katanya.
Sebelumnya, PT Angkasa Pura II menyebutkan dana yang dibutuhkan untuk tahap awal pengembangan Bandara Soekarno Hatta (hingga 2014) sebesar Rp 7,6 triliun. Perseroan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1,7 triliun untuk meningkatkan daya tampung Terminal I saja. Dari 9 juta pergerakan menjadi 18 juta penumpang setiap tahunnya.
"Pengelola harus memisahkan sistem pelayanan umum dan navigasi penumpang, termasuk dalam investasinya. Saat ini investasi yang dilakukan lebih banyak untuk pengembangan fasilitas layanan penumpang," kata Alvin Lie.
sumber
Seburuk inikah potret bandara internasional di Indonesia ?.Listrik sering padam ,perangkat yang sudah uzur ,fasilitas yang tidak memadai ,dan jumlah personil yang kurang.Semoga pemerintah meningkatkan perhatiaannya pada salah satu media transportasi yang satu ini !
0
948
Kutip
5
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan