bsdzealotAvatar border
TS
bsdzealot
Share Solo Hiking ke Gunung Ramelau Timor Leste
Walaupun sudah tiga tahun di Timor Leste, baru kali ini saya ada kesempatan untuk naik ke gunung tertinggi di Timor Leste, sekaligus gunung tertingi di pulau Timor, yaitu gunung Ramelau, atau Tatamailau (2986mdpl). Gunung Ramelau ini masuk kedalam daftar Country High Point, Ultras of Malay Archipelago, dan spesial Ribu. Dulu ketika Timor Leste masih berada di bawah kerajaan Portugis, Ramelau merupakan gunung tertinggi di kerajaan Portugis.

Menurut sejarah, para imigran dari Afrika, naik ke gunung Ramelau ini, untuk melihat Australia, sebelum menyeberang ke Australia pada 50.000 tahun yang lalu. Karena gunung ini merupakan tempat tertinggi di jalur darat terakhir sebelum ke Australia

Perjalanan solo saya di mulai dari kota Dili, menumpang bis ke arah kota Maubesse, dan turun dipertigaan ke arah Hatubuilico, setelah perkebunan kopi, kemudian menumpang truk kearah desa Hatubuilico, jaraknya 18km dari pertigaan jalan besar. Angkutan di sini sangat susah, sehingga saya harus jalan kaki terlebih dulu kira-kira 1 jam, baru kemudian ada truk pengangkut barang yang lewat.

Spoiler for Menuju Hatobuilico:


Setelah sampai di desa Hatubuilico, saya melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ke depan pintu gerbang. Jaraknya sekitar 3 km dan jalurnya menanjak terus. Kalau pakai mobil 4x4 kita bisa naik mobil dan parkir sampai kedepan pintu gerbang gunung.

Spoiler for Menuju Pintu Gerbang Ramelau:


Jam 4 sore, saya sampai pintu gerbang, saya melapor ke petugas security disitu, dan minta ijin untuk bermalam. Dari petugas security saya dapat informasi, bahwa satu-satunya tempat yang bisa untuk mendirikan tenda adalah di dekat umalulik, yang artinya rumah suci, dan harus di samping umalulik, tidak boleh didepannya. Karena saya tidak tahu apa yang di maksud, saya hanya mengingat-ingat informasi tersebut, tanpa tahu apa maksudnya. Nanti setelah sampai, baru saya tahu maksudnya.

Spoiler for Pintu Gerbang Ramelau:


Spoiler for Jalan Tangga untuk Peziarah:


Treknya benar-benar menantang, 4-5 jam perjalanan, terus menanjak tanpa ada dataran untuk beristirahat. Bahkan pada saat berhenti sejenak, saya beristirahat di jalan yang menanjak, dan hanya selebar 1-2 meter. Ditambah lagi pada saat naik, kabut sudah turun dan hari sudah mulai gelap.

Spoiler for Kondisi Jalan:


Spoiler for Gerbang Umalulik, pelana Ramelau:


Akhirnya jam 8 malam saya sampai di umalulik, yang ternyata adalah sebuah kapel atau gereja kecil, yang berada di pelana gunung Ramelau, dan saya baru tahu apa yang dimaksud petugas security tadi. Karena memang didepan umalulik ini terdapat bangku-2 panjang layaknya gereja, dan saya hanya di dijinkan mendirikan tenda di samping umalulik. Karena memang tidak lucu kalau kita mendirikan tenda di area bangku tersebut, bangun pagi keluar dari tenda, pas ada orang beribadah disitu. emoticon-Big Grin

Spoiler for Umalulik:


Spoiler for Tempat tenda:


Dari pelana gunung, atau umalulik, puncak ramelau hanya berjarak 30 menit, ini saya ketahui setelah pagi hari, dan kabut hilang.

Spoiler for Puncak Ramelau dan Jalan ke Puncak dari pelana:


Suhu udara sangat dingin, thermometer menunjukan angka 9 derajat celcius pada jam 2 pagi. Bahkan menurut beberapa informasi, pada musim kemarau, di pagi hari suhu udara mencapai minus 2, tanaman-tanaman di sekitar puncak Ramelau sering diselimuti es tipis, sehingga puncaknya memutih seperti bersalju.

Spoiler for Puncak Ramelau:


Spoiler for Test Panorama dari kamera HP:


Gunung Ramelau ini adalah tempat ziarah umat katolik Timor Leste, biasanya mereka berziarah pada bulan Oktober. Di puncak Ramelau terdapat patung Bunda Maria, patungnya berasal dari Itali, dan di dirikan pada tahun 1997, ketika Timor Leste masih termasuk propinsi Indonesia.

Para peziarah biasanya menggunakan mobil, singgah sebentar di area peristirahatan yang ada di depan pintu gerbang. Mereka biasanya naik gunung hanya membawa air mineral dan makanan kecil, bahkan kadang-kadang mereka berpuasa. Untuk yang ingin camping di atas, jadi tantangan tersendiri, membawa perlengkapan dan logistik, lewat jalur yang menanjak terus dan monoton selama 4-5 jam.

Diatas tidak ada sumber air, satu-satunya tempat untuk mengisi air adalah di pintu gerbang. Airnya dari mata air gunung, tapi anehnya rasanya agak asin, jadilah waktu di atas, kopi saya rasanya gurih. hehehe.

Perjalanan turun juga harus berhati-hati, membawa beban di ransel, jalan menurun terus dan licin, karena hujan. Saya berjalan pelan, dan membutuhkan waktu 3 jam untuk turun. Sesampainya di Hatubuilico, saya harus menunggu truk yang berjalan ke arah Maubesse, atau ke pertigaan jalan besar, setelah itu kembali naik bis ke arah kota Dili.
0
19.1K
66
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan