kakSUS.the.RI.1Avatar border
TS
kakSUS.the.RI.1
Beberapa pendapat yang mempengaruhi gagalnya “G-30-S” dipandang dari sudut militer
awas, dokumen djadoel, jika ada yang ga faham, harap tanya ke agan wongdjadoel dari BP emoticon-Ngakak







BEBERAPA PENDAPAT JANG MEMPENGARUHI
GAGALNJA “G-30-S” DIPANDANG DARI SUDUT MILITER


Dokumen ini merupakan bagian dari berkas rekaman persidangan
Mahmilub untuk Supardjo pada 1967.
Petugas-petugas militer memperoleh
salinan dari dokumen asli mungkin ketika mereka menangkap
Supardjo pada Januari 1967 atau ketika mereka menyita dokumendokumen
yang diselundupkan ke dalam penjara. Anggota staf Mahmilub
menyalin dari aslinya dengan mengetik. Satu orang yang membaca
dokumen asli pada akhir 1960-an saat berada di dalam penjara bersama
Supardjo adalah Heru Atmodjo.














Motto: Dalam kalah terkandung unsur2 menang!
(Falsafah “Satu petjah djadi dua.”)



Kawan pimpinan,

Kami berada di “Gerakan 30 September” selama satu hari
sebelum peristiwa, “pada waktu peristiwa berlangsung” dan “satu hari
setelah peristiwa berlangsung.” Dibanding dengan seluruh persiapan,
waktu jang kami alami adalah sangat sedikit. Walaupun jang kami
ketahui adalah hanja pengalaman selama tiga hari sadja, namun adalah
pengalaman saat2 jang sangat menentukan. Saat2 dimana bedil mulai
berbitjara dan persoalan2 militer dapat menentukan kalah menangnja
aksi2 selandjutnja. Dengan ini kami sampaikan beberapa pendapat,
dipandang dari sudut militer tentang kekeliruan2 jang telah dilakukan,
guna melengkapi bahan2 analisa setjara menjeluruh oleh pimpinan
dalam rangka menelaah peristiwa “G-30-S.

Tjara menguraikannja mula2 kami utarakan fakta2 peristiwa
jang kami lihat dan alami, kemudian kami sampaikan pendapat kami
atas fakta2 tersebut.



Fakta2 pada malam pertama sebelum aksi dimulai:


1. Kami djumpai kawan2 kelompok pimpinan militer pada malam
sebelum aksi dimulai, dalam keadaan sangat letih disebabkan kurang
tidur. Misalnja: kawan Untung tiga hari ber-turut2 mengikuti rapat2
Bung Karno di Senajan dalam tugas pengamanan.

2. Waktu laporan2 masuk, tentang pasukan sendiri dari daerah2,
misalnja Bandung, ternjata mereka terpaksa melaporkan siap,
sedangkan keadaan jang sebenarnja belum.

3. Karena tidak ada uraian jang jelas bagaimana aksi itu akan
dilaksanakan maka terdapat kurang kemufakatan tentang gerakan
itu sendiri dikalangan kawan2 perwira di dalam Angkatan Darat.
Sampai ada seorang kawan perwira jang telah ditetapkan duduk dalam
team pimpinan pada saat jang menentukan menjatakan terang2-an
mengundurkan diri.

4. Waktu diteliti kembali ternjata kekuatan jang positip di fi hak kita
hanja satu kompi dari Tjakrabirawa. Pada waktu itu telah timbul keragu2-
an, tetapi ditutup dengan sembojan “apa boleh buat, kita tidak
bisa mundur lagi.”

5. Dengan adanja kawan perwira jang mengundurkan diri, maka
terasa adanja prasangka dari team pimpinan terhadap kawan lain di
dalam kelompok itu. Saran2 dan pertanjaan2 dihubungkan dengan
pengertian tidak kemantapan dari si penanja. Misalnja, bila ada jang
menanjakan bagaimana imbangan kekuatan, maka didjawab dengan
nada jang menekan: “ja, Bung, kalau mau revolusi banjak jang
mundur, tetapi kalau sudah menang, banjak jang mau ikut.” Utjapan2
lain: “kita ber-revolusi pung-pung kita masih muda, kalau sudah tua
buat apa.”

6. Atjara persiapan di L.B. [Lubang Buaya] kelihatan sangat padat,
sampai djauh malam masih belum selesai, mengenai penentuan code2
jang berhubungan dengan pelaksanaan aksi. Penentuan dari peleton2
jang harus menghadapi tiap2 sasaran, tidak dilakukan dengan
teliti. Misalnja, terdjadi bahwa sasaran utama mula2 diserahkan
pelaksanaannja kepada peleton dari pemuda2 jang baru sadja
memegang bedil, kemudian diganti dengan peleton lain dari tentara,
tetapi ini pun bukan pasukan jang setjara mental telah dipersiapkan
untuk tugas-tugas chusus.


Fakta2 pada hari pelaksanaan:


7. Berita pertama jang masuk bahwa Djenderal Nasution telah
disergap, tetapi lari. Kemudian team pimpinan kelihatan agak bingung
dan tidak memberikan perintah2 selandjutnja.

8. Menjusul berita bahwa Djenderal Nasution bergabung dengan
Djenderal Suharto dan Djenderal Umar di Kostrad. Setelah menerima
berita ini pun, pimpinan operasi tidak menarik kesimpulan apa2.


9. Masuk berita lagi bahwa pasukan sendiri dari Jon Djateng dan Jon
Djatim tidak mendapat makanan, kemudian menjusul berita bahwa
Jon Djatim minta makan ke Kostrad. Pendjagaan RRI ditinggalkan
tanpa adanja instruksi.

10. Menurut rentjana, kota Djakarta dibagi dalam tiga sektor, Selatan,
Tengah dan sektor Utara. Tetapi waktu sektor2 itu dihubungi,
semua semua tidak ada di tempat (bersembunji).

11. Suasana kota mendjadi sepi dan lawan selama 12 djam dalam
keadaan panik.

12. Djam 19.00 (malam kedua). Djenderal Nasution-Harto dan
Umar membentuk suatu komando. Mereka sudah memperlihatkan
tanda2 untuk tegenaanval [serangan balik] pada esok harinja.

13. Mendengar berita ini Laksamana Omar Dani mengusulkan
kepada Kw. Untung agar AURI dan pasukan “G-30-S” diintegrasikan
untuk menghadapi tegenaanval Nato cs (Nasution-Harto). Tetapi
tidak didjawab setjara kongkrit. Dalam team pimpinan G-30-S, tidak
memiliki off ensi-geest [semangat menyerang] lagi.

14. Kemudian timbul persoalan ketiga. Ja, ini dengan hadirnja Bung
Karno di Lapangan Halim. Bung Karno kemudian melantjarkan
kegiatan sbb:
a) Memberhentikan gerakan pada kedua belah pihak (dengan
keterangan bila perang saudara berkobar, maka jang untung
Nekolim).
b) Memanggil Kabinet dan Menteri2 Angkatan. Nasution-
Harto dan Umar menolak panggilan tersebut. Djenderal Pranoto
dilarang oleh Nasution untuk memenuhi panggilan Bung
Karno.
c) Menetapkan caretaker bagi pimpinan A.D.







ikut-ikutan erwin.parikesit, bikin terit buku emoticon-Traveller



BERSAMBUNG.........
Diubah oleh kakSUS.the.RI.1 15-12-2012 09:55
0
17.9K
78
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan