- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Diktator Paling Gila Di Era Modern Jilid 2
TS
palang.hitam
Diktator Paling Gila Di Era Modern Jilid 2
nih lanjutan dari Diktator Paling Gila Di Era Modern
Yahya Jammeh adalah Presiden Gambia, sebuah negara kecil di Afrika Barat. Jammeh menggantikan Jawara, presiden yang telah memimpin Gambia sebelumnya selama hampir 30 tahun, yang diturunkan melalui kudeta pada tahun 1994. Jammeh naik ke kursi kepresidenan setelah memenangkan pemilihan umum secara mutlak pada tahun 1996 dan terpilih kembali pada tahun 2001. Pada tahun 2006 sempat diberitakan ada usaha untuk melakukan kudeta terhadap pemerintahan Jammeh, dipimpin oleh Kolonel Ndure Cham namun berhasil digagalkan. Mereka yang terlibat dalam aksi ini berhasil ditangkap dan dihukum, empat orang diantaranya diganjar hukuman penjara seumur hidup. Jammeh kemudian terpilih kembali menjadi presiden pada tahun 2006.
Selama pemerintahannya, ia banyak mengeluarkan aturan, salah satunya adalah larangan terhadap kaum homoseksual yang akan mengakibatkan hukuman penggal kepala bagi siapapun yang diketahui memiliki hubungan sesama jenis, sempat diberitakan terjadi pembunuhan terhadap seluruh kaum homo di negaranya dan ia juga memberikan ultimatum bagi mereka untuk segera meninggalkan Gambia. Pada tahun 2007, ia mengklaim dirinya menemukan obat herbal untuk penyakit AIDS dan asma dan pasien yang menggunakan obat temuannya mengalami peningkatan kondisi kesehatan. Ia juga pernah mengatakan bahwa Gambia memegang peranan penting dalam indutri penerbangan dunia karena penerbangan Atlantik pertama dan penerbangan pertama dari Eropa Timur mendarat di Gambia, selain itu ia mengatakan bahwa awalnya Gambia adalah negara terbesar di Afrika namun pemerintahan Inggris mengubahnya menjadi negara kecil dan menjual sebagian besar negara tersebut kepada Perancis.
Selama pemerintahannya, kebebasan jurnalistik ditekan, hal ini dibuktikan dengan kasus pembunuhan atas Deyda Hydara, editor dari tabloid The Point yang tidak pernah terpecahkan. Ia memaksa para wartawan untuk mengikuti perintah pemerintahan, ia mengatakan radio dan televisi terlalu banyak bicara di negaranya. Pada tahun 2006, Ebrima Manneh, seorang wartawan yang berusaha memberitakan siaran BBC yang mengkritisi, ditangkap dan dipenjarakan atas perinta Jammeh.
Malangnya untuk rakyat Gambia, sampai saat ini, Jammeh masih berkuasa di negara tersebut.
Francisco Macias Nguema adalah Presiden Guinea Ekuatorial, sebuah negara kecil di Afrika Tengah dengan pendapatan kapita yang cukup besar namun tidak terdistribusi dengan rata karena 70% dari rakyatnya masih hidup dibawah garis kemiskinan. Francisco Macias Nguema memimpin negara tersebut dari tahun 1968-1979, sebelumnya ia menjabat sebagai gubernur dari kota Mongomo. Selama pemerintahannya, banyak diberitakan pembunuhan atas lawan politiknya serta pelarangan penggunaan bahasa Spanyol (negara ini sebelumnya merupakan koloni Spanyol).
Sepertiga dari rakyatnya diberitakan melarikan diri ke negara lain selama pemerintahannya. Banyak pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Francisco Macias Nguema, diantaranya menutup semua rumah sakit yang ada berkaitan dengan titel dirinya "Keturunan Dokter Penyihir (Dukun)". Ia melarang penggunaan kata "intelektual" dan melarang orang untuk memancing. Ia mengubah moto negaranya menjadi "Tidak ada Tuhan selain Macias Nguema". Ia juga memerintahkan pembunuhan terhadap Kepala Bank di negaranya serta menyembunyikan seluruh uang negara di rumahnya. Pada hari Natal tahun 1975 ia memerintahkan pembunuhan terhadap 150 lawan politiknya di lapangan sepak bola sambil memutar lagu Mary Hopkins yang berjudul "Those Were the Days".
Ia mengubah undang-undang di negaranya dan menjadikan dirinya sebagai sumber dari seluruh hukum yang ada. Ia mendeklarasikan dirinya sebagai raja seumur hidup. Ia mengeluarkan undang undang baru antara lain, hukuman mati akan diberikan kepada mereka yang dianggap mengancam presiden ataupun pemerintahan, menghina atau melawan pemerintah akan dihukum 30 tahun penjara.
Keditaktorannya berakhir saat keponakannya, Teodoro Obiang Nguema, melakukan kudeta pada bulan Agustus 1979, sang paman melarikan diri bersama pasukan setianya namun berhasil ditangkap di hutan dan dilakukan sidang militer atas dirinya dan diputuskan hukuman tembak mati, yang disebut "101 times" (101 kali penembakan dilakukan sebagai hukuman), 2 orang dari tim pembelanya di persidangan dijatuhi hukuman penjara 30 tahun. Sampai saat ini negara Guinea Ekuatorial yang malang ini masih dipimpin oleh keponakan ditaktor yang bahkan "sedikit" lebih gila daripada pamannya.
Saparmurat Niyazov adalah presiden seumur hidup dari Turkmenistan, sebuah negara di Asia tengah. Niyazov memulai karir politiknya ketika menjadi sekretaris pertama dari Partai Komunis Turkmenistan. Segera setelah negara ini lepas dari Uni Soviet pada tahun 1991, ia memimpin hingga ia meninggal pada tahun 2006 lalu. Ia menamai dirinya sendiri Turkmenbashi, yang artinya "Pemimpin Rakyat Turki". Media luar mengkritiknya sebagai salah satu ditaktor yang paling korup dan represif, sebuah lembaga hak asasi di London pernah memberitakan kekayaan yang dimiliki Niyazov dalam bentuk valuta asing diduga lebih dari 3 juta dolar Amerika tersimpan di bank-bank Belanda dan Jerman.
Salah satu kegilaan sang presiden yang terkenal adalah menamai bulan di kalender dengan namanya dan nama keluarganya. Ia melarang penggunaan rekaman lagu maupun musik dengan alasan akan merusak perkembangan seni musik, ia melarang anjing berkeliaran di Ashgabat, ibukota negara Turkmenistan karena baunya yang tidak enak. Ia memerintahkan pembangunan ring es skating agar mereka yang hidup di gurun dapat belajar dan dapat melakukan es skating. Setelah dirinya berhenti merokok pada tahun 1997 akibat operasi jantung yang dilakukan, ia memberlakukan pelarangan merokok di seluruh tempat umum, termasuk larangan mengunyah tembakau (menyirih) di seluruh kawasan negaranya. Ia juga melakukan pelarangan atas opera, balet dan sirkus di tahun 2001. Seluruh reporter dan pembawa berita wanita di televisi tidak diperbolehkan menggunakan make up karena menurutnya, seluruh wanita di negaranya sudah cantik tanpa make up.
Pada tahun 2004 beredar leaflet di Ashgabat yang berisi ajakan penggulingan dan sidang terhadap Niyazov, para pejabat tidak berhasil menghentikan kampanye tersebut sehingga Niyazov memecat Perdana Menteri Internal dan Direktur Kepolisian melalui siaran televisi nasional. Setelah itu, ia memerintahkan pemasangan kamera pengawas (CCTV) di jalan-jalan utama ibukota negara.
Keditaktorannya berakhir pada bulan Desember 2006, televisi nasional mengumumkan kematian sang presiden akibat serangan jantung. Ia dimakamkan di makam keluarga yang telah disiapkan di kota kelahirannya, sekitar 7 km dari ibukota negara.
Francois Duvalier atau dikenal dengan nama Papa Doc adalah presiden seumur hidup yang berkuasa di Haiti dari tahun 1957-1971. Ia berhasil memenangkan pemilu pada tahun 1956 melawan Louis Déjoie, dengan mengusung kerakyatan Afro-Haiti karena lawan politiknya merupakan keturunan campuran.
Setelah diambil sumpah kepresidenan pada bulan Oktober 1957, ia melakukan penyesuaian terhadap undang-undang. Salah satunya adalah UU yang melarang pemilihan kembali presiden yang berkuasa, ia ubah sehingga ia dapat terpilih kembali menjadi presiden bahkan menjadi kandidat tunggal. Ia pernah mengalami serangan jantung, yang mengakibatkannya harus beristirahat total sehingga ia menyerahkan pemerintahannya sementara kepada Clement Barbot, kepala grup paramiliter. Setelah pulih, ia menuduh Barbot berusaha untuk mengambil alih kuasa dari dirinya. Saat Barbot berusaha menggulingkan dirinya, ia memerintahkan pencarian besar-besaran atas diri Barbot namun Barbot tidak dapat ditemukan. Duvalier percaya bahwa Barbot telah berubah menjadi anjing hitam sehingga ia memerintahkan pembunuhan atas semua anjing hitam di Haiti. Ketika akhirnya Barbot dapat ditemukan dan di tembak mati, Duvalier menyimpan kepalanya untuk Voodoo.
Selama pemerintahannya, ia sering menyalahgunakan bantuan luar negeri dengan menyimpannya dalam rekening bank pribadi, melakukan penekanan terhadap kaum elit keturunan campuran, mendominasi bisnis-bisnis negara untuk memperkaya diri sendiri dan pendukungnya. Para profesional seperti dokter, guru, ilmuwan banyak yang melarikan diri dari Haiti sehingga negara tersebut mengalami kekurangan atas tenaga dokter dan guru sehingga kondisi negara tersebut sering disebut "brain drain" (pengeringan otak/intelektual). Pertanian dikuasai oleh kaum militer, rakyat yang dipekerjakan untuk mengolah lahan pertanian tidak dibayar sehingga tingkat kejahatan di Haiti tergolong tinggi karena rakyat banyak mengalami kelaparan dan malnutrisi.
Keditaktorannya berakhir setelah sang presiden meninggal dunia diawal tahun 1971 dan digantikan oleh putranya, Jean-Claude Duvalier, yang disebut juga dengan Baby Doc.
Spoiler for Yahya Jammeh:
Yahya Jammeh adalah Presiden Gambia, sebuah negara kecil di Afrika Barat. Jammeh menggantikan Jawara, presiden yang telah memimpin Gambia sebelumnya selama hampir 30 tahun, yang diturunkan melalui kudeta pada tahun 1994. Jammeh naik ke kursi kepresidenan setelah memenangkan pemilihan umum secara mutlak pada tahun 1996 dan terpilih kembali pada tahun 2001. Pada tahun 2006 sempat diberitakan ada usaha untuk melakukan kudeta terhadap pemerintahan Jammeh, dipimpin oleh Kolonel Ndure Cham namun berhasil digagalkan. Mereka yang terlibat dalam aksi ini berhasil ditangkap dan dihukum, empat orang diantaranya diganjar hukuman penjara seumur hidup. Jammeh kemudian terpilih kembali menjadi presiden pada tahun 2006.
Selama pemerintahannya, ia banyak mengeluarkan aturan, salah satunya adalah larangan terhadap kaum homoseksual yang akan mengakibatkan hukuman penggal kepala bagi siapapun yang diketahui memiliki hubungan sesama jenis, sempat diberitakan terjadi pembunuhan terhadap seluruh kaum homo di negaranya dan ia juga memberikan ultimatum bagi mereka untuk segera meninggalkan Gambia. Pada tahun 2007, ia mengklaim dirinya menemukan obat herbal untuk penyakit AIDS dan asma dan pasien yang menggunakan obat temuannya mengalami peningkatan kondisi kesehatan. Ia juga pernah mengatakan bahwa Gambia memegang peranan penting dalam indutri penerbangan dunia karena penerbangan Atlantik pertama dan penerbangan pertama dari Eropa Timur mendarat di Gambia, selain itu ia mengatakan bahwa awalnya Gambia adalah negara terbesar di Afrika namun pemerintahan Inggris mengubahnya menjadi negara kecil dan menjual sebagian besar negara tersebut kepada Perancis.
Selama pemerintahannya, kebebasan jurnalistik ditekan, hal ini dibuktikan dengan kasus pembunuhan atas Deyda Hydara, editor dari tabloid The Point yang tidak pernah terpecahkan. Ia memaksa para wartawan untuk mengikuti perintah pemerintahan, ia mengatakan radio dan televisi terlalu banyak bicara di negaranya. Pada tahun 2006, Ebrima Manneh, seorang wartawan yang berusaha memberitakan siaran BBC yang mengkritisi, ditangkap dan dipenjarakan atas perinta Jammeh.
Malangnya untuk rakyat Gambia, sampai saat ini, Jammeh masih berkuasa di negara tersebut.
Spoiler for Francisco Macias Nguema:
Francisco Macias Nguema adalah Presiden Guinea Ekuatorial, sebuah negara kecil di Afrika Tengah dengan pendapatan kapita yang cukup besar namun tidak terdistribusi dengan rata karena 70% dari rakyatnya masih hidup dibawah garis kemiskinan. Francisco Macias Nguema memimpin negara tersebut dari tahun 1968-1979, sebelumnya ia menjabat sebagai gubernur dari kota Mongomo. Selama pemerintahannya, banyak diberitakan pembunuhan atas lawan politiknya serta pelarangan penggunaan bahasa Spanyol (negara ini sebelumnya merupakan koloni Spanyol).
Sepertiga dari rakyatnya diberitakan melarikan diri ke negara lain selama pemerintahannya. Banyak pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Francisco Macias Nguema, diantaranya menutup semua rumah sakit yang ada berkaitan dengan titel dirinya "Keturunan Dokter Penyihir (Dukun)". Ia melarang penggunaan kata "intelektual" dan melarang orang untuk memancing. Ia mengubah moto negaranya menjadi "Tidak ada Tuhan selain Macias Nguema". Ia juga memerintahkan pembunuhan terhadap Kepala Bank di negaranya serta menyembunyikan seluruh uang negara di rumahnya. Pada hari Natal tahun 1975 ia memerintahkan pembunuhan terhadap 150 lawan politiknya di lapangan sepak bola sambil memutar lagu Mary Hopkins yang berjudul "Those Were the Days".
Ia mengubah undang-undang di negaranya dan menjadikan dirinya sebagai sumber dari seluruh hukum yang ada. Ia mendeklarasikan dirinya sebagai raja seumur hidup. Ia mengeluarkan undang undang baru antara lain, hukuman mati akan diberikan kepada mereka yang dianggap mengancam presiden ataupun pemerintahan, menghina atau melawan pemerintah akan dihukum 30 tahun penjara.
Keditaktorannya berakhir saat keponakannya, Teodoro Obiang Nguema, melakukan kudeta pada bulan Agustus 1979, sang paman melarikan diri bersama pasukan setianya namun berhasil ditangkap di hutan dan dilakukan sidang militer atas dirinya dan diputuskan hukuman tembak mati, yang disebut "101 times" (101 kali penembakan dilakukan sebagai hukuman), 2 orang dari tim pembelanya di persidangan dijatuhi hukuman penjara 30 tahun. Sampai saat ini negara Guinea Ekuatorial yang malang ini masih dipimpin oleh keponakan ditaktor yang bahkan "sedikit" lebih gila daripada pamannya.
Spoiler for Saparmurat Niyazov:
Saparmurat Niyazov adalah presiden seumur hidup dari Turkmenistan, sebuah negara di Asia tengah. Niyazov memulai karir politiknya ketika menjadi sekretaris pertama dari Partai Komunis Turkmenistan. Segera setelah negara ini lepas dari Uni Soviet pada tahun 1991, ia memimpin hingga ia meninggal pada tahun 2006 lalu. Ia menamai dirinya sendiri Turkmenbashi, yang artinya "Pemimpin Rakyat Turki". Media luar mengkritiknya sebagai salah satu ditaktor yang paling korup dan represif, sebuah lembaga hak asasi di London pernah memberitakan kekayaan yang dimiliki Niyazov dalam bentuk valuta asing diduga lebih dari 3 juta dolar Amerika tersimpan di bank-bank Belanda dan Jerman.
Salah satu kegilaan sang presiden yang terkenal adalah menamai bulan di kalender dengan namanya dan nama keluarganya. Ia melarang penggunaan rekaman lagu maupun musik dengan alasan akan merusak perkembangan seni musik, ia melarang anjing berkeliaran di Ashgabat, ibukota negara Turkmenistan karena baunya yang tidak enak. Ia memerintahkan pembangunan ring es skating agar mereka yang hidup di gurun dapat belajar dan dapat melakukan es skating. Setelah dirinya berhenti merokok pada tahun 1997 akibat operasi jantung yang dilakukan, ia memberlakukan pelarangan merokok di seluruh tempat umum, termasuk larangan mengunyah tembakau (menyirih) di seluruh kawasan negaranya. Ia juga melakukan pelarangan atas opera, balet dan sirkus di tahun 2001. Seluruh reporter dan pembawa berita wanita di televisi tidak diperbolehkan menggunakan make up karena menurutnya, seluruh wanita di negaranya sudah cantik tanpa make up.
Pada tahun 2004 beredar leaflet di Ashgabat yang berisi ajakan penggulingan dan sidang terhadap Niyazov, para pejabat tidak berhasil menghentikan kampanye tersebut sehingga Niyazov memecat Perdana Menteri Internal dan Direktur Kepolisian melalui siaran televisi nasional. Setelah itu, ia memerintahkan pemasangan kamera pengawas (CCTV) di jalan-jalan utama ibukota negara.
Keditaktorannya berakhir pada bulan Desember 2006, televisi nasional mengumumkan kematian sang presiden akibat serangan jantung. Ia dimakamkan di makam keluarga yang telah disiapkan di kota kelahirannya, sekitar 7 km dari ibukota negara.
Spoiler for Francois Duvalier:
Francois Duvalier atau dikenal dengan nama Papa Doc adalah presiden seumur hidup yang berkuasa di Haiti dari tahun 1957-1971. Ia berhasil memenangkan pemilu pada tahun 1956 melawan Louis Déjoie, dengan mengusung kerakyatan Afro-Haiti karena lawan politiknya merupakan keturunan campuran.
Setelah diambil sumpah kepresidenan pada bulan Oktober 1957, ia melakukan penyesuaian terhadap undang-undang. Salah satunya adalah UU yang melarang pemilihan kembali presiden yang berkuasa, ia ubah sehingga ia dapat terpilih kembali menjadi presiden bahkan menjadi kandidat tunggal. Ia pernah mengalami serangan jantung, yang mengakibatkannya harus beristirahat total sehingga ia menyerahkan pemerintahannya sementara kepada Clement Barbot, kepala grup paramiliter. Setelah pulih, ia menuduh Barbot berusaha untuk mengambil alih kuasa dari dirinya. Saat Barbot berusaha menggulingkan dirinya, ia memerintahkan pencarian besar-besaran atas diri Barbot namun Barbot tidak dapat ditemukan. Duvalier percaya bahwa Barbot telah berubah menjadi anjing hitam sehingga ia memerintahkan pembunuhan atas semua anjing hitam di Haiti. Ketika akhirnya Barbot dapat ditemukan dan di tembak mati, Duvalier menyimpan kepalanya untuk Voodoo.
Selama pemerintahannya, ia sering menyalahgunakan bantuan luar negeri dengan menyimpannya dalam rekening bank pribadi, melakukan penekanan terhadap kaum elit keturunan campuran, mendominasi bisnis-bisnis negara untuk memperkaya diri sendiri dan pendukungnya. Para profesional seperti dokter, guru, ilmuwan banyak yang melarikan diri dari Haiti sehingga negara tersebut mengalami kekurangan atas tenaga dokter dan guru sehingga kondisi negara tersebut sering disebut "brain drain" (pengeringan otak/intelektual). Pertanian dikuasai oleh kaum militer, rakyat yang dipekerjakan untuk mengolah lahan pertanian tidak dibayar sehingga tingkat kejahatan di Haiti tergolong tinggi karena rakyat banyak mengalami kelaparan dan malnutrisi.
Keditaktorannya berakhir setelah sang presiden meninggal dunia diawal tahun 1971 dan digantikan oleh putranya, Jean-Claude Duvalier, yang disebut juga dengan Baby Doc.
0
2.1K
Kutip
5
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan