Kaskus

Entertainment

suryapranaAvatar border
TS
suryaprana
Warga Perbatasan Ingin Jadi Penduduk Malaysia
Warga Perbatasan Ingin
Jadi Penduduk Malaysia

Metrotvnews.com, Putussibau: Warga
di perbatasan Indonesia dan Malaysia
berhasrat pindah kewarganegaraan. Itu
lantaran kesenjangan kesejahteraan dan
pembangunan di wilayah perbatasan,
tepatnya di Kabupaten Kapuas Hulu,
Kalimantan Barat.

"Kalau disuruh memilih, saya lebih baik
menjadi warga negara Malaysia," kata
Silvester Rommy (37), warga Putussibau,
Kabupaten Kapuas Hulu, Jumat (4/5).
Rommy berasal dari Desa Kusaujung Giling
Manik, Kecamatan Embaloh Hulu, Kapuas
Hulu. Desa itu berbatasan dengan wilayah
Lubuk Antu, Serawak, Malaysia.

Keinginan serupa juga sering diutarakan
warga perbatasan Indonesia-Malaysia di
Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten
Sintang. Jika boleh memilih, mereka ingin
berpindah ke warganegaraan atau
bergabung dengan Malaysia.

"Kita lebih bagus pindah atau bergabung
saja dengan Malaysia. Ucapan itu sering
saya dengar dari penduduk di sini,"
ungkap Pandi (33), warga Kecamatan
Ketungau Tengah..

Keinginan untuk berpindah
kewarganegaraan atau bergabung dengan
Malaysia merupakan ungkapan rasa
frustasi warga. Mereka cemburu karena
tempat tinggal mereka jauh tertinggal jika
dibandingkan dengan wilayah perbatasan
di Malaysia.

Warga Indonesia hanya bisa termenung
sambil mengumpat dalam hati saat
menyaksikan jalan lebar dan berasal
mulus di perkampungan Malaysia. Kondisi
itu berbeda jauh dengan kualitas jalan ke
kampung mereka.

Jalan sepanjang 90 kilometer menuju
perbatasan Indonesia-Malaysia di Sintang,
rusak parah. Di musim penghujan, jalan
berubah menjadi kubangan lumpur.
Selain itu, aliran listrik di Ketungau Tengah
baru menyala saat menjelang malam.
Sedangkan listrik di wilayah tetangga
mereka di Malaysia menyala sepanjang
hari.

Menurut Pandi, perhatian pemerintah
Malaysia terhadap pembangunan di
bidang kesehatan juga cukup besar.
Mereka menggratiskan biaya pengobatan
dan pelayanan di rumah sakit untuk warga
Malaysia.

"Paling hanya membayar formulir sekitar
1 Ringgit (sekitar Rp2.800), setelah itu
semuanya gratis," jelas mantan tenaga
kerja Indonesia (TKI) di Malaysia tersebut.
Kondisi infrastruktur dasar yang buruk
menyebabkan warga di perbatasan
Indonesia sangat bergantung pada
Malaysia. Sebagian besar kebutuhan
pokok mereka dipasok dari Serawak.

"Warga desa saya juga banyak yang
bekerja di Malaysia karena gajinya besar.
Upah tukang bangunan di sana bisa
mencapai 50 ringgit (Rp140 ribu) sehari,
kalau di sini paling tinggi Rp70 ribu
sehari," ungkap Rommy. (MI/RRN
0
2.8K
10
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan