- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
DPR Mau Meluruskan Stigma Negatif Atau Jelekin Diri Sendiri?
TS
lycantrophs
DPR Mau Meluruskan Stigma Negatif Atau Jelekin Diri Sendiri?
Quote:
Stigma negatif belakangan ini menyandera Dewan Perwakilan Rakyat akibat ulah segelintir oknum anggota Dewan. Korupsi, kemalasan, dan penyimpangan lainnya yang dilakukan oknum anggota Dewan telah merusak institusi DPR.
Akhirnya, publik mempertanyakan wakil rakyatnya. Hal itu terlihat dari kunjungan rombongan pelajar SMA Santa Ursula Jakarta. Mereka diterima oleh dua politisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari dan Indah Kurnia, di ruang rapat Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (12/12/2012).
Para pelajar mempertanyakan berbagai hal mengenai pemberitaan negatif DPR selama ini. Kesempatan itu dipakai keduanya untuk meluruskan stigma negatif. Indah mengatakan, tak semua anggota Dewan buruk. Selama ini, media lebih tertarik kepada berita negatif anggota. Kabar miring anggota terus "digoreng". Adapun kinerja positif anggota selama ini terabaikan.
Indah mengakui masih adanya kemalasan anggota menghadiri rapat paripurna maupun komisi. Dari sekitar 50 anggota di komisi, pengamatan dia, hanya 50 persen yang rajin hadir. Memang terkadang rapat penuh. Namun, mereka yang hadir tidak semuanya berbicara.
"Dari 50 persen yang hadir itu, yang rajin bertanya, berbicara itu 50 persen. Dari yang berbicara, yang berisinya, ada kontennya kira-kira 50 persennya. Kasihan mereka yang aktif hadir mendapat stigma yang sama dengan mereka yang mencuri untuk keserakahan," kata Indah.
Indah sempat curhat politik uang yang dilakukan anggota Dewan. Dia bercerita, konsituen pernah mempertanyakan mengapa dirinya tidak membawa dana Rp 250 juta seperti yang dilakukan anggota Dewan lain.
"Saya tidak melakukan politik uang karena di DPR tidak ada anggaran seperti sinteklas. Kami buat undang-undang, kami awasi kebijakan yang dibuat pemerintah. Tidak ada DPR bawa duit ke dapil (daerah pemilihan) masing-masing," ucap politisi dari dapil Surabaya-Sidoarjo itu.
Tak hanya soal korupsi maupun kemalasan. Pelajar juga meminta "tips" memilih calon anggota Dewan agar tak memilih kucing dalam karung. Indah berpendapat, sebaiknya memilih calon yang tak muluk dan tak realistis ketika memberi janji. Jangan dipilih juga mereka yang baru muncul ketika masa kampanye. "Jangan tiba-tiba percaya janji," ucapnya.
Menurut Eva, kunci masa depan Parlemen ada di tangan pemilih. Rakyat jangan hanya mengkritik, namun juga harus tepat memilih wakil rakyatnya. Pendapat Eva, rakyat jangan hanya memilih karena populer. Harus dilihat karakter, komitmen, dan kompetensi calon.
Kepada 80-an pelajar, Eva menyoroti pembentukan karakter generasi muda di sekolah. Dia menyayangkan masih adanya sekolah yang memberikan toleransi perilaku tidak jujur. Bahkan, ada yang mengajarkan tidak jujur. Contohnya, membiarkan atau menyarankan untuk berbagi jawaban ketika ujian akhir. Padahal, dasar dari korupsi adalah ketidakjujuran.
Eva meminta generasi muda untuk tidak pesimistis terhadap situasi saat ini. Anggota Badan Akuntabilitas Keuangan Negara DPR itu melihat sudah ada perlawanan dari banyak pihak untuk memperbaiki negara. Masyarakat juga semakin cerdas menilai wakil rakyatnya. Dengan demikian, caleg dituntut berkualitas.
Akhirnya, publik mempertanyakan wakil rakyatnya. Hal itu terlihat dari kunjungan rombongan pelajar SMA Santa Ursula Jakarta. Mereka diterima oleh dua politisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari dan Indah Kurnia, di ruang rapat Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (12/12/2012).
Para pelajar mempertanyakan berbagai hal mengenai pemberitaan negatif DPR selama ini. Kesempatan itu dipakai keduanya untuk meluruskan stigma negatif. Indah mengatakan, tak semua anggota Dewan buruk. Selama ini, media lebih tertarik kepada berita negatif anggota. Kabar miring anggota terus "digoreng". Adapun kinerja positif anggota selama ini terabaikan.
Indah mengakui masih adanya kemalasan anggota menghadiri rapat paripurna maupun komisi. Dari sekitar 50 anggota di komisi, pengamatan dia, hanya 50 persen yang rajin hadir. Memang terkadang rapat penuh. Namun, mereka yang hadir tidak semuanya berbicara.
"Dari 50 persen yang hadir itu, yang rajin bertanya, berbicara itu 50 persen. Dari yang berbicara, yang berisinya, ada kontennya kira-kira 50 persennya. Kasihan mereka yang aktif hadir mendapat stigma yang sama dengan mereka yang mencuri untuk keserakahan," kata Indah.
Indah sempat curhat politik uang yang dilakukan anggota Dewan. Dia bercerita, konsituen pernah mempertanyakan mengapa dirinya tidak membawa dana Rp 250 juta seperti yang dilakukan anggota Dewan lain.
"Saya tidak melakukan politik uang karena di DPR tidak ada anggaran seperti sinteklas. Kami buat undang-undang, kami awasi kebijakan yang dibuat pemerintah. Tidak ada DPR bawa duit ke dapil (daerah pemilihan) masing-masing," ucap politisi dari dapil Surabaya-Sidoarjo itu.
Tak hanya soal korupsi maupun kemalasan. Pelajar juga meminta "tips" memilih calon anggota Dewan agar tak memilih kucing dalam karung. Indah berpendapat, sebaiknya memilih calon yang tak muluk dan tak realistis ketika memberi janji. Jangan dipilih juga mereka yang baru muncul ketika masa kampanye. "Jangan tiba-tiba percaya janji," ucapnya.
Menurut Eva, kunci masa depan Parlemen ada di tangan pemilih. Rakyat jangan hanya mengkritik, namun juga harus tepat memilih wakil rakyatnya. Pendapat Eva, rakyat jangan hanya memilih karena populer. Harus dilihat karakter, komitmen, dan kompetensi calon.
Kepada 80-an pelajar, Eva menyoroti pembentukan karakter generasi muda di sekolah. Dia menyayangkan masih adanya sekolah yang memberikan toleransi perilaku tidak jujur. Bahkan, ada yang mengajarkan tidak jujur. Contohnya, membiarkan atau menyarankan untuk berbagi jawaban ketika ujian akhir. Padahal, dasar dari korupsi adalah ketidakjujuran.
Eva meminta generasi muda untuk tidak pesimistis terhadap situasi saat ini. Anggota Badan Akuntabilitas Keuangan Negara DPR itu melihat sudah ada perlawanan dari banyak pihak untuk memperbaiki negara. Masyarakat juga semakin cerdas menilai wakil rakyatnya. Dengan demikian, caleg dituntut berkualitas.
Sumber:
Spoiler for sumber:
Dari 50 anggota komisi III yang hadir berarti 25 orang, yang bicara berarti 12-13 orang, dari yg bicara itu yang ada "isinya: cuma 6-7 orang.. DARI 50?? Cuma 6-7 orang yang Bener???
0
1.5K
Kutip
18
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan