Skenario 1
Perusahaan nggak memperbolehkan sesama karyawan saling tahu gaji. Satu kali, nggak sengajak kita melihat slip gaji teman. Kok, dia lebih besar, sih? Jangan buru-buru menyimpulkan bahwa perusahaan nggak adil. Kita harus lihat dulu berapa lama kita dan dia sudah bekerja.

Jika dia sudah senior, wajar, dong. Lalu kita harus cari tahu mungkin teman kita itu lebih berprestasi, rajin (jarang bolos dan datang tepat waktu), juga selalu mencapai target yang diharapkan.

Tapi kalau sudah kita cek dan nggak jelas parameter yang dipakai untuk menetapkan gaji, kita bisa membicarakannya dengan atasan. Tanyakan bagaimana cara perusahaan menilai karyawan yang berprestasi dan tidak.

Biasanya perusahaan punya sistem penggajian. Ada banyak faktor mempengaruhi. Bisa juga karena memang performa kita di kantor kurang oke. Itulah mengapa kita jangan langsung turun.

Skenario 2
Pada waktu kita diterima bekerja, gaji kita cukup. Tapi seiring nakiknya harga bensin, kenaikan gaji yang nggak sesuai bikin gaji terasa nggak cukup. Ingin nego naik gaji ke atasan, boleh banget. Tapi sebelumnya kita harus punya amunisi dulu.

Ambil waktu untuk evaluasi diri. Bikin daftar apa saja pencapaian kita selama bekerja dan penghargaan kita selama bekerja yang kita terima dari perusahaan. Bila perlu, genjot performa kerja semaksimal mungkin sebelum nego gaji. Jika amunisi sudah cukup, tinggal pilih waktu yang tepat.

Timing is everything! Jika perusahaan kita adalah perusahaan yang menetapkan karyawan tiap tahun naik gaji, waktu yang paling tepat untuk nego sekitar tiga bulan sebelum kenaikan gaji tersebut.

Skenario 3
Kita sudah cukup lama bekerja. Ternyata saat membandingkan teman dari perusahaan lain dengan bidang yang sama, gaji kita jauh lebih kecil!

Tanyakan pada diri sendiri, apa tujuan kita bekerja. Mungkin gaji di perusahaan kita lebih kecil tapi suasana kerja lebih bersahabat. Namun kita boleh nego gaji jika dirasa perlu. CC


IYAA.com