erwin.parikesitAvatar border
TS
erwin.parikesit
Wong Pare Dadi Jenderal
Kita bertemu lagi dengan Biografi/Tulisan/Artikel berikutnya. Kali ini saya mengangkat kisah dengan judul " Wong Pare Dadi Jenderal ", sebuah otobiografi dari mantan KASAD Periode 2008-2009, Jenderal TNI Purn. Agustadi Sasongko Purnomo, terbitan Dinas Penerangan Angkatan Darat 2009.

Sekali lagi saya tidak akan mengutip semua secara keseluruhan 100 persen dari buku tersebut, cuma men-share apa-apa yang berkaitan dengan peristiwa/sejarah, taktis kemiliteran, dan pandangan, juga karir beliau secara ringkasnya.

Yang pernah/sudah membaca buku tersebut, anggap saja ketikan dithread ini sebagai penyegaran kembali, semoga sedikit sebanyak kita dapat memetik pelajaran yang bermanfaat dari thread ini. Selamat membaca.





Kehidupan Taruna AKABRI sebagai Pilihan

Agustadi Sasongko Purnomo termasuk anak yang terbiasa mandiri dengan usaha jualan layang-layang, bensin, beras, kain jarik untuk sekadar menghasilkan uang sendiri semasa masih kecil sampai remaja. Dia rajin menabung. Berkat kegemarannya menabung, maka ketika lulus dari SMA Negeri 1 Pare tahun 1970, nilai tabungannya berjumlah Rp 25.000. Jumlah yang cukup banyak pada jaman itu. Berbekal uang tabungan tersebut, kemudian oleh ibunya dimanfaatkan untuk kebutuhan pendaftaran AKABRI di Ajendam VIII/Brawijaya yang berlokasi di Jl. Sawahan No.58-60 Malang.

Pada mulanya ia ditawari oleh tantenya, seorang Dosen IKIP untuk meneruskan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dengan pertimbangan Aguk (nama panggilannya) tergolong anak yang cerdas dengan nilai selalu diatas rata-rata. Nmaun, hati nurani Aguk sudah mantap memauski dunia kemiliteran.

Menjadi seorang militer tidaklah mudah, banyak pemuda yang senang tapi kadang tidak memenuhi persyaratan. Namun kenyataan seperti itu tidak berlaku bagi Aguk yang kalem ini, ia mempunyai keinginan masuk kedunia militer dan langsung diterima pada kesempatan pertama. Putra Purnawirawan Kolonel tersebut mengikuti pendaftaran Taruna AKABRI tanggal 12 Agustus 1970.

Pilihan menjadi Taruna bukan karena dorongan keluarga atau orang lain, namun lebih karena dorongan hati nurani. Keniginanya ditunjang dengan doa restu orang tua dan menjadi modal utama untuk mengikuti seleksi penerimaan Calon Prajurit Taruna AKABRI 1970. Setelah menjalani Tes Jasmani, Mental Ideologi dan Psikologi, baik Panitia Seleksi Dearah maupun Panitia Seleksi Pusat, akhirnya pada saat Pantukhir, Aguk dinyatakan lulus pada kesempatan pertama.

Penerimaan Calon Taruna AKABRI merupakan bagian dari penyediaan tenaga yang bertujuan untuk mencapai sasaran kekuatan dengan memilih warga negara untuk dijadikan prajurit yang berkualitas. Mekanisme penerimaan diatur oleh Dephankam/ABRI meliputi Panitia Penerimaan Tingkat Dearah dan Pusat. Ketika Aguk mendaftar tahun 1970, para calon taruna yang lulus dari seleksi Komisi Werving ditingkat daerah, yang diketuai oleh Pangdam dan diikuti oleh tingkat pusat yang diketuai oleh Aspersman. Kemudian selanjutnya mengikuti seleksi akhir yang diketuai oleh Danjen AKABRI, Staf Personel Hankam, Angkatan/Polri dan AKABRI sebagai anggota dewan.

Sebelum mengikuti pendidikan, Aguk terlebih dulu berpamitan dan memohon doa restu kepada orang tuanya serta saudara-saudaranya. Keberangkatannya diantar oleh keluarga melalui rute Ringin Budho Pare, naik oplet ke Jombang, dan selanjutnya pindah naik ke KA menuju Yogyakarta karena pada masa itu angkutan langsung ke Magelang belum ada.

Diubah oleh erwin.parikesit 08-12-2012 00:12
0
28K
58
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan