- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kicauan yang menyeret Menteri Andi menjadi tersangka Hambalang
TS
saint_saiya
Kicauan yang menyeret Menteri Andi menjadi tersangka Hambalang
Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Mallarangeng akhirnya terseret dalam pusaran kasus korupsi proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional Hambalang. Keterlibatan mantan jubir Presiden SBY itu sebenarnya telah lama disuarakan oleh beberapa pihak, terutama bekas koleganya di Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin.
Publik sudah lama menunggu, mengapa kasus Hambalang tak kunjung menemukan titik terang. Sejak resmi diusut KPK tahun lalu, lebih dari 70 saksi sudah diperiksa. Hasilnya, cuma satu tersangka yang ditetapkan yakni Deddy Kusdinar pada Juli lalu, pejabat pembuat komitmen dari Kemenpora yang menangani proyek Hambalang.
Soal keterlibatan Andi, Nazaruddin ketika itu dalam pelariannya mengumbar informasi bahwa sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat itu yang merekayasa sejumlah proyek di Kemenpora.
"Saya akan buka semua proyek di Kemenpora yang direkayasa Komisi X dana Andi Mallarangeng, soal pembangunan stadion di Palembang serta pembangunan stadion Hambalang Rp 1,2 triliun," kata Nazaruddin.
Kicauan Nazaruddin itu berlanjut saat dia diperiksa sebagai saksi untuk Deddy Kusdinar. Nazar mengatakan, Andi Mallarangeng harus dijadikan tersangka dalam kasus ini.
"Saya sudah bilang sejak awal yang terlibat dalam Hambalang ini Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng. Memang dua orang itu otaknya. Harusnya bukan diperiksa lagi, tapi dijadikan tersangka," kata Nazar, Oktober lalu.
Di lain kesempatan, usai diperiksa KPK, Nazaruddin juga mengungkapkan jika Andi mengatur proyek Hambalang di kementeriannya melalui Wafid Muharram yang dulu menjabat Sekretaris Menpora.
"Kalau proyek Hambalang, terakhir saya diperiksa, saya menjelaskan keterlibatan Andi Mallarangeng. Yang ngatur di kementerian sendiri Andi Mallarangeng," kata Nazaruddin.
Sementara mantan Ketua Komisi X DPR, Mahyuddin NS yang juga politisi Demokrat, mengungkapkan, Andi lah yang mengusulkan agar proyek Hambalang diperluas. "Menteri Andi yang mengusulkan agar Hambalang diperluas menjadi pusat pendidikan dan latihan. Ada transkrip rapatnya."
Setelah usulan itu, pihak Kemenpora mengajukan tambahan dana ke DPR sebesar Rp 625 miliar namun hanya dikabulkan Rp 150 miliar.
Selain kicauan dua orang tersebut, nama Andi muncul dalam laporan hasil audit investigasi Badan Pemeriksa Keuangan terkait proyek Hambalang. BPK menyimpulkan, sebagai menteri Andi bersalah karena tidak melakukan penetapan pemenang lelang dengan nilai proyek di atas Rp 50 miliar.
Andi mendelegasikan kewenangannya kepada Sesmenpora Wafid Muharram yang kemudian menjadi terpidana dalam kasus pembangunan Wisma Atlet.
Dalam beberapa kesempatan, Andi menggunakan alasan ini untuk menepis keterlibatannya dalam berbagai proyek di Kemenpora. Andi mengaku tidak ikut campur dalam menentukan pemenang proyek.
Pagi ini, Jumat (7/12) Andi Mallarangeng dikabarkan dipanggil Presiden SBY ke Istana Kepresidenan. Kabar yang beredar di kalangan wartawan, Andi juga akan mengumumkan pengunduran dirinya sebagai menpora.
[bal]
[url]http://www.merdeka.com/peristiwa/kicauan-yang-menyeret-menteri-andi-menjadi-tersangka-hambalang.html"Century Gothic"]
Publik sudah lama menunggu, mengapa kasus Hambalang tak kunjung menemukan titik terang. Sejak resmi diusut KPK tahun lalu, lebih dari 70 saksi sudah diperiksa. Hasilnya, cuma satu tersangka yang ditetapkan yakni Deddy Kusdinar pada Juli lalu, pejabat pembuat komitmen dari Kemenpora yang menangani proyek Hambalang.
Soal keterlibatan Andi, Nazaruddin ketika itu dalam pelariannya mengumbar informasi bahwa sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat itu yang merekayasa sejumlah proyek di Kemenpora.
"Saya akan buka semua proyek di Kemenpora yang direkayasa Komisi X dana Andi Mallarangeng, soal pembangunan stadion di Palembang serta pembangunan stadion Hambalang Rp 1,2 triliun," kata Nazaruddin.
Kicauan Nazaruddin itu berlanjut saat dia diperiksa sebagai saksi untuk Deddy Kusdinar. Nazar mengatakan, Andi Mallarangeng harus dijadikan tersangka dalam kasus ini.
"Saya sudah bilang sejak awal yang terlibat dalam Hambalang ini Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng. Memang dua orang itu otaknya. Harusnya bukan diperiksa lagi, tapi dijadikan tersangka," kata Nazar, Oktober lalu.
Di lain kesempatan, usai diperiksa KPK, Nazaruddin juga mengungkapkan jika Andi mengatur proyek Hambalang di kementeriannya melalui Wafid Muharram yang dulu menjabat Sekretaris Menpora.
"Kalau proyek Hambalang, terakhir saya diperiksa, saya menjelaskan keterlibatan Andi Mallarangeng. Yang ngatur di kementerian sendiri Andi Mallarangeng," kata Nazaruddin.
Sementara mantan Ketua Komisi X DPR, Mahyuddin NS yang juga politisi Demokrat, mengungkapkan, Andi lah yang mengusulkan agar proyek Hambalang diperluas. "Menteri Andi yang mengusulkan agar Hambalang diperluas menjadi pusat pendidikan dan latihan. Ada transkrip rapatnya."
Setelah usulan itu, pihak Kemenpora mengajukan tambahan dana ke DPR sebesar Rp 625 miliar namun hanya dikabulkan Rp 150 miliar.
Selain kicauan dua orang tersebut, nama Andi muncul dalam laporan hasil audit investigasi Badan Pemeriksa Keuangan terkait proyek Hambalang. BPK menyimpulkan, sebagai menteri Andi bersalah karena tidak melakukan penetapan pemenang lelang dengan nilai proyek di atas Rp 50 miliar.
Andi mendelegasikan kewenangannya kepada Sesmenpora Wafid Muharram yang kemudian menjadi terpidana dalam kasus pembangunan Wisma Atlet.
Dalam beberapa kesempatan, Andi menggunakan alasan ini untuk menepis keterlibatannya dalam berbagai proyek di Kemenpora. Andi mengaku tidak ikut campur dalam menentukan pemenang proyek.
Pagi ini, Jumat (7/12) Andi Mallarangeng dikabarkan dipanggil Presiden SBY ke Istana Kepresidenan. Kabar yang beredar di kalangan wartawan, Andi juga akan mengumumkan pengunduran dirinya sebagai menpora.
[bal]
[url]http://www.merdeka.com/peristiwa/kicauan-yang-menyeret-menteri-andi-menjadi-tersangka-hambalang.html"Century Gothic"]
0
793
0
Komentar yang asik ya
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan