- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Siswa Sekolah Menengah Kini Pilih Mata Pelajaran Layaknya Kuliah
TS
MarkDW
Siswa Sekolah Menengah Kini Pilih Mata Pelajaran Layaknya Kuliah
Quote:
Kini Siswa SMA Boleh Pilih Mata Pelajaran Layaknya Kuliah
JAKARTA - Siswa jenjang SMA tahun depan akan dapat memilih mata pelajaran sendiri sesuai dengan minatnya masing-masing. Pola ini akan serupa dengan yang diterapkan di jenjang perguruan tinggi.
Dirjen Pendidikan Menengah (Dikmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan, saat ini siswa SMA masih terjebak tiga kelompok yakni jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Namun dalam kurikulum tahun depan, penjurusan ini akan dihilangkan dan diganti dengan kelompok peminatan. Ini artinya siswa yang memilih jurusan IPA boleh mengambil mata pelajaran dari jurusan IPS seperti Ekonomi, Sosiologi, Akuntansi dan Sejarah dan begitu pula sebaliknya dengan jurusan IPS dan Bahasa.
Namun pembebasan pilih mata pelajaran diakui Hamid masih belum final karena saat ini revisi kurikulum masih dalam tahap uji publik. "Hampir seluruh sekolah sudah online. Kalau mereka tidak setuju dengan kelompok peminatan, maka silakan beri usulan. Kami dorong ke peminatan karena tidak tertutup kemungkinan anak yang sudah masuk IPA tertarik pelajaran Ekonomi. Padahal anak IPA bagus juga jika mempelajari masalah ekonomi dan sosial sambil memperkuat kemampuan bahasanya," kata Hamid di gedung Kemendikbud, Jakarta, Senin (3/12/2012).
Hamid menerangkan, kementerian melihat sarana prasana di sekolah perkotaan sudah bagus dan juga kebutuhan gurunya sudah terjamin sehingga wacana kelompok peminatan ini tidak akan terkendala. Berbeda dengan sekolah di perbatasan dan daerah terpencil yang masih butuh intervensi dari pemerintah maka tidak akan semudah itu melakukan kelompok peminatan di sekolah masing-masing.
Jika memang wacana ini terlaksana, ujarnya, pemerintah tidak akan tinggal diam karena konsekuensinya harus ada penambahan sarana dan prasarana. Oleh karena itu, penambahan fasilitas itu akan dilihat bukan dari jumlah sekolahnya melainkan jumlah rombongan belajarnya. Selain itu pemerintah akan menambah jumlah guru. Konsekuensinya, jumlah guru mata pelajaran yang tidak diminati siswa akan dikurangi. Namun hal ini akan dibahas lebih lanjut agar tidak menimbulkan konflik pada guru-guru tersebut.
Pada dasarnya, urai Politikus dari Fraksi Golkar ini, dewan meminta agar pemerintah menyusun kurikulum yang tidak membebani sisi kemandirian dan kemampuan siswa. Oleh karena dia meminta pemerintah dan DPR bersama-sama menyusun perubahan kurikulum ini yang sesuai dengan dinamika yang terjadi di masyarakat. “Keinginan publik ini harus tertampung semua. Jangan pemerintah membuat sendiri aturan yang ada sementara guru dan siswanya sendiri tidak siap," jelasnya.
Anggota Tim Inti pada Uji Publik Pengembangan Kurikulum 2013 Said Hamid Hasan menerangkan, kelompok peminatan ini memang diperlukan karena kurikulum di SMA nanti siswa akan mengampu mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Oleh karena itu aka nada pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa. hal ini akan berdampak pada penambahan satu jam mata pelajaran per minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran ini. "Standar kompetensi siswa SMA harus memiliki kemampuan pikir dan tindakan yang efektif dan kreatif. terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri," tutur Pengamat Pendidikan dari UPI ini.(Neneng Zubaidah/Koran SI/rfa)
Source: kompas.com
JAKARTA - Siswa jenjang SMA tahun depan akan dapat memilih mata pelajaran sendiri sesuai dengan minatnya masing-masing. Pola ini akan serupa dengan yang diterapkan di jenjang perguruan tinggi.
Dirjen Pendidikan Menengah (Dikmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan, saat ini siswa SMA masih terjebak tiga kelompok yakni jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Namun dalam kurikulum tahun depan, penjurusan ini akan dihilangkan dan diganti dengan kelompok peminatan. Ini artinya siswa yang memilih jurusan IPA boleh mengambil mata pelajaran dari jurusan IPS seperti Ekonomi, Sosiologi, Akuntansi dan Sejarah dan begitu pula sebaliknya dengan jurusan IPS dan Bahasa.
Namun pembebasan pilih mata pelajaran diakui Hamid masih belum final karena saat ini revisi kurikulum masih dalam tahap uji publik. "Hampir seluruh sekolah sudah online. Kalau mereka tidak setuju dengan kelompok peminatan, maka silakan beri usulan. Kami dorong ke peminatan karena tidak tertutup kemungkinan anak yang sudah masuk IPA tertarik pelajaran Ekonomi. Padahal anak IPA bagus juga jika mempelajari masalah ekonomi dan sosial sambil memperkuat kemampuan bahasanya," kata Hamid di gedung Kemendikbud, Jakarta, Senin (3/12/2012).
Hamid menerangkan, kementerian melihat sarana prasana di sekolah perkotaan sudah bagus dan juga kebutuhan gurunya sudah terjamin sehingga wacana kelompok peminatan ini tidak akan terkendala. Berbeda dengan sekolah di perbatasan dan daerah terpencil yang masih butuh intervensi dari pemerintah maka tidak akan semudah itu melakukan kelompok peminatan di sekolah masing-masing.
Jika memang wacana ini terlaksana, ujarnya, pemerintah tidak akan tinggal diam karena konsekuensinya harus ada penambahan sarana dan prasarana. Oleh karena itu, penambahan fasilitas itu akan dilihat bukan dari jumlah sekolahnya melainkan jumlah rombongan belajarnya. Selain itu pemerintah akan menambah jumlah guru. Konsekuensinya, jumlah guru mata pelajaran yang tidak diminati siswa akan dikurangi. Namun hal ini akan dibahas lebih lanjut agar tidak menimbulkan konflik pada guru-guru tersebut.
Pada dasarnya, urai Politikus dari Fraksi Golkar ini, dewan meminta agar pemerintah menyusun kurikulum yang tidak membebani sisi kemandirian dan kemampuan siswa. Oleh karena dia meminta pemerintah dan DPR bersama-sama menyusun perubahan kurikulum ini yang sesuai dengan dinamika yang terjadi di masyarakat. “Keinginan publik ini harus tertampung semua. Jangan pemerintah membuat sendiri aturan yang ada sementara guru dan siswanya sendiri tidak siap," jelasnya.
Anggota Tim Inti pada Uji Publik Pengembangan Kurikulum 2013 Said Hamid Hasan menerangkan, kelompok peminatan ini memang diperlukan karena kurikulum di SMA nanti siswa akan mengampu mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Oleh karena itu aka nada pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa. hal ini akan berdampak pada penambahan satu jam mata pelajaran per minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran ini. "Standar kompetensi siswa SMA harus memiliki kemampuan pikir dan tindakan yang efektif dan kreatif. terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri," tutur Pengamat Pendidikan dari UPI ini.(Neneng Zubaidah/Koran SI/rfa)
Source: kompas.com
Quote:
High school students to choose their own subjects in 2013
As a part of the national curriculum overhaul, the government has said that from 2013 high school students will be allowed to choose their own subjects, Education and Culture Minister Mohammad Nuh said on Thursday.
“They will be free to pick the subjects that they like,” he said as quoted by tempo.co.
Some subjects would remain mandatory, he said without disclosing any further information.
The ministry also plans to cease the system that separates students into two majors— natural or social science— Nuh said, as the system is deemed to be ineffective.
He said that the system triggered discrimination among students by creating a stigma that students majoring in natural science were smarter than social science majors and could enroll in all university majors.
The reality, however, is different because social science students may apply for natural science majors such as engineering at university and natural science students can enroll on social science majors, such as economics, according to Nuh.
He said he was not worried that some classrooms would be empty because students may not be interested in certain subjects.
“[If] many students take one subject while there are only few who take another, then it is okay,” Nuh said. (han/iwa)
Source : Jakarta Post
As a part of the national curriculum overhaul, the government has said that from 2013 high school students will be allowed to choose their own subjects, Education and Culture Minister Mohammad Nuh said on Thursday.
“They will be free to pick the subjects that they like,” he said as quoted by tempo.co.
Some subjects would remain mandatory, he said without disclosing any further information.
The ministry also plans to cease the system that separates students into two majors— natural or social science— Nuh said, as the system is deemed to be ineffective.
He said that the system triggered discrimination among students by creating a stigma that students majoring in natural science were smarter than social science majors and could enroll in all university majors.
The reality, however, is different because social science students may apply for natural science majors such as engineering at university and natural science students can enroll on social science majors, such as economics, according to Nuh.
He said he was not worried that some classrooms would be empty because students may not be interested in certain subjects.
“[If] many students take one subject while there are only few who take another, then it is okay,” Nuh said. (han/iwa)
Source : Jakarta Post
Well, Ini berarti sistem pendidikan di Indonesia hampir mirip Inggris, Amerika Serikat, New Zealand, Australia, dll. Siswa akan mampu dan memperdalam bakatnya masing-masing karena semua umat manusia bakatnya tidak selalu sama.
Mata Pelajaran yang disukai akan semakin diperdalam.
I want GRP!
Diubah oleh MarkDW 06-12-2012 14:03
0
2.1K
Kutip
6
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan