malam tetap berlalu walau dengan atau
tanpa bintang yang menemani sang
rembulan. Begitupun aqu, malam akan
terus beralalu tanpa atau dengan
adanya kamu. Sayang, dimanakah kamu
sekarang ? Meninggalkan ku tanpa ada kata terakhir. Kau membuatku
menunggu, menunggu kepastian yang
mungkin hasilnya menyenangkan
bagiku atau bahkan menyakitkanku.
Terdengar sayup-sayup melody dari
radio usangku ''ingatkah kamu'' Ingatkah kamu sa 'at kita menangis,
ingatkah kamu sa'at kita tertawa,
ingatkah kamu janji bersatu demi kasih
sayang kita berdua menuju bahgia'' Yap
melody itu cukup membuat airmata ku
luruh. Sayang, ingatkah kamu ? Ingatkah semuanya ? Semua yang telah
kita lewati ? Tangis tawa sedih bahagia ?
Ingatkah kamu sayang ??? Bahagiakah
kamu menorehkan luka yang qu sadari
dari dulu tapi sayangqu yang buta telah
mengabaikannya?sayang, luka ini semakin lama semakin membesar?
bagaimanakah caraku menjahitnya agar
luka ini tertutup?tapi walaupun ku tutup
akan tetap membekas kan? Sayang,
lihatlah orang diluar sana,, bercumbu
mesra, bergandengan tangan, tertawa lepas menikmati keindahan malam.
Alangkah indahnya ya sayang? Kapan
ya kira-kira kita bisa seperti itu sayang?
Apakah itu akan terjadi atau aku harus
seperti ini ya sayang?menikmati ini
semua dengan segala kepura''an ? Hmm tidak lelahkan kamu sayang? Atau ini
adalah jawaban dari
semuaakepura''anmu Sayang, salahkah
jika ku menangis? Jujur, aku ingin
tampak tegar, tapi kisah ini sangat sulit
untuk ku jalani.aku bosan sayang, mendengar bisik'' di luar sana kalau
kamu tidak pernah menyayangiku
bahkan tak pernah menganggap aku
ada. Kalau sudah seperti ini?apa yang
harus aku lakukan sayang ? Berdiam diri
sajakah ? Mengapa setiap timbul pertanyaan ini selalu kau jawab dengan
amarahmu ? Sayang, seandainya saja
kehadiranku ini membuatmu risih,
biarlah kesempatan ini, disaat kau pergi
meninggalkanku tanpa sedikitpun
kabar, aku gunakan sebaik mungkin untuk melupakanmu. Janji ya sayang,
kamu nggak cari aku lagi , izinkan qu
sekali ini saja bernafas tanpamu...
''mengapa kita saling membenci,
awalnya kita selalu memberi, apakah
mungkin kasih yang murni sudah tak cukup berarti ??''