- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Di Jaman Sekarang ini Masih aja Listrik Susah Di dapet.
TS
Involker
Di Jaman Sekarang ini Masih aja Listrik Susah Di dapet.
Bertahun Gunakan Obor Untuk Penerangan, Warga Palumbungan Bobotsari Nyalur Listrik Tetangga Desa
BOBOTSARI, SATELITPOST-Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh warga Dukuh Santi RT 3 RW 2 Desa Palumbungan, Kecamatan Bobotsari saat menjelang malam di perdesaan tersebut. Meski letaknya tidak terlalu terpelosok, telah bertahun warga di dukuh tersebut terpaksa menggunakan obor dan petromaks sebagai alat penerangan.
Bersyukur, sekarang ini penggunaan suluh yang terbuat dari daun kelapa kering atau seruas bambu yang diisi minyak tanah atau minyak kelapa yang ujungnya disumpal dengan secarik kain itu sudah mulai ditinggalkan oleh warga. Pasalnya, kini warga mulai menyalur aliran listrik dari dukuh atau desa tetangga.
“Dulu sebelum kami menyalur listrik di Desa Penisihan kami seringkali bepergian malam menggunakan obor,” kata Tuminah warga Dukuh Santi, beberapa waktu yang lalu.
Tuminah awalnya mengaku senang, ketika ia bisa menikmati listrik, meski dengan cara menyalur Namun lama kelamaan, dia pun merasa terbebani dengan biaya nyalur yang dinilainya cukup tinggi, yakni Rp 60 ribu hingga Rp 70 ribu per bulan.
“Padahal pemakaiannya jarang. Kadang kalau malam hanya menggunakan empat buah lampu dan televisi. Namun jika sore banyak yang makai nanti aliran listriknya anjlok,” katanya.
Pasalnya, untuk satu induk menyalurkan listrik tidak hanya ke rumah Tuminah. Tapi juga ke delapan rumah yang lain. Sehingga Tuminah harus benar-benar memanfaatkan listrik sesuai dengan kebutuhan.
“Kalau lampunya mati kami jalan kaki buat ngidupin sekeringnya. Dengan jarak tempuh sekitar satu kilometer,” ujarnya.
Mudiarto, Ketua RT 3 RW 2 mengatakan, pihaknya sudah mengajukan penerangan ke balai desa menurut balai desa sendiri harus menunggu giliran dari desa lain. Tidak hanya menunggu giliran, harga untuk pemasangan pertama terbilang cukup menguras kantungnya. “Kemarin pas ada sosialisasi ke desa dari PLN jika desa kami ingin memiliki listrik sendiri per rumahnya dikenakan biaya sebesar Rp 3 juta untuk memiliki rekening listrik sendiri. Dari mana saya dapat duit segitu satu bulannya saja saya cuma mengantungi Rp 500 ribu,” katanya.
Namun untuk pembayaran pembuatan rekening sebesar Rp 3 juta tersebut bisa diangsur hingga tahun 2013. “Katanya sih DP-nya Rp 675 ribu setelah itu diangsur mulai dari Rp 500 ribu-an,” ujarnya.
Dulu saat jalan di desanya belum bisa dilewati kendaraan sepeda motor, warga menggunakan diesel yang didapat dari iuran warga. “Dulu jalan di tempat kami berupa tanah dan lebarnya hanya sekitar satu meter setengah, untuk lewat motor saja susah. Sekarang mau pakai listrik saja bayarnya mahal, sekarang serba susah zamannya,” ujar dia,
Kabid ESDM Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purbalingga, Ir Heru Budi H MSi mengatakan, tiap tahun pemerintah daerah mengupayakan penambahan jaringan listrik ke pelosok-pelosok. Menurutnya, seluruh desa telah teraliri listrik, namun memang ada beberapa grumbul dari desa tersebut yang belum menikmati jaringan listrik secara layak. “Dari segi keamanan dan kepuasan pelanggan memang belum seluruhnya merasakan. Misalnya ada satu meteran tapi untuk lima rumah, ini kan kalau mau menyalakan televisi saja ragu-ragu,” katanya.
Ia mengatakan, dari hasil kunjungan ke kantor PLN Purwokerto, ada 22 grumbul di 22 desa di 11 kecamatan yang direncanakan akan dibangun jaringan listrik pada 2013 mendatang. “Kunjungan untuk sinkronisasi tempat-tempat yang akan dibuka jaringan listrik agar jika ada program membuka jaringan listrik pemda tidak saling tumpang tindih,” ujarnya.(shandiyanuar@yahoo.com)
BOBOTSARI, SATELITPOST-Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh warga Dukuh Santi RT 3 RW 2 Desa Palumbungan, Kecamatan Bobotsari saat menjelang malam di perdesaan tersebut. Meski letaknya tidak terlalu terpelosok, telah bertahun warga di dukuh tersebut terpaksa menggunakan obor dan petromaks sebagai alat penerangan.
Bersyukur, sekarang ini penggunaan suluh yang terbuat dari daun kelapa kering atau seruas bambu yang diisi minyak tanah atau minyak kelapa yang ujungnya disumpal dengan secarik kain itu sudah mulai ditinggalkan oleh warga. Pasalnya, kini warga mulai menyalur aliran listrik dari dukuh atau desa tetangga.
“Dulu sebelum kami menyalur listrik di Desa Penisihan kami seringkali bepergian malam menggunakan obor,” kata Tuminah warga Dukuh Santi, beberapa waktu yang lalu.
Tuminah awalnya mengaku senang, ketika ia bisa menikmati listrik, meski dengan cara menyalur Namun lama kelamaan, dia pun merasa terbebani dengan biaya nyalur yang dinilainya cukup tinggi, yakni Rp 60 ribu hingga Rp 70 ribu per bulan.
“Padahal pemakaiannya jarang. Kadang kalau malam hanya menggunakan empat buah lampu dan televisi. Namun jika sore banyak yang makai nanti aliran listriknya anjlok,” katanya.
Pasalnya, untuk satu induk menyalurkan listrik tidak hanya ke rumah Tuminah. Tapi juga ke delapan rumah yang lain. Sehingga Tuminah harus benar-benar memanfaatkan listrik sesuai dengan kebutuhan.
“Kalau lampunya mati kami jalan kaki buat ngidupin sekeringnya. Dengan jarak tempuh sekitar satu kilometer,” ujarnya.
Mudiarto, Ketua RT 3 RW 2 mengatakan, pihaknya sudah mengajukan penerangan ke balai desa menurut balai desa sendiri harus menunggu giliran dari desa lain. Tidak hanya menunggu giliran, harga untuk pemasangan pertama terbilang cukup menguras kantungnya. “Kemarin pas ada sosialisasi ke desa dari PLN jika desa kami ingin memiliki listrik sendiri per rumahnya dikenakan biaya sebesar Rp 3 juta untuk memiliki rekening listrik sendiri. Dari mana saya dapat duit segitu satu bulannya saja saya cuma mengantungi Rp 500 ribu,” katanya.
Namun untuk pembayaran pembuatan rekening sebesar Rp 3 juta tersebut bisa diangsur hingga tahun 2013. “Katanya sih DP-nya Rp 675 ribu setelah itu diangsur mulai dari Rp 500 ribu-an,” ujarnya.
Dulu saat jalan di desanya belum bisa dilewati kendaraan sepeda motor, warga menggunakan diesel yang didapat dari iuran warga. “Dulu jalan di tempat kami berupa tanah dan lebarnya hanya sekitar satu meter setengah, untuk lewat motor saja susah. Sekarang mau pakai listrik saja bayarnya mahal, sekarang serba susah zamannya,” ujar dia,
Kabid ESDM Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purbalingga, Ir Heru Budi H MSi mengatakan, tiap tahun pemerintah daerah mengupayakan penambahan jaringan listrik ke pelosok-pelosok. Menurutnya, seluruh desa telah teraliri listrik, namun memang ada beberapa grumbul dari desa tersebut yang belum menikmati jaringan listrik secara layak. “Dari segi keamanan dan kepuasan pelanggan memang belum seluruhnya merasakan. Misalnya ada satu meteran tapi untuk lima rumah, ini kan kalau mau menyalakan televisi saja ragu-ragu,” katanya.
Ia mengatakan, dari hasil kunjungan ke kantor PLN Purwokerto, ada 22 grumbul di 22 desa di 11 kecamatan yang direncanakan akan dibangun jaringan listrik pada 2013 mendatang. “Kunjungan untuk sinkronisasi tempat-tempat yang akan dibuka jaringan listrik agar jika ada program membuka jaringan listrik pemda tidak saling tumpang tindih,” ujarnya.(shandiyanuar@yahoo.com)
0
756
0
Komentar yang asik ya
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan